Lebih dulu membuka pintu mobil dan duduk di belakang jantungku sedikit tidak tenang.
Bagaimana tidak, orang yang berusaha kuhindari, kini aku berada dalam mobilnya.
Menghindari bukan hanya satu orang, dua duanya, Ayah dan Anak. Tentu bisa dibayangkan, kalau Tiwi suka sama aku yang Gay. Bagaimana jadinya...
Om Adi, yang sudah menikah tapi masih mencintaiku, bagaimana perasaan ini aku sembunyikan, secara rasa cintaku sama dia masih bersemayam didada ini. 'ohhh....cinta....' Om Adi sendiri hampir keceplosan dengan sebutan 'Sayang' ke aku. Apa aku bisa mengelakkan dia, bila dia menyentuh bagian tubuhku. Apa gak keceplosan juga aku???Ahhhh.....rumit.
"Lohhh...lohhh ..Ambar kok mau duduk dibelakang?. Tidak bisa begitu. Ayah jadi supir kalian begitu?? Oh No....! Rio, kamu didepan dekat sama Om. Biar Ambar duduk dibangku belakang" Om Adi masih berdiri sambil memegang pintu mobil yang terbuka melongokkan kepalanya ke arah kami.
"Ayaaahhh....gitu amat sih. Masa gak bisa duduk sama Rio" protes Tiwi.
"Gak bisalah. Ayah jadi supir. Enak aja kalian"
Aku tau maksud Om Adi, dengan mengajakku di depan, dia bisa melirik ke aku nantinya. Tapi apa aku bisa tahan...."Rio aja yang nyetir Om. Om duduk dibelakang biar Tiwi di depan."usulku. Wajah Om Adi sedikit kecewa dengan usulku.
"Tidak bisa...tetap Om yang nyetir, kamu duduk didepan. Biar Ambar jadi ratu dulu sementara"
"Gak mau Ayah. Ambar duduknya sama Rio aja, wong mau cerita cerita kok malah dipisah"
"Tidak bisa. Ingat kalian masih anak SMA. Anak SMA" Om Adi menekan kata katanya sambil mengeja Es Em A.
"Lah, kalau Anak SMA emang gak boleh duduk bareng. Toh Ayah ada disini" protes Tiwi.
Aku hanya cengengesan melihat tingkah Ayah dan Anak yang sama sama menyukai aku."Ambar diam ya sayang. Apa kata Ayah nurut aja." Om Adi mempersilahkan aku keluar dari mobil pindah ke jok depan."Rio....ayo pindah ke depan nak" pintanya.
"Nak ni yeeee....Sayang getto loh."dalam hatiku.
"I....iiihhhh Ayah benar benar otoriter banget sih...."gerutu Tiwi.
"Enggak banget dah...." Lanjutnya."Udahlah Wi, masih satu mobil ini, lu kan bisa cerita atau nanya apa saja, lu dekat ke gue aja" kataku melihat kebelakang.
"Apaan sih kamu Rio" Om Adi protes dengan mimik cemberut.
Kusandarkan tubuhku ke jok dan aku memainkan mataku ke Om Adi tentu tidak dilihat Tiwi."Au ahhh...." Suara Om Adi tidak terdengar jelas.
Tiwi merapatkan tubuhnya ke arah jok yang kududuki dan memegang belakang jok mobilnya.Tapi sebelum Tiwi bicara sudah diprotes Om Adi.
"Ngapain mepet mepet. Sandaran dibelakang" katanya.
Tiwi kesal melihat tingkah Ayahnya."Ini mau pergi apa drama di dalam mobil sih Yah?" Kata Tiwi
"Kamu sih. Udah dibilangin, ngeyel" kata Om Adi.
"Om Adi yang baik hati dan lagi ganteng, hanya ngobrol aja sih Om, kenapa gak bisa. Bentar lagi Tiwi balik ke Jawa loh Om" kataku pelan.
"Iya...iya ..ngoborol dah. Suka suka kalian lah" Om Adi cemberut dan menstarter mobilnya.
Baru saja mobil keluar gerbang rumahku, mata Om Adi sudah melihat ke arah pahaku. Aku hanya bisa melihat dari ekor mataku.
"Rio....Abang mu si Rexa gimana kabarnya" Om Adi mulai mengajak ngobrol.
"Rexa? Abangnya Rio, Ayah?. Emang liburan semester disini ya Rio?" Tiwi mendekatkan tubuhnya ke arahku.
Mata Om Adi langsung mendelik."Ambar...." Om Adi mengingatkan
Tiwi tidak menggubris kata Ayahnya."Kenapa Wi, lu tertarik cerita bang Rexa?"
"Iya ialah. Gue kan belum tau Abang lu" balas Tiwi.
"Orangnya tidak kalah tampan dan ganteng dengan Rio. Putih bersih dan kalem orangnya" Om Adi yang menerangkan.
"Iya Wi. Bang Rexa ada dimari. Lagi pergi sama Mama dan Papa" kataku.
"Mau gak ketemu sama dia Mbar? Biar pulangnya kita ngobrol di rumahnya Rio"
"Ayah...bisa bisanya ya."
"Loh kalau mau. Biar kenal aja kaya gimana si Rexa" Om Adi merasa senang karena topik yang dibicarakan adalah abangku, Rexa. Dengan begitu perhatian Tiwi sedikit teralihkan dari aku. Dan Om Adi sepertinya suka bila Tiwi jauh dari aku.
Iya ialahhh....Om Adi suka Ama aku....
"Tapi boleh juga Yah" akhirnya Tiwi setuju.
"Nah gitu dong. Jadi kamu bisa kenal dengan Rexa. Suatu saat ketemu kan enak jadinya" Om Adi melihat Tiwi dari kaca spion dalam mobil. Tiwi bersender dan melihat ke arah luar.
Kesempatan itu tidak di sia siakan Om Adi.Sambil mengganti gigi perseneling mobil, tangannya sempat sempatnya meraba kontolku. Aku kaget gak karu-karuan....
"Eiiit...." Suaraku keluar terdengar.
"Kenapa Io...." Tanya Tiwi mendekatkan wajahnya ke arahku.
"Enggak Wi. Gua ingat sesuatu jadi keluar dah nih kata..." Kataku melihat keluar kaca mobil. Seandainya Tiwi bisa melihat wajahku, uhhh pasti aku malu karena rona wajahku memerah.
"Apaan sih Rio...ingat apa lu?"tanya Tiwi.
"Ada yang lucu aja Wi. Pengen tau aja" elakku.
Om Adi menyembunyikan rasa tertawanya dengan menahannya sampai memerah wajahnya."Kenapa Yah. Kok wajah Ayah seperti senyum gitu" selidik Tiwi.
Aku langsung mengarahkan mataku ke wajah Om Adi."Si Rio Mbar, lucu hahahaha" Om Adi tertawa juga."kaya kesengat tawon" canda Om Adi.
"Uuhhh Ayah....gak lucu tau" Tiwi.
Seandainya Tiwi tidak ada sudah kucium itu bibirnya Om Adi. Bikin gemes aku aja...Saat kami bercanda di dalam mobil, hp Om Adi berbunyi. Dia meminggirkan mobilnya dan menrima telpon dari seberang sana.
"Ya Ma. Ini baru mau jalan makan. Kami sama keluarganya pak Felix, Ayahnya Rio"
"............"
"Abangnya Rio, si Rexa mau pulang ke tempat kuliahnya, jadi mau perpisahan gitu"
"............"
"Maaaaa.....jangan mulai ya...ini hanya mau makan malam. Sebentar aja kok"
"..........."
"Larut malam pulangnya. Tidur duluan aja. Mas nyusul ya."
".........."
"Ok...ok....sabar ya Ma"
Plep...hp Om Adi dimatikan.
Diam.....
Om Adi jelas berbohong. Aku tidak tau kenapa Om Adi sampai membohongi istrinya. Tapi aku tidak mau tau. Sendirinya juga aku akan tau nanti.
Om Adi melajukan lagi mobilnya menuju restoran yang diinginkannya. Dan ternyata tidak ke restoran yang biasa kami sambangi.
Ini restoran yang aku pikir termasuk mewah. Dimana ada tersedia tempat privacy.
"Ok Rio dan Ambar kita makan disini. Privat room" kata Om Adi setelah memilih tempat yang dia suka.
"Yah...enggak salah ini? Tibang makan doang ke tempat begini?" Protes Tiwi.
"Buat anak kesayanganku dan...." Om Adi berhenti sejenak dan melihat ke arahku. "Dan....merayakan kedatanganmu, Ayah pilih tempat ini. Enggak terus terusan begini sayang. Ayah rindu sama anakku ini" kata katanya membuat kami sedikit dramatis.
"Makasih Ayah."Pelukan Tiwi membuat aku tertunduk.
"Ayo Rio, duduk" ajak Om Adi. Aku menempelkan pantatku dibangku berhadapan dengan Om Adi. Pikiranku langsung negativ, karena Om Adi pernah menempelkan kakinya ke kontolku waktu makan bersama dengan istrinya.
Aku sudah siap siap untuk tingkah lakunya.>>>>>>> Masih nyambung ya gaessss
![](https://img.wattpad.com/cover/292483828-288-k771769.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ME AND MY GIRLFRIEND'S FATHER ( BISEX )
FantasyRio yang Gay suka kepada Om Adi ayah dari "teman"nya yang bernama Pratiwi. Apakah Rio bisa menaklukkan Om adi yang Straigh? Dalam perjalanan cinta, Rio sering tersandung oleh indah cinta. Tapi Rio bisa menemukan keinginannya tanpa embel embel cinta...