8

4.5K 509 12
                                    

"Ya, ya tolong urus pekerjaan selama aku pergi." Naruto membuka pintu akses kamar hotelnya, lalu Hinata masuk lebih dulu. Koper-koper mereka telah di bawa lebih dulu oleh Bell Boy.

"Hanya sepuluh hari." Naruto berujar lagi, dia lalu berdiri di ruang tengah kamar suite yang telah dia sewa dan menyelesaikan panggilan teleponnya.

Hinata melangkah masuk ke kamar dan melihat-lihat, meninggalkan suaminya yang sibuk menelepon sejak mereka berada di meja reservasi. Seperti biasa saat check in, dia langsung memeriksa kamar mandi untuk melihat Bathtub. Mungkin dirinya adalah manusia yang paling suka berendam di dunia ini maka Bathtub adalah suatu hal penting baginya.

Naruto lalu menyimpan ponselnya begitu selesai bicara pada Kakashi, tangan kanannya itu mencak-mencak sejak semalam karena baru diberitahu perihal perjalanan bulan madunya yang cukup mendadak ini, ralat ini sebenarnya sangat mendadak karena Naruto mengejar waktu pembukaan resto Hinata di pertengahan bulan depan, mereka harus kembali sebelum itu.

"Sudah selesai menelepon?" Hinata lalu kembali ke ruang tengah begitu selesai memeriksa dan melihat-lihat.

"Ya, Kakashi memarahiku habis-habisan." Sebetulnya Kakashi itu bukan tangan kanan Naruto tapi tangan kanan mendiang ayahnya maka pria itu menduduki posisi yang cukup tinggi di perusahaan dan berhak memakinya kalau berbuat kesalahan, mengingat Naruto belajar bisnis juga dari Kakashi.

"Kukira kau memberitahu Kakashi lebih awal soal perjalanan ini." Dia tahu soal tangan kanan suaminya, Naruto sering menceritakan soal pria itu.

"Ini bukan hanya kejutan untukmu tapi juga untuk Kakashi, dia harus mengurus banyak pekerjaan selama aku pergi." Naruto tertawa, ini kejutan yang menyenangkan untuk istrinya tapi kejutan yang menyebalkan untuk Kakashi. Dia memang sangat terburu-buru saat merencanakan ini jadi tak ada yang tahu soal ini.

"Kau kejam, Naruto." Hinata memukul pelan bahu kekar suaminya.

Naruto hanya tertawa setelah itu. Dia suka suasana di sini yang cukup tenang dan melakukan bulan madu di musim dingin adalah pilihan yang tepat karena mereka bisa bergumul sepanjang hari di atas ranjang untuk menghangatkan diri dengan tirai jendela kamar di buka lebar-lebar menampakan pemandangan gunug Matterhorn yang berdiri kokoh di selimuti salju. Namun lebih dari itu, dia senang bisa menghabiskan banyak waktunya dengan Hinata.

"Ingin lakukan pemanasan?" Bisik Naruto di telinga istrinya.

Hinata mendongak dan memeluk leher pria itu. "Tentu."

...

Naruto duduk bersandar di kepala ranjang dengan istrinya di atas pangkuan. Dia memejamkan mata sambil membelai pinggul istrinya. Ranjang mereka telah kusut setelah rencana pemanasan berubah jadi olahraga utama.

"Berjanjilah sesuatu padaku." Hinata mengusap bahu telanjang suaminya dengan lembut.

Naruto menarik sudut bibirnya "apapun itu, katakan saja."

"Jangan mengurungku di kamar selama sepuluh hari penuh, aku ingin berjalan-jalan keluar." Tentu Hinata tak jauh-jauh datang ke Swiss hanya untuk bercinta di atas ranjang, di mana tak ada bedanya dengan di rumah.

"Tergantung seberapa gigih kau membujukku." Naruto senang menggoda istrinya, wanita itu nampak manis saat merajuk tapi membuatnya gila kalau menangis.

"Lalu apa bedanya Swiss dengan di rumah kalau hanya dihabiskan di dalam kamar?" Hinata kini khawatir suaminya benar-benar akan mengurungnya di sini selama sepuluh hari.

"Di rumah tidak ada gunung Matterhorn." Naruto menunjuk pada jendela kaca besar yang terbuka di sisi kiri ranjang mereka. Hujan salju masih sedikit turun di luar sana.

AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang