27

3K 472 41
                                    

Rasa sakit di sekujur tubuh, terutama bagian dada telah memaksa Naruto untuk bangun dari pengaruh obat bius yang mulai menghilang. Saat kelopak mata sewarna madu miliknya membuka, dia mendapati seseorang tengah duduk di samping ranjangnya, menggenggam tangan kirinya.

"Kau sudah sadar?" Hinata menatap mata biru suaminya dengan pancaran rasa khawatir yang tidak bisa dia tahan.

Naruto hanya menatap wanita itu, perlahan dia mendapati seluruh kesadarannya dan saat dia tahu istrinya ada di sana, dia merasa  tenang.

Hinata lalu memejamkan mata, masih menangkup tangan kiri pria itu. Dia mengucap syukur karena akhirnya pria itu membuka mata.

"Aku mencarimu." Bisik Naruto dengan suara parau yang nyaris tercekat. Napasnya masih terasa berat sekali meski telah dibantu selang oksigen.

"Maafkan aku." Hinata tidak tahu apa yang harus dia katakan saat ini selain kata maaf dan melihat kondisi pria itu sekarang membuatnya merasa bersalah.

Wanita itu bergegas memanggil Dokter, dia rasa saat ini bukan waktu yang tepat untuk mereka bicara, tentu saja pria itu harus segera diperiksa begitu sadarkan diri.

Tak lama Dokter datang dengan suara yang cukup berisik bersama dua orang Perawat, membuat anak-anak yang tadi sedang terlelap di atas sofa menajdi terjaga.

Hinata menghampiri anak-anaknya dan memeluk mereka sambil melihat ke arah suaminya yang tengah di periksa oleh Dokter.

Anak-anak mulai merengek dan menangis karena terbangun dengan terkejut dan mungkin mereka merasa bingung saat melihat ayah mereka sedang dikerubungi orang asing yang sebenarnya adalah Dokter dan Perawat.

"Hey, jangan menangis Ayah baik-baik saja." Hinata menenangkan anak-anaknya, meski dirinya sendiri juga merasa takut dan khawatir.

...

"Hinata, kau di sini?" Kushina terkejut saat melangkah masuk ke ruang rawat putranya, dia mendapati menantunya bersama cucunya sedang saling berpelukan di sudut ruangan sedangkan Dokter tengah memeriksa putranya.

Hinata mengangguk sambil mengusap air mata yang turun ke pipi, kini dia merasa malu untuk sekedar menampakan wajah di depan ibu mertuanya karena lari begitu saja meninggalkan Naruto.

Kushina juga menahan air matanya lalu dia memeluk tubuh mungil cucu-cucunya "Nenek merindukan kalian."

"Maafkan aku, Bu." Hinata berujar parau, dia rasa harus segera meminta maaf pada ibu Naruto.

"Tak apa, nanti kita bicara." Kushina menghapus air mata di pipi menantunya itu. Dia tahu Hinata melakukan semua ini karena mengikuti perkataan ayahnya saja, dia yakin perempuan itu tak pernah berniat meninggalkan putranya seperti itu.

Kushina lalu mendekat ke arah ranjang pasien, Naruto telah selesai diperiksa oleh Dokter. Dia membawa dua cucunya kepada ayah mereka. "Naruto, anak-anakmu sudah di sini."

Naruto tersenyum tipis, di tengah rasa sakit yang masih dia rasakan di sepanjang garis dada dan bahu kanannya. Meski dia masih berbaring tak berdaya di atas ranjang, lengan kirinya mengangkat, ingin menyentuh anak-anaknya.

Kushina lalu menundukan tubuhnya agar Naruto bisa menyentuh anak-anaknya. "Mereka di sini."

Naruto mengusap pipi gembil Boruto dengan jemarinya yang masih terasa lemas, lalu dia menyentuh lengan Himawari dengan lembut namun balita itu malah menggenggam jarinya dengan erat. Mereka yang awalnya merengek dan menangis kini mulai tenang setelah dapat melihat ayah mereka baik-baik saja.

Kushina nyaris menangis tersedu melihatnya,  akhirnya Naruto menemui anak-anaknya lagi setelah semua hal yang putranya itu lalui hingga berakhir di atas ranjang pasien seperti ini.

AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang