32

4.1K 457 13
                                    

"Hima belum tidur?" Naruto menghampiri istrinya yang tengah berdiri di samping ranjang bayi di mana Bolt sudah terlelap lebih dulu.

"Sudah." Bisik Hinata, dia masih menimang Himawari sambil menepuk bokongnya agar putrinya itu makin terlelap.

Naruto memeluk perut istrinya dari belakang lalu meletakan kepala di pundak wanita itu. Beberapa waktu terakhir mereka semua telah kembali ke rumah. Dirinya telah keluar dari rumah sakit, lalu Bolt dan Hina sudah diantar kembali ke rumah serta tentu saja Hinata sudah ada di sini sekarang. "Aku masih menunggu dengan sabar."

Hinata lalu meletakan tubuh Hima di atas ranjang bayi dengan amat perlahan agar tak membuatnya terbangun. Lalu dengan sama pelannya dia menutup kelambu putih yang mengelilingi ranjang itu.

"Sekarang sudah giliranku?" Goda Naruto pada istrinya dan wanita itu hanya tersenyum tipis "tunggulah di ranjang, aku akan ambil kassa."

Naruto lalu melepas atasan piyama tidurnya dan duduk di ranjang, menunggu istrinya mengambil kassa dan obat. Ini rutinitas baru mereka tiap malam.

"Bersandarlah." Hinata lalu meletakan barang-barang perawatan medis untuk suaminya di atas nakas lalu dia duduk di tepi ranjang.

Naruto bersandar di kepala ranjang lalu membiarkan istrinya membersihkan luka bekas operasi tulang di bahu kanannya. "Hari ini aku mulai menyetir lagi, setelah makan siang dengan Kakashi."

Hinata mengerutkan kening "kenapa kau yang menyetir?" Dia rasa suaminya belum dapat menggunakan lengan kanan dengan maksimal, mengingat bekas operasinya masih sering terasa nyeri.

"Kakashi mabuk saat makan siang dengan klien yang ternyata adalah teman lamanya." Naruto pikir makan siang hari ini berjalan amat lucu. Kakashi sudah lama tidak bertemu teman lamanya itu lalu mereka berdua mabuk bersama hingga nyaris tak sadarkan diri di tengah hari.

"Kurasa Kakashi harus mulai memiliki supir." Hinata berujar, namun matanya masih fokus pada bekas luka jahitan operasi di bahu suaminya. Dia mengusap bagian itu dengan lembut menggunakan kassa dan membubuhkan cairan obat, seperti yang Dokter ajarkan padanya saat sebelum suaminya dibolehkan pulang.

"Akan kusarankan nanti." Naruto lalu mengusap bawah mata istrinya yang nampak sedikit menghitam. "Jika kau masih sulit tidur, apa kita harus pergi ke rumah sakit?" Belakangan ini dia sering kali mendapati istrinya terjaga nyaris sepanjang malam, wanita itu akan termenung dalam pelukannya atau terduduk di samping ranjang anak-anak.

Hinata menggeleng "tidak perlu, sejak dulu juga aku sering begini." Dia rasa tiap kali pikiranya kalut dia akan mengalami insomnia yang cukup parah.

"Tidak baik untuk kesehatanmu, kau tahu itu kan?" Naruto sebenarnya sangat khawatir namun tak ingin terlalu menunjukannya di depan Hinata karena dia ingin saat ini dan seterusnya, semua berjalan kembali seperti dulu saat semuanya baik-baik saja.

"Jangan terlalu khawatir." Hinata berujar lembut. Dia lalu membubuhkan sedikit lagi alkohol di atas kassa untuk diusapkan di bahu suaminya. Bekas lukanya semakin membaik, setidaknya itu mulai mengering.

"Kau terduduk sepanjang malam di samping ranjang anak-anak, aku takut kau semakin kalut." Naruto kini memberitahu kekhawatirannya. "Apa benar kau baik-baik saja?"

Hinata terdiam sebentar sebelum menyahut lagi. "Bolt dan Hima sudah mulai bisa berdiri dan berjalan merambat, aku takut mereka terjaga saat malam lalu turun dari ranjang dan terjatuh, jadi aku menunggunya di sana." Ranjang bayi itu tak memiliki besi yang cukup tinggi di sekelilingnya, pernah suatu malam dia mendapati Bolt memanjat besi itu lalu berhasil turun dari ranjang sendiri.

Naruto rasa itu alasan yang masuk akal, anak-anak akan segera bisa berjalan lancar, mungkin dia harus membeli ranjang baru, mengingat mereka bukan bayi lagi. "Tapi kau tidak memikirkan hal yang tidak-tidak kan?" Dia lalu mengusap sisi kiri wajah istrinya.

AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang