Bonchap

4.4K 426 29
                                    

3 years later

.
.

"Hinata?" Naruto melangkah masuk ke kamar, lampu utama sudah dimatikan sedangkan TV di sudut ruangan menyala. Dia mendapati istrinya duduk di sofa dengan selimut menutupi kaki jenjangnya, wanita itu tengah menangis namun dia tidak khawatir justru tertawa melihatnya.

Hinata menarik tissue di atas meja dan menghapus air matanya. "Naru, apa kau tahu, akhirnya Ayah si pemeran utamanya meninggal dunia."

Naruto lalu menghampiri istrinya dan meletakan sekotak pizza di atas meja. Malam ini mereka memiliki rencana untuk menonton series bersama tapi karena ada meeting mendadak dia pulang agak larut dan terlambat. "Aku sangat terlambat huh?" Dia mengecup bibir merekah wanita itu sekilas dan menghapus air mata di pipinya.

"Tidak juga, kau hanya terlambat lima belas menit." Hinata menyahut sambil menatap suaminya.

"Syukurlah." Naruto lalu menatap istrinya dengan lembut "anak-anak cepat sekali tidur hari ini." Dia tadi telah memeriksa ke kamar anak-anak di ruangan sebelah dan mendapati mereka telah terlelap seperti bayi.

"Tentu, besok hari kelulusan, mereka tidak mau terlambat." Hinata rasa anak-anaknya begitu bersemangat untuk hari esok hingga memutuskan tidur lebih awal.

"Ah, begitu." Naruto terkekeh. "Baiklah, Sayang aku akan mandi sebentar, tunggu aku lima menit." Naruto lalu bangkit dan berjalan terburu-buru ke kamar mandi.

Hinata menoleh ke arah suaminya. "hey, apa ingin ditemani?"

"Jangan Sayang, nanti kau akan menyesal dan tidak jadi menonton." Naruto menyahut dari kamar mandi dengan suara cukup keras.

"Baiklah." Hinata menjawab, memang tadi itu dirinya juga hanya bercanda. Dia tidak ingin melewati episode series malam ini karena ini adalah episode terakhir.

...

Naruto lalu melempar handuknya secara asal ke dalam keranjang dan berjalan cepat menghampiri istrinya "apa-apaan itu?" Dia menatap layar TV dengan terkejut saat melihat si pemeran utama pria tengah mengalami baku tembak dengan seorang Villain.

Hinata menggeser duduknya memberikan space untuk pria itu. "Akhirnya penyamarannya diketahui."

"Sudah kuduga sejak awal." Naruto berujar gemas, dia lalu mengambil sepotong pizza di atas meja dan dia duduk bersandar di sofa sambil merangkul pundak istrinya.

Mereka telah mengikuti series ini bersama-sama sejak dua bulan lalu. Ternyata selain selera kopi yang sama, mereka juga memiliki selera film yang sama maka keduanya sering kali menghabiskan malam dengan menonton bersama.

Awalnya Naruto pikir, istrinya adalah penikmat genre romance, ternyata dia salah besar. Wanita itu adalah penggemar berat film action sama sepertinya.

"Sayang kurasa pemeran utamanya akan mati." Naruto masih fokus pada layar TV.

"Tidak mungkin, dia akan mengeluarkan senjata terbaiknya di scene terakhir." Hinata yakin, dia rasa pemeran utamanya memiliki kemampuan jauh di atas si Villain, maka dia pasti akan menang.

"Ayo kita bertaruh." Naruto kini menatap istrinya dengan bibir tertarik ke atas.

"Apa lagi ini?" Hinata menatap curiga, dia rasa suaminya akan mengeluarkan ide gilanya sebentar lagi. Sebetulnya dia sekarang sudah sangat terbiasa dengan tatapan mencurigakan itu.

"Kalau dia mati, kita harus bercinta malam ini dan kalau dia tidak mati, besok pagi aku akan menemanimu berendam saja." Naruto menatap istrinya dengan serius sambil mengucapkan keinginannya.

AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang