23. AKU DAN IQBAL + om adi

3.7K 99 4
                                    

Renang. Kegiatan rutinku yang terganggu oleh ribetnya tali cintaku yang tidak akan bisa diluruskan lagi, membuat acara rutin renangku terganggu di tambah lagi intensnya turun hujan.

Pukul 16 sore aku pergi ke kolam renang yang berjarak 2 kilometeran dari rumahku.

Baru saja kubuka sedikit gerbang rumahku, kepala motornya Iqbal berhenti hampir menubruk pahaku.

"Hahahaha ...." Iqbal tertawa.

"Sueeeee ....dasar kupret lu Bal, ngagetin gua aja" cemberut yang kubuat buat.

"Mau kemana lu Rio"

"Renang. Dah lama nih gua gak renang, badan gue dah kaya Om Om" kataku.

"Gue mau ketemu ama lu Rio, bisa?"

"Ini apa? Bukannya dah ketemu'

"Maksud gue mo ngomong ngomonglah"
Aku garuk garuk kepala yang enggak gatal sama sekali.

"Pleaseeee..." Mohonnya.

"Gue mo renang Bal. Masa gagal lagi udah gue rencanain. Besok bisa gak. Besok gue di rumah seharian" kujawab dia.

" Lu gak setia kawan gitu dah Rio."

"Bal, kalau lu nuduh gue gak setiakawan dah dari dulu kali gue gak berteman ama lu. Ini...ini nih...penilaian kaya gini kadang membuat gue merasa gak simpatik sama teman. Ngejudge gue hanya keinginan mereka terlaksana. Lu sama ama babenya Tiwi. Pantas kalian cocok" kusindir dia.

"Maaf Rio. Maaf...bukan maksud gue ngejudge lu. Tapi...."

"Maaf Bal. Gue harus pergi"

"Rio, gue ikut renang ya"

"Terserah lu"
Aku masuk lagi untuk mengambil motorku. Iqbal menunggu didepan.

"Kalau mau ikut ayo" kataku.

"Beneren boleh Rio?. Makasih ya Io"
Sebenarnya aku enggak suka kehadirannya. Kalau kuingat pertemuannya dengan Om Adi di hotel itu. Tapi gak apa apalah. Toh aku udah enggak sudi ketemu sama dia. Terlanjur sakit hati ini.

Menuju kolam renang Aku dan Iqbal hanya diam. Aku tidak mau gegabah menyinggung hubungannya dengan Om Adi. Takut aku yang terjebak.

"Lu bawa celana renang gak Bal" tanyaku waktu membeli karcis masuk. "Biar sekalian sewa disini kalau gak ada" lanjutku.

"Gak Rio. Kan niat mau bertamu"

"Ya udah deh, sekalian aja. Mas sewa celana renangnya satu yang M" pintaku."sekalian aja sama karcis bayarnya"

"Baik mas. Ini celannya dan karcis masuknya. Jangan lupa dikembalikan ya"

"Ok mas. Bal ayo..." aku berjalan didepan, Iqbal mengikutiku.

"Iqbal lu ganti dulu sana di kamar ganti. Jangan disini gantinya, bisa nafsu gue liat lu" candaku.

"Nafsu nafsu aja Rio. Gak ada yang marah ini." Katanya.
Busyettt...jangan jangan beneren nih dia sama Om Adi. Anjiiirrrrr.

"Preeet...gue cuma bercanda lu serius gitu Bal." Pancingku.

"Siapa juga yang serius. Gua juga cuma bercanda. Yeeee...emang lu doang yang bisa" balik dia menjawab.

Suara hpnya Iqbal membuat aku sedikit penasaran, siapa yang menelpon.

"Ya Om. Iqbal enggak dirumah. Lagi berenang. Om Adi emang dimana?"
Hufffffsss.....pasti sudah, fix.

*****

"Iqbal di kolam renang Intan Om."

*****

"Ya sudah Iqbal tunggu"
Hp dimatikan.

Kita lihat akan terjadi apa nantinya.
Iqbal dan Om Adi.

Aku membuka kaos dan celana pendekku. Iqbal sedang menggati celananya di kamar ganti.
Kutunggu dia sampai selesai.

"Widihhhh....bodymu Rio. Pantas Tiwi tergila gila ama lu"

"Maksud lu apa Bal ngomong begitu."

"Kita masuk kolam yooo...biar pala lu dingin Rio. Akhir akhir ini lu emosian melulu. Gue akan ceritain tentang gue dan Tiwi. Ayooo nyebur." Iqbal duluan meloncat ke kolam sementara aku masih kepikiran ke Tiwi.

"Rioooo ayooo...seger nihhh"teriak Iqbal.
Dengan senyum aku pun meloncat dan berenang sampai pinggir kolam seberang.

Iqbal menepi mengikutiku. Aku duduk dibibir kolam.

"Bodymu Rio...ck ck ck..."

"Kenapa body gua aja lo kagumi, kontol gue sekalian"

"Hahahahaha....gue tau semuanya lu menang dibanding gue Rio. Gue gak ada apa apanya".

"Iqbal, fisik bisa kita tempa bentuknya, semua karena latihan, tapi satu yang gak bisa gue tempa sifat dan arogansi gua. Sudah gue coba untuk bisa seperti Ayah gue, kalem kaya lu, atau ngemong kaya Om Adi, tetap tidak bisa. Lu beruntung mendaptkan Ayah angkat seperti Om Adi Bal."

"Makasih Rio. Tapi perlu juga lu tau tidak semua menyukai sifat kaya gue, buktinya Tiwi"

"Tiwi? Kenapa ke Tiwi?"

"Gue nemuin lu bukan semata mata karena pengen ketemu lu Rio. Gue menyampaikan pesannya Tiwi."

"Bingung gua Bal"

"Waktu lu dusir Om Adi, Tiwi mengutarakan isi hatinya ke lu, iya kan? Dan saat itu lu lihat gua di mobil Om Adi. Gua gak tau apa penilaian lu terhadap gue"cerocosnya.
Aku diam memandang ke kolam.

"Malamnya ketika aku dan Om Adi sampai dirumah, Tiwi histeris marah sama babenya. Dia berteriak tidak mau sama gue. Gue merasa sakit waktu itu. Ternyata hatinya Tiwi ama lu Rio selama ini"

"Maaf Bal. Sebesar apapun perasaan Tiwi ke gue, gue dah gak peduli. Gue mau jalani hidup gue sesuai keinginan gue. Gue gak mau ada embel embel Cinta. Gue merasa sakit hati, Iqbal! Diusir seperti anjing buduk dari rumahnya. Bilang aja sama Tiwi, no loving for us." Aku nyebur lagi ke kolam.

Ada yang belum diceritakan Iqbal pertemuan dia dan Om Adi di hotel. Dia hanya bilang 'sesampai dirumah malam itu'

Tapi aku gak perduli lagilah. Biar waktu yang menjawabnya. Yang pasti tanpa disadari, Iqbal sudah memberitahu aku bahwa mereka memang pergi hingga malam.

"Iqbal....."seru Om Adi.  Dia sudah telanjang hanya memakai celana renang. Bagus badannya. Tapi daripada aku gak ada arti diantara mereka, lebih baik menyingkir sebelum kurasakan pahitnya lagi.

"Ok Bal. Gua ke toilet dulu ya. Pengen berak" alasanku.

"OK Rio"

Saat aku mengelilingi kolam hendak mengambil pakaianku Om Adi menanyakan aku.

"Rio mau kemana"sapanya
Tak kugubris kata katanya.
Kuambil pakaianku dan aku masuk ke kamar ganti.

Saat pulang aku tidak permisi lagi. Kini aku sudah jelas tau hubungan mereka. Hanya ingin tau saja kejelasannya.

"Ke Mall ahhh" kataku dan kudengar sendiri.
Dengan semangat kupacu motorku ke arah tujuanku.

Memasuki Mall yang begitu ramai malam itu kupikirkan apa yang hendak kubeli. HP!!!
Kujentikkan jariku.

Keliling keliling akhirnya aku mampir ke counter penjual lengkap segala merk.

Saat tanya spec dan performa HP yang kuingini seseorang menepuk pundakku. Om Ripto.

"Heiiii...si tampan ternyata disini. Gak disangka sangka" katanya. Tapi seorang pria muda mengikuti dia.

"Om beli yang kaya ini aja" katanya menunjuk HP pilihanku.

Aku tertawa geli. "Xixixixixi" tawaku yang kutahan. Penjaga counter memperhatikan aku tertawa. Gaya bicaranya itu loh..gak kkkuuuuuaaat...hahahaha.

Aku tidak menghiraukan omongan mereka, lebih baik kuteruskan bertanya tanya sebelum kubeli.

"Rio tunggu sebentar ya. Plisss jangan pergi. Om tidak ganggu kamu lagi kok. Percaya sama Om" katanya dan pergi menarik tangan pria bencesnya.

Aku masih di counter bertanya tanya soal hp yang mau kubeli.

Next》》》》》》

ME AND MY GIRLFRIEND'S FATHER ( BISEX )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang