"Haruskah kita pergi berbulan madu?" Naruto memeluk pinggang istrinya yang sedang bercermin di kamar mandi.
"Tidak mau." Hinata mengusap lehernya dengan air hangat, mencoba menghapuskan jejak kemerahan yang suaminya torehkan di sana.
"Kenapa?" Naruto meletakan kepalanya di pundak wanita itu sambil melihat pantulan diri mereka di cermin. Saat ini mereka berada di kamar mandi dengan bathrobe senada selepas bercinta dan mandi bersama.
"Aku bisa babak belur." Keluh Hinata sambil menatap dirinya di cermin. Baiklah sekarang lehernya telah dihiasi oleh bercak kemerahan, sebenarnya tanda kemerahan itu bahkan ada di bagian tubuh lainnya juga seperti dada dan paha lalu dia merasa kesal karena itu.
"Nanti ini akan segera menghilang." Naruto menyentuh leher istrinya. Kenapa dia sepanik itu?
"Aku ada meeting dengan klien restauran besok pagi." Hinata lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan dan berujar frustasi.
Naruto justru terkekeh namun dia memberikan rasa simpati. "seharusnya kau beri tahu aku lebih awal."
"Bagaimana bisa memberitahu kalau kau datang-datang menyerangku?" Hinata sedang memasak di dapur saat pria itu pulang bekerja lalu tiba-tiba saja dia meminta sambil melakukan adegan tak senonoh di dapur. Jadi untuk menghindari pandangan para pelayan yang nyaris pingsan di dapur Hinata memutuskan membawa suaminya ke kamar dan mereka berakhir di atas ranjang seperti biasa.
Akhir-akhir ini mereka telah tercebur dalam lingkaran setan yang membuat keduanya candu. Selepas pergumulan mereka yang kedua kali, hubungan keduanya kian intim setelahnya. Hingga tanpa terasa sudah terjadi pergumulan yang ke tiga, ke empat, dan seterusnya lalu mereka sekarang benar-benar seperti sepasang pengantin baru pada umumnya.
"Seharian ini aku sangat stress, jadi aku butuh istriku begitu tiba di rumah." Naruto mengadu pada istrinya, entah sejak kapan dia mulai terbiasa bicara pada Hinata soal kesehariannya.
"Apa yang membuatmu sangat stress?" Hinata lalu membalikan tubuhnya dan melepaskan pelukan pria itu di pinggangnya, dia menatap pria itu secara berhadapan sekarang.
"Memeriksa laporan keuangan tahunan beberapa properti, kepalaku rasanya mau pecah." Naruto lalu ikut bersandar di bibir washtafel di samping istrinya. "Jadi kupikir ini waktu yang tepat untuk membawamu berbulam madu, aku butuh menyegarkan pikiran."
Hinata terdiam sebentar lalu bersedekap, memikirkan ajakan suaminya itu. "Aku mungkin bisa pergi sebelum pembukaan resto yang ke empat." Gumamnya pelan, karena setelah itu dirinya pasti akan sangat sibuk.
"Kapan pembukaan restonya?" Naruto lalu menatap istrinya dengan seluruh atensi yang dia miliki, sepertinya barusan adalah lampu hijau soal ajakan berbulan madu.
"Pertengahan bulan depan." Sahut Hinata, tak menyadari bahwa suaminya segera menyusun rencana dalam kepala.
...
"Bagaimana meeting dengan Hiashi, apa berjalan lancar?" Naruto segera menanyakan Kakashi yang baru saja masuk ke dalam ruangannya. Tangan kanannya itu nampak muram selepas menjalani meeting selama empat jam.
"Cukup lancar," Kakashi meletakan berkas hasil meetingnya di hadapan Naruto. "Tapi ayah mertuamu itu makin menggila, apa kau tahu?"
"Apa yang dia inginkan kali ini?" Naruto membaca hasil meeting itu sebaris demi sebaris agar tak melewatkan apapun. Itu adalah meeting penting tapi dia ada pertemuan makan siang dengan investor hari ini, jadi tak bisa menghadirinya.
"Dia mau keuntungan enam puluh persen." Kakashi lalu berujar dengan dramatis "bukankah itu gila?"
"Ck, dia masih saja serakah." Naruto mendecih. "Tolak permintaan itu, sesuai perjanjian kita akan bagi rata 50-50, jika dia tak berkenan kita batalkan pembangunannya." Project tiga resort yang sedang berjalan ini adalah project utama perusahaan mereka sekaligus kolaborasi pertama dengan perusahaan milik ayah mertuanya. Project ini juga yang menjembatani pernikahannya dengan Hinata, maka dia ingin project ini berjalan lancar sampai akhir. Tapi keluarga Hyuuga sepertinya merasa di atas angin setelah pernikahan dan mengajukan permintaan-permintaan yang hanya akan menguntungkan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement
FanfictionTiga tahun mungkin bukan waktu yang sangat lama, tapi mampu menjungkirbalikan kehidupan sepasang manusia yang tak saling mencintai tersebut.