19

3.5K 454 21
                                    

Hinata berlutut di samping ranjang bayi, menidurkan anak-anaknya seperti biasa. Namun setelah ini dia memiliki rencana lain yang sangat penting maka anak-anaknya harus segera tidur.

"Bolt belum mengantuk ya?" Hinata mengusap kening Boruto dengan lembut. Bayi laki-lakinya masih membuka mata lebar-lebar sambil menatapnya, bayi itu meggerakan tangan dengan pelan. Sedangkan Himawari langsung terlelap setelah disusui.

Bayi laki-laki itu berceloteh sambil tertawa geli karena Ibunya terus menggelitik perut mungilnya.

"Minum susu ya." Hinata lalu meletakan botol susunya di bibir mungil bayi laki-laki itu sambil bersenandung pelan untuk menidurkan bayinya.

Awalnya dia pikir jadi Ibu akan sangat sulit dia lakukan namun ternyata sampai hari ini dia merasa senang menjalaninya. Tentu semuanya tidak mudah, butuh waktu baginya untuk membiasakan diri, menyusui, terjaga sepanjang malam, mengganti popok tapi semua terasa menyenangkan karena Naruto selalu menemaninya. Ada kepala pelayan, pengasuh dan semua orang di rumah ini selalu membantunya maka semua terasa mudah meski punya bayi kembar.

Hinata menoleh ke belakang, tepatnya pintu geser kaca yang mengarah ke balkon. Kebetulan kamarnya dan Naruto memang memiliki akses balkon yang mengarah ke taman belakang. Pria itu ada di sana tengah menelepon Kakashi dan membicarakan pekerjaan, pria itu keluar karena tak ingin mengganggu waktu tidur anak-anaknya karena suara berisik saat menelepon. Bahkan suara baritonenya masih terdengar sayup-sayup hingga ke dalam.

Tak berselang lama, Boruto terlelap dan botol susunya sudah kosong. Lalu Hinata menarik selimut dan mengusap kepala anak-anaknya sebelum bangkit berdiri dan bersiap melakukan rencana selanjutnya.

Wanita itu menutup kelambu di tempat tidur anak-anaknya lalu melangkah ke meja rias untuk sedikit merapikan penampilan. Dia telah mengenakan gaun tidur terbaiknya malam ini karena rencana menghabiskan malamnya bersama Naruto setelah ini.

...

"Kita bisa lakukan sedikit perluasan." Naruto masih bicara dengan Kakashi di telepon. Banyak hal yang ingin dia bicarakan dengan Kakashi soal layout bangunan hotel terbarunya.

"Naru." Hinata memeluk tubuh kekar suaminya dari belakang sambil menyandarkan wajahnya di punggung pria itu.

Naruto mengusap lengan Hinata yang telah melingkar di pinggangnya dengan lembut. Anak-anak pasti sudah tidur maka wanita itu menghampirinya.

"Kakashi, kurasa kita bisa melanjutkan pembicaraan ini di kantor besok, aku ada urusan." Naruto buru-buru mengakhiri panggilannya dan mengabaikan protes Kakashi di seberang telepon yang panggilannya hendak di akhiri begitu saja.

"Sudah selesai menelepon?" Hinata kini bergumam.

"Em, sudah. Kau sudah selesai menidurkan anak-anak?" Naruto bertanya balik untuk memastikan apakah rencana mereka malam ini bisa segera dilakukan.

Hinata mengangguk "mereka sudah tertidur." Mungkin nanti dia akan menyusui lagi jika bayinya terjaga.

Naruto lalu menarik sang istri ke sampingnya dan mereka menatap ke arah halaman belakang dari balkon kamar mereka. Dia rasa cuaca malam ini cukup bagus, jadi dia ingin berada di luar sebentar sebelum naik ke atas ranjang.

"Kalau anak-anak sudah bisa berjalan, bisa singkirkan pohon mawar di sana?" Hinata menunjuk arah tembok yang dibelukari tanaman berduri tersebut.

Naruto mengangguk, tentu saja bisa. "Kupikir kau sangat menyukai bunga, maka aku meminta tukang kebun menanamnya di sana." Pohon mawar itu sebetulnya memiliki sebuah cerita dibaliknya. Selepas mereka bercinta untuk kali pertama dan Hinata berakhir marah. Naruto diberitahu oleh kepala pelayan bahwa istrinya sangat menyukai bunga maka dia memberikan sebuket mawar dan meminta tukang kebun menanam pohon bunga itu di rumah. Tepatnya di taman belakang, agar istrinya bisa melihat itu dari balkon kamar mereka.

AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang