"Kau baru saja melakukan penistaan terhadap masakanku." Hinata menahan lengan suaminya yang menuangkan lada di atas sup Zucchini buatannya.
"Huh?" Naruto menatap istrinya dengan bingung. "Penistaan apa, ini hanya lada."
"Kau akan mengacaukan rasanya." Hinata menyingkirkan lada yang telah tertuang ke dalam sup dengan sendok.
"Baiklah, kau bisa menyingkirkannya." Naruto kini pasrah dan membiarkan wanita itu sibuk dengan mangkuk sup miliknya.
"Kau beruntung, apa kau tahu?" Hinata bergumam, setelah menyingkirkan lada yang dia anggap nista itu, lalu dia meletakan kembali mangkuk supnya di hadapan Naruto.
"Beruntung soal apa?" Naruto kini menyuap sup Zucchini yang telah disucikan oleh istrinya ke dalam mulut.
"Kau bisa makan menu favorit di restoku secara gratis setiap hari karena aku yang membuatnya." Ujar Hinata bangga karena menu itu dia dan Chef yang membuat resepnya bersama, wanita itu lalu duduk di samping suaminya sambil menunggu pria itu berkomentar namun yang dia dapatkan adalah ledakan tawa pria itu.
Naruto mengusap sudut matanya yang berair karena tertawa lalu dia menatap istrinya. "Baiklah, akan aku syukuri tiap suapan sup lezat ini menyentuh lidahku."
"Kenapa tertawa, itu menyebalkan." Hinata mengerutkan kening sambil menopang dagu di meja makan kamar hotel mereka. Pagi ini Hinata menemani suaminya sarapan, karena pria itu bangun sedikit terlambat maka dia sudah makan lebih dulu di dapur sambil memasak tadi.
"Saat aku belum mengenalmu, orang bilang kau wanita anggun yang pendiam, tapi ternyata kau begitu lucu dan tidak pendiam, meski rumor anggun itu memang benar adanya." Naruto senang bisa mengenal wanita itu sejauh ini. Istrinya itu adalah wanita yang sangat menarik.
"Kalau soal rumor, kurasa kau jauh lebih parah." Hinata masih ingat saat kali pertama dia bertemu dengan Naruto di kediamannya, saat itu Ayah mengundang pria itu dan mengenalkannya sebagai salah satu rekan bisnis.
"Apa yang kau dengar soal aku sebelum kita saling mengenal?" Naruto balik bertanya, sebetulnya dia tak pernah benar-benar peduli pada rumor tentang dirinya tapi dia ingin tahu pandangan Hinata soal dirinya sebagai orang asing, saat belum saling mengenal.
"Kau adalah pria kaya arogan yang suka main perempuan." Hinata bahkan tak yakin soal rumor itu karena saat kali pertama dia bertemu dengan Naruto, pria itu sangat hangat padanya atau suaminya itu memang bermulut manis?
"Apa?!" Naruto tak bisa terima "seburuk itu rumor soal diriku?"
Hinata mengangguk lalu dia menyesap jus tomat miliknya yang ada di atas meja.
"Baiklah aku akan memberi klarifikasi padamu." Naruto berdehem pelan "aku tidak arogan, mungkin terlihat begitu karena aku memiliki banyak uang."
Hinata mengangguk "kau baru saja terlihat sangat arogan." Dia masih menyesap jus tomatnya sambil mengamati pria itu.
"Baiklah, berarti soal arogan itu memang benar adanya." Naruto tak ingin membela diri, biar istrinya yang menilai. "Tapi kalau soal main perempuan, itu salah besar."
Hinata kembali mengangguk "berapa mantan kekasih yang kau miliki?" Dia mencoba menggali lebih dalam agar bisa memutuskan apa rumor itu benar atau tidak.
"Kurasa hanya tiga." Naruto mengingat kembali dengan siapa saja dia pernah berkencan, yang jelas semuanya tidak serius, mungkin beberapa pernah dia ajak makan malam bersama dengan ibunya tapi semua sebatas itu.
"Kurasa?" Hinata memicingkan matanya. "Tidak kusangka kalau rumor itu ternyata semuanya benar, kau juga suka main perempuan!" Tukas Hinata tanpa ampun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement
FanfictionTiga tahun mungkin bukan waktu yang sangat lama, tapi mampu menjungkirbalikan kehidupan sepasang manusia yang tak saling mencintai tersebut.