Bonchap 2

3.3K 274 10
                                    

Hinata membuka pintu kamar dan meletakan beberapa barang di atas meja diikuti suaminya yang melangkah masuk, masih lengkap dengan baju polo putih yang khas untuk bermain golf.

"Kurasa punggungku akan patah sekarang." Naruto mengeluh sambil membanting tubuhnya untuk berbaring terlungkup di atas ranjang.

"Ayo kita ke rumah sakit." Hinata menghampiri suaminya dan duduk di tepi ranjang besar mereka seraya memeriksa punggung suaminya.

"Aku tidak mau ke rumah sakit." Naruto rasa dirinya hanya butuh beristirahat dan juga diberikan lebih banyak atensi dari biasanya.

Hinata kemudian menekan punggung pria itu dengan tangannya. "aku kan sudah bilang berkali-kali, kau terlalu berambisi pada turnamen itu."

"Nat, please.." Naruto berjengit sambil menahan tangan istrinya yang menekan punggungnya dengan cukup kuat.

Hinata lalu melepaskannya dan bersedekap sambil menatap suaminya. "Lalu bagaimana?"

Naruto memejamkan mata sambil merasakan seluruh punggungnya yang terasa nyeri. "Aku hanya butuh kau tidak memarahiku."

Hinata mengembuskan napas berat "Kau lupa tulang ini pernah patah sekali, bagaimana jika ini terluka lagi?" Dirinya tidak pernah lelah mewanti suaminya untuk berhati-hati. Pernah sekali pria itu melakukan operasi besar di bahu kanannya akibat kecelakaan mobil.

"Sayang jangan marahi aku lagi, aku sedang sekarat." Naruto pikir dirinya sekarang benar-benar butuh pertolongan.

Mendengar itu Hinata menoleh dan menatap suaminya dengan perasaan khawatir. Dirinya berhenti berujar panjang lebar dan memberikan atensinya. "Kita ke rumah sakit saja sekarang ya."

"Pijat aku saja, aku akan merasa lebih baik." Naruto meraih bantal dan memeluknya.

Suaminya ini sangat keras kepala. Namun Hinata tak lagi mengatakan sesuatu dan memijat pria itu dengan lembut dan hati-hati.

Berapa waktu belakangan suaminya tengah terobsesi pada turnamen golf yang diadakan oleh teman-temannya.

Beberapa perusahaan properti bergabung membangun semacam komunitas golf berisi para petinggi dan komisaris perusahaan.

Lalu Naruto dan Kakashi telah jadi perwakilan untuk perusahaan mereka dalam mengikuti turnamen fenomenal itu. Mereka berdua bahkan meninggalkan kantor dua jam lebih awal hanya untuk berlatih setiap hari selama dua bulan penuh!

Pagi tadi adalah pertandingan final. Dan ya seperti dugaan, Naruto bersama Kakashi memenangkan turnamen itu.

Naruto pulang membawa sebuah medali dan piagam simbolis bernilai sejumlah uang yang menurut Hinata di luar nalar untuk sebuah turnamen olahraga.

Naruto memejamkan mata merasakan pijatan lembut di punggungnya, sekarang dirinya merasa sepuluh kali lebih baik. Memang istrinya itu memiliki dua tangan penuh keajaiban, dapat membuatnya melayang hanya dengan sentuhan seringan bulu.

"Sekarang kau puas sudah memenangkan turnamen itu?" Hinata menunjuk ke arah medali di atas nakas.

"Sangat! Kau tahu, aku mengalahkan Neji dan semua bawahannya yang konyol itu." Naruto tertawa puas, tak menyadari bahwa istrinya sudah menatapnya penuh rasa heran.

"Astaga." Hinata hanya menggeleng, tadi pria itu mengeluh kesakitan dan sekarang tertawa keras sekali.

"Aku akan merayakan kemenanganku dengan pesta bersama semua anggota direksi besok, kau juga harus datang dan temani aku." Naruto sudah menyusun rencana bersama Kakashi akan berpesta besok untuk merayakan kemenangan mutlak mereka.

AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang