18

3K 500 41
                                    

Naruto melangkah masuk ke rumah tepat pukul enam pagi, karena dia memutuskan untuk tidur di mobil di basement apartment Kakashi, jangan tanya bagaimana bisa, karena dia diusir semalam dan enggan pulang ke rumah melanjutkan pertengkarannya dengan Hinata. Kini dia mulai benci pada pertengkaran atau perdebatan dengan istrinya, karena dia selalu berakhir tidur di dalam mobil.

Para pelayan telah terjaga dan mulai sibuk di dapur menyiapkan hidangan sarapan dan melakukan pekerjaan rumah. Karena ini akhir pekan, Naruto ingin segera melanjutkan tidurnya saja.

...

"Nyonya, Tuan sudah kembali." Kepala pelayan menghampiri sang nyonya rumah yang pagi-pagi sekali sudah sibuk di dapur memasak sesuatu.

Hinata menoleh cepat "benarkah?" Dia telah terjaga sepanjang malam ini untuk menunggu suaminya pulang seperti apa yang Kakashi katakan di telepon semalam. Namun dia memiliki firasat bahwa pria itu akan kembali di pagi hari.

"Ya, wajahnya nampak lelah." Lapor kepala pelayan. Entah sejak kapan kepala pelayan itu jadi jauh lebih menurut pada sang nyonya rumah daripada sang tuan padahal dulu sebaliknya.

"Biarkan dia mandi dulu, aku akan ke atas setelah selesai memasak." Hinata bergegas menyelesaikan hidangan paginya yang memang sengaja dia buat untuk pria itu jika dia kembali di pagi hari.

"Baik Nyonya." Kepala pelayan lalu kembali membantu sang nyonya rumah memasak di dapur, atau sekedar menerima permintaannya untuk mengambil sesuatu.

...

Selepas mandi Naruto segera naik ke atas ranjang dan berbaring di samping anak-anaknya yang juga masih tertidur. Dia meminta pengasuh pergi dari kamar begitu dia kembali tadi, sedangkan Hinata katanya ada di dapur sedang memasak.

"Kalian pasti menguasai ranjang ini saat Ayah tidak ada semalam." Naruto mengecup pipi merah bayinya satu persatu. Biasanya anak-anaknya akan tidur di ranjang bayi yang ada di sudut kamar ini. Tapi saat dia pergi untuk perjalanan bisnis atau tidak ada di rumah, Hinata sering membawa bayinya tidur di atas ranjang mereka.

Himawari lalu menggerakan tangan dan kakinya siap menangis saat merasakan kecupan-kecupan brutal dari ayahnya namun bayi itu tetap tertidur karena ini masih terlalu pagi untuk terjaga. Sedangkan Boruto jauh lebih pulas dan tidak begitu sensitive dengan gerakan ataupun suara saat tengah tertidur.

Naruto hanya menatap wajah anak-anaknya sambil mengusap kening mereka. Hinata bilang anak-anak sangat mirip dengannya, memang hal itu benar adanya. Dia berhasil memberikan lebih banyak gen dominan untuk anak-anaknya dan dia merasa sangat bangga akan hal itu, menandakan bayi-bayi ini adalah miliknya.

Dia harap, bisa terus melihat anak-anaknya tumbuh meski dia tak tahu apa yang akan terjadi pada pernikahannya di masa depan karena sejauh ini dia masih merasa perpisahan ada di penghujung pernikahannya dan Hinata, jelas hal itu berhasil menghantui dirinya.

Waktu terus berlalu, mereka bahkan telah melalui ulang tahun pernikahan yang pertama belum lama ini.

...

Hinata masuk ke kamar dan mendapati suaminya berbaring miring sambil termenung menatap wajah anak-anaknya. Melihat pria itu termenung begini membuatnya sangat merasa bersalah.

Naruto menoleh sekilas saat pintu utama kamarnya terbuka dan mendapati istrinya melangkah masuk. Dia tak mengatakan apapun dan masih menatap anak-anaknya.

Hinata duduk di tepi ranjang dan menatap suaminya. "Sudah merasa lebih baik?"

"Justru sebaliknya." Sahut Naruto, dia sedang ingin dibujuk oleh istrinya dan ingin mendengar wanita itu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi hingga dia pergi ke mansion saat hamil dulu.

AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang