42. RESTO

1.2K 64 18
                                    

Ketika hendak memesan makanan, hp Om Adi berbunyi nyaring dengan ring tone nya.

Dia hanya mendelik melihat layar hpnya. Tidak mengangkat.

"Angkat Yah. Kali aja penting" usul Tiwi. Aku dan Tiwi melihat wajah Om Adi yang cuek.

"Enggak penting. Teman Ayah" katanya. Om Adi meihat lihat menu makanan yang berbahasa Indonesia dan  asing itu.

"Pilih Rio, Ambar....ayo...kok diam aja" katanya.

"Ya Om"kataku sambil meraih daftar menu. Demikian juga Tiwi.
Setelah pilihan kami dicatat waitress, Om Adi melanjutkan obrolannya.

Kali ini Tiwi memandangi aku tidak seperti biasanya.

"Tempat ini Ayah pilih karena Ayah tidak mau diganggu oleh siapapun. Cukup kita bertiga"

Tiwi mengalihkan tatapannya ke lilin yang menyala.

"Tapi enggak gini gini juga kali Yah, pake privat room segala. Pake acara candle light lagi. Dan kaya pacaran aja" katanya tanpa beban dengan wajah yang senyum.

Aku dan Om Adi saling pandang.

"Emang kita pacaran sayang. Dalam artian kita lagi sayang sayangan"

Tiwi mengira Ayahnya akan menyetujui kalau Rio bisa menjadi 'temannya'.

"Sayang sayangan? Apa sih Yah?" Tiwi melirik aku malu malu.

"Pacaran itu tidak harus diartikan hubungan dua insan yang dimabuk cinta. Pacaran dalam arti luas" terang Om Adi.
Wajah Tiwi yang tadinya sumringah langsung berubah biasa.

"Ayah sok tau ahh....dimana mana pacaran ya cinta cintaan, sayang sayangan"
Aku hanya dengan diam saja mendengar mereka berbincang.

"Rio, diam aja sih dari tadi" Tiwi nyeletuk. Berharap aku mengeluarkan kata kata yang bisa membuatnya bahagia.

"Gua mo omong apa Wi. Gak ngerti gua arti pacaran. Apa sayang sayangan apa gebuk gebukan, apa....."

"Wakakakakaka.....Rio...Rio...udah deh gak usah ngeles. Lo itu kan biang kerok waktu di kelas kita. Pasti ada yang kecantol lah..." Tiwi masih cengengesan sambil memainkan tissue ditangannya.

"Sumpeeeee Wi. Kagak pernah tau rasa pacaran. Berteman aja kadang sakit hati" kataku melihat wajah Om Adi. "Lu kali Wi, di Jawa sana sudah punya. Secara lu tuh cantik dan smart. Cowo cowo pasti tergila gila Ama lu. Mana jauh lagi dari Om Adi...bebas dah" kataku.

Om Adi masih menatap wajahku.

Obrolan kami berhenti karena troly tempat pesanan kami sudah berada di ruangan kami didorong oleh waiter dan waitress.

Hidangan kami disajikan oleh waitress diatas meja kami.

"Silahkan pak, mas dan mba dinikmati. Kalau ada yang penting tinggal pencet bell nya ya pak. Oh iya kalau lampunya mau diredupkan tinggal disetel ya pak. Permisi" pelayan resto meninggalkan kami.

"Hebat juga ini resto. Segala sesuatu bisa disetel" kataku sambil berdiri menyetel cahaya lampu di ruangan kami.

"Gitu aja Rio agak redup! Wah bagus itu cahaya redup" suruh Om Adi.

Aku kembali kemeja makan kami dan mau menyantap makananku.

"Ok, malam ini dunia milik kita bertiga, Om, Rio dan kamu sayang. Lupakan semua penat" kata Om Adi.

Tiwi dan Om Adi tak satupun mengingat, bahwa di rumah ada yang menanti, Istri Om Adi. Kenapa? Masih bertanya tanya di pikiranku.

Tak sepatah katapun keluar dari mulut kami ketika suapan demi suapan masuk ke mulut kami, hingga hpnya Tiwi berbunyi.

ME AND MY GIRLFRIEND'S FATHER ( BISEX )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang