Hari hari yang kami lalui, seperti layaknya anak sekolahan tentu bahagia tanpa memikirkan beban ekonomi, karena rata rata anak yang bersekolah disana punya orang tua yang ekonominya lumayan.
Tapi tidak dengan Iqbal. Hampir 2 bulan dia tidak membayar uang sekolah. Karena kepintaranlah dia bisa masuk ke sokalah favorite tersebut.
"Iqbal, ke TU sebentar" perintah guru yang mengajar Kewarganegaraan.
"Iya Pak"
"Ada apa Bal" bisikku sebelum dia berdiri dari bangkunya.
Dia hanya senyum dan berkata:"Engga tau Io. Gue ke TU dulu ya"
Aku mengangguk.
Murid murid yang lain melihat ke arah Iqbal.Pelajaran berlangsung seperti biasa. Tapi pikiranku ke Iqbal. Aku sempat melirik Pratiwi. Dan dia juga mungkin merasakan apa yang kupikirkan, hingga pandangan kami beradu.
"Ada apa sama Iqbal" Pratiwi bertanya. Aku hanya bisa mengerti dari bibirnya, karena kata katanya tidak kudengar.
Gue angkat bahu. "Nggak tau" kataku tanpa mengeluarkan kata kataKetika Iqbal masuk kelas, wajahnya tetap ceria seperti biasa. Kusambut dengan senyum
"Heiii ..ada apa Lu dipanggil" bisikku, mataku masih tertuju ke Guru yang mengajar.
"Enggak...engga ada apa apa" bisiknya.
"Engga ada apa apa kok dipanggil"
"Nanti gue ceritain Io"
Konsentrasi kami kembali ke depan kelas pada guru yang mengajar. Kami terdiam.Hingga pelajaran selesai kami baru bicara.
"Ada apa ama Lu, Bal." Tanyaku.
"Enggak ada apa apa Rio"
"Enggak ada apa apa tapi lu dipanggil"
"Lu jangan cerita ya"
"Iya"
"Ini kan mau ujian semester Io, gua gak bisa ikut ujian kalau belum melunasi tunggakan."
"Hah"
"2 bulan"
"Kok bisa"
"Gue banyak story Io. Mungkin habis ujian semester gua hengkang dari sini, pindah sekolah"
"Anjiir. Masalah lu apa sih" tanyaku serius.
Pratiwi memperhatikan kami berbicara serius.
Obrolan singkat kami terhenti karena guru Matematika kami sudah didepan kelas."Siang anak anak" sapanya yang kami jawab serentak.
Matematika adalah pelajaran makanan empuk bagi Iqbal selain Kimia dan Fisika.Aku tidak mau menggangunya dengan ke "kepo"anku.
Termasuk aku yang harus menguasai ilmu itu.Hingga bell pulang berbunyi, aku masih ingin tau apa yang menimpa sahabatku.
"Ehhh Bal, kenapa lu dipanggil tadi" Seru Pratiwi ketika kami bertiga mau ke kantin.
"Ahh enggak"
"Iqbal gak bisa ikut ujian kalau gak bayar uang sekolah" bisikku.
"Hah...emang berapa bulan belum bayar" selidik Pratiwi.
Aku yang menyahut.
Kutunjukkan dua jariku."Iqbal"
Iqbal tertunduk."Nanti pulang sekolah, lu ikut ke rumah gue ya" kata Pratiwi.
"Ke rumah lu. Ngapain" kataku.
"Nanyanya gitu sih"
"Iyahh...enggak apa apa sih. Pengen tau aja"
"Ikut aja nanti"
Aku bahagia sekali rasanya diajak Pratiwi kerumahnya. Dengan begini aku bisa lihat Om Adi dengan jelas. Akan ku atur caranya biar bisa bicara lama sama dia. Otakku sudah mulai sedikit miring ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME AND MY GIRLFRIEND'S FATHER ( BISEX )
FantasyRio yang Gay suka kepada Om Adi ayah dari "teman"nya yang bernama Pratiwi. Apakah Rio bisa menaklukkan Om adi yang Straigh? Dalam perjalanan cinta, Rio sering tersandung oleh indah cinta. Tapi Rio bisa menemukan keinginannya tanpa embel embel cinta...