55. APARTEMEN PAK ANSEL

1.5K 71 24
                                    

Sabtu adalah malam Minggu, yang diklaim orang tua atau kaum muda sebagai malam panjang.

Seperti biasa, aku akan dalam kesendirianku. Seperti sebatang kara lintang lantung tanpa tujuan.

Kadang aku menyesali diriku kenapa begini. Orang tua yang lengkap, keadaan yang lumayan diatas rata rata, kasih sayang juga tidak kekurangan, tapi waktu untuk bercengkerama dengan kedua orang tuaku bisa dibilang hanya sedikit.

Tidak di hari Sabtu atau Minggu bahkan hari libur, ingin rasanya bersama orang tuaku, tapi apa daya, dengan alasan demi anak anak yang dikasihi mereka, buisnes harus jalan terus.

Apalagi di hari besar, pembeli tentu meningkat dibanding hari biasa.

"Huhhhh....." Keluhku.

"Kenapa Den. Kok nafasnya panjang.?" Bi Endah teman setiaku semenjak lahir mendekatiku di meja makan.

"Gak papa bi. Sedih aja" kataku.

"Sedih kenapa den"

"Punya keluarga lengkap kok ya begini. Pengen jalan jalan kaya dulu. Shoping shoping...." Keluhku

"Den Rio, bibi bukannya nasehati atau gimana gitu, den" Bi Endah serius. Aku menatapnya dari bangku dudukku. "Den Rio, harus bersyukur. Nyonya sama tuan jarang pulang cepat, bahkan hari libur pun pergi, bukan berarti mereka mengabaikan den Rio. Semua tentu ada tujuannya den."

"Iya sih bi. Rio hanya ingin seperti dulu, sewaktu Rio masih duduk di SD bahkan masih kls 1 SMP. Masih bisa pergi sama Mama dan Papa"

"Den Rio kan sudah dianggap dewasa, jadi gak salah toh, mereka menambah penghasilan demi den Rexa sama den Rio. Sekolah den Rio kan tau sendiri, paporit"

"Favourite Bi. Buka. Paporit"

"Iya Den. Bibi gak bisa bilang kaya gitu. Yang pasti den Rio harus mendoakan Nyonya sama Tuan biar lancar usahanya"

"Iya Bi itu sih pasti. Tapi bibi kok bisa juga ya kaya Nenek nenek gitu nasehatin Rio. Pantas loh bi"

"Ihhh adeeeen. Kan ada saatnya kita dewasa dan berjiwa muda."

"Makasih ya Bi. Kalau gak ada bibi gak tau deh."

"Bibi apalagi, di saat semua pergi. Tinggal bibi seorang mulai pagi sampai malam. Bibi gak ngeluh. Karena bibi sudah menganggap keluarga ini adalah keluarga bibi jadi kudu semangat"

"Bikinin mie instan goreng bi. Rio pengen makan mie"

"Den itu hpnya bunyi kayanya" bi Endah mengarahkan telinganya ke bunyi suara itu.

"Ehh iya hp Rio. Bikini ya Bi" kataku meninggalkannya di dapur.

Kuambil hpku dan kulihat dari siapa. "Woowww.....Pak Ansel....wihhh....gimana ini" guamamku. "Panggilan tak terjawab. Apa aku telpon balik....! Telpon enggak telpon enggak telpon.." aku berkeringat sendiri. Tapi untuk mengetahui apa maksudnya menelpon, aku telpon balik.

"Hallooo Rio"

"Selamat sore pak. Apa kabar pak Ansel" sapaku sesopan mungkin.

"Baik baik Rio. Kamu gimana"

"Baik juga pak. Tadi maaf gak dengar suara hp jadi gak keangkat Om..ehh..pak"

"Rio, panggil Om juga tidak apa apa. Mungkin kamu sudah terbiasa ya"

"Iya Om...Pak..."aku cengengesan.

"Gini Rio, kalau kamu senggang, mulai nanti jam 5 sore sampai jam 9 an malam, bisa bantu Om gak"

"Bantu! Bantu apa Om. Rio senggang kok, tapi semampu Rio ya Om. Soalnya heheheh gak biasa kerja. Maaf Om buka kartu dah Rio"

"Enggak kerja berat kok. Kalau kamu bisa datang ya. Alamatnya Om kirim."

ME AND MY GIRLFRIEND'S FATHER ( BISEX )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang