6

4.5K 536 33
                                    

Dari ekor matanya, Hinata bisa melihat sosok pria yang sangat dia kenali memasuki area lounge, yup dia adalah Toneri. Dengan pakaian kasual pria itu melangkah masuk dan berbincang dengan beberapa temannya.

"Hinata, dia di sini." Sakura berbisik pada Hinata.

Hinata tak mengatakan apapun dan mengabaikan apa yang Sakura ucapkan. Haruskah dia pergi saja dari sini sekarang?

"Sayang sekali kau tak berakhir bersamanya, Hinata. Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar." Seorang teman menyayangkan kegagalan hubungan mereka dan Hinata semakin merasa bahwa dia harus pergi.

Pria bersurai perak itu terkejut saat melihat Hinata ada di sini, pasalnya dia yakin bahwa Hinata tak akan datang untuk menghindari bertemu dengannya, tapi perempuan itu ada di sini? Duduk dengan anggun di depan sahabatnya. Jadi tanpa basa-basi lagi, Toneei menghampiri meja itu untuk bergabung.

"Boleh aku bergabung?" Suara seorang pria yang sangat Hinata kenali menggema di telinganya dan dia sangat benci itu.

Semua orang di meja saling berpandangan karena tahu Hinata mungkin akan merasa tidak nyaman.

"Kupikir kursi itu milik seseorang." Sakura mencegah agar Toneri tak bergabung di meja mereka.

"Oh ya? Sejauh yang ku lihat tak ada yang duduk di sini." Toneri lalu benar-benar mengambil duduk di samping kiri Hinata. Dia memandang wanita itu cukup lama.

Hinata memasukan ponselnya ke dalam tas, siap beranjak pergi namun Toneri menahan lengannya "duduklah di sini, jangan membuat suasana jadi canggung."

Sakura mendecih kesal "sebenarnya kau yang membuat suasana jadi canggung sekarang."

Hinata tak senang dengan ucapan Toneri tadi jadi dia tetap di sana untuk mempertahankan harga dirinya.

Toneri lalu sibuk bercengkrama dengan teman lain yang juga ada di meja itu seolah tak pernah terjadi apapun antara dirinya dengan Hinata, benar-benar keparat sejati.

"Jadi di mana pacar barumu yang seorang Pramugari itu?" Goda seorang teman yang rasanya juga tak cukup peka untuk membahas soal pasangan di depan sepasang mantan kekasih yang pernah menjalin kasih cukup serius.

"Dia ada penerbangan malam ini, jadi tak bisa ikut." Toneri menyahut dengan santai, untuk melihat reaksi Hinata.

Sakura yang melihat itu buru-buru bergumam "dasar tidak tahu malu." Dia lalu menyesap minumannya di atas meja.

Hinata berdehem pelan dan tak bereaksi apapun pada ucapan Toneri, dia hanya tak bisa menyembunyikan perasan sedih dan tidak nyaman yang dia rasakan.

"Kau datang sendiri, Hinata?" Toneri ingin sekali membawa Hinata pergi dari meja ini untuk bicara berdua. Namun dia tak bisa melakukan itu karena Hinata pasti akan menolak.

"Bukan urusanmu." Ujar Hinata dengan ketus.

Toneri mendecih "bisa kita bicara, Hinata?"

Hinata lalu menoleh ke arah pria itu, menatapnya dengan sedikit amarah terpendam dalam dadanya. Dia masih tak bisa memaafkan pria itu, setelah apa yang dia lakukan dulu. Menipunya selama dua tahun dan menguras uangnya secara terus menerus setelah dia beri kepercayaan untuk mengelola satu cabang restauran miliknya. "Enyahlah dari hadapanku." Ujarnya dengan suara pelan.

Toneri lalu merapatkan duduknya pada Hinata dan merangkul pundak perempuan itu. "Kau pulang denganku nanti, kita benar-benar harus bicara." Biasanya Hinata akan luluh jika dia perlakukan dengan lembut begini, meski perempuan itu telah membangun dinding selama beberapa waktu belakangan dan memutus segala komunikasi antara mereka, dia yakin perempuan itu masih menginginkannya.

AgreementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang