Dengan memarkirkan motorku di warung rokok dekat rumahnya kumata matai Iqbal.
Mataku tidak lepas dari rumahnya Iqbal."Sudah mau malam begini, masih mau ketemuan. Mau ketemu dimana mereka" bisik hatiku.
Kuikuti Iqbal dari jauh. Kuhafal nomor motornya.
"Aku tidak mau kehilangan jejaknya dia. Semoga dia tidak tau aku mengikutinya" aku membatin.
"Oo...oowww Hotel???" Tanyaku dalam hati. Hatiku mulai panas. Perutku mulas karena setress.
Sekan dirajam anak panah reratus ratus, dadaku seakan tidak ada denyutan lagi. A0ku pening seketika.
"Om Adi????" Aku lemas. Tapi aku tidak menangis lagi.
Mereka masuk ke hotel. Kuputuskan untuk pulang dengan hati yang hancur.
"Tidak ada lagi yang diharapkan. Kubur dalam dalam perasaan Cintamu Rio" bathinku ke diriku sendiri. Fix. Aku bertepuk sebelah tangan.
"Selamat berbahagia Om dengan sahabatku Iqbal. Aku, Rio yang mencintaimu, tidak akan pernah lagi mengharapkanmu. Bye Om" kataku sendiri.
Sedih....perih ...
Kujalankan motorku pelan pelan. Aku santai menuju rumahku.
"Rio darimana aja sih sayang. Lama amat beli kuota doang" sergah Mamaku sesampai aku dirumah.
"Tadi ketemu teman Mah. Jadi lupa pulang dah. Namanya temen ngobrol gitu" Aku masih ceria.
"Tadi Om Adi nanyain kamu"
"Nanya apa Om Adi ma"
"Katanya dia mau ngobrol ngobrol tentang anaknya Tiwi. Dia ingin tau Tiwi gaulnya sama siapa di sekolahan"
"Lah kenapa harus ke Rio. Nanya aja langsung ke anaknyalah"
"Emang kalau Mama nanya, Anak Mama ini gaulnya sama siapa, bisa jujur jawabnya? Mungkin Tiwi juga tidak akan jujur sayang. Jadi wajar saja Om Adi nanya sama teman dekatnya Tiwi, gitu"
"Oh begono...terus ada pesan buat Rio gak ma, kalau Om Adi ingin tau anaknya" kataku sedikit berharap Om Adi mau ketemu gitu heheheh...padahal aku sudah tau dia sama siapa.
"Gak ada sih. Cuma Om Adi bilang sampai ketemu besok di sekolah"
"Itu sih bukan pesan Mah. Setiap hari juga ketemu. Om Adi kan antar Tiwi."
"Hehehehe....Rio anak Mama bisa aja."
"Udah ah Ma, Rio mau mandi" kataku melewati mamaku.
Dalam kamarku, aku tidak langsung mandi. Aku duduk di bangku meja belajarku. Kumain mainkan mouse PCku sambil membayangkan kemesraan Om Adi dan Iqbal.
Aku bertanya dalam hatiku, "Apa istimewanya Iqbal Dimata Om Adi. Apa kurangnya aku bila dibandingkan dengan Iqbal. Tiwi sendiri mengakui, bahwa aku lebih dari Iqbal. Kenapa Om Adi harus memilih Iqbal dibanding menerimaku. Hhhhuuuhhh..." Desahku.
"Aku harus belajar dari pengalaman ini. Aku harus intropeksi diri. Jangan gegabah mencintai orang. Mencintai boleh saja, tapi lihat orang nya. Ok dah. Semangat Rio, semangat"
Kumasuki kamar mandiku, kusiram seluruh tubuhku agar adem rasa badan dan hatiku.
Too Good and Goodbye nya Sam Smith kusenandungkan mengekpresikan kegalauan hatiku.
You must think that i'm stupid
You must think that i'm fool
You must think that i'm new to this
But i have seen this all beforeI'm never gonna let you to
Close to me.
Even though you mean the
most to me.'cause every time i open up,
it hurtsSo i'm never gonna get too
close to you
Even when i mean the
most to you. In case you go
and leave me on the dirt.Aku akan menghindari kamu Om Adi. Akan kubiarkan cinta ini berlalu. Aku tidak akan datang lagi ke kamu.
Aku tidak akan menyapamu lagi.Selesai mandi dan berpakaian rumahan, aku mengutak atik nomor di hpku. Kuhapus semua nomor yang aku tidak inginkan.
Aku ingin mengganti nomor hp ku.
Saat aku melakukannya, mamaki memanggilku.
"Rio, ada tamu untuk mu"
"Siapa ma"
"Lihat aja sendiri sayang"
Aku keluar menuju teras rumahku dan aku terperanjat melihat Tiwi."Tiwi, ini dah jam berapa?"
"Rio, gak senang ya gue datang ke rumah lu" sergahnya.
"E...e..eeee...marah. lu mau tinggal dirumah gue silahkan. Gak ada yang larang lu. Bawaanya marah, ada apa lu cantik"
"Gue gak mau dimarahin babe gue hanya karena gue suka ama lu. Pokonya gua suka ama lu. Biar kata orang tidak punya barga diri, itu kata hati gue. Terserah lu nilai gue apa"
"Wi, lu tau kan marahnya babe lu ke gue. Ampe gue diusir kaya anjing budug." Kataku yang didengar Mamaku.
"Apa Rio, kamu diusir Om Adi?" Mamaku naik darah.
"Maaf tante. Tiwi yang salah. Tiwi bilang suka sama Rio didengar Ayah. Ayah marah karena Tiwi melanggar kesepakatan kami. Tidak boleh pacaran sebelum lulus"
"Ayahmu begitu banget ya. Protek banget. Mencintai kan bukan berarti langsung nikah. Itu malah bikin semangat loh, Wi"
"Itu menurut Mama. Kan lain pemikiran sama orang tua lain" kataku.
"Rio kamu juga gak boleh pacaran nak."
"Mama....sama aja dong sama Om Adi. Iya Rio gak mau paaran tapi langsung nikah aja"
"Riooooo..." mamaku mendelik
"Habis,,, mama yang bilang penyemangat, eh berubah lagi hak boleh pacaran. Gak konsis banget Mama. Gak asyik orangnya"
Tiwi mendengar kami hanua cengengesan meutup mulutnya.
"Siapa yang gak ngomel coba, pake mau nikah segala"
"Emang Mama mau kalau Rio nikah sekarang? Enggak kan. Rio juga gak mau ma, canda aja. Kencing aja belum lurus pake a ara nikah"
"Rio" Mama dan Tiwi berbarenagan.
"Ooowuuu....ups"
"Nak Tiwi, kalu Ayahmu sudah meranag dekat sama anak Tante, tolong dituruti. Orang tua mana yang suka anaknya tidak bahagia. Om Adi mungkin punya rencana buat kebahagiaan kamu nak"
"Tante..."
"Tiwi, kamu itu cantik. Kamu dan Ayahmu tinggal berdua. Please jangan susahin hati Om Adi. Soal pacaran masih panjang waktunya buat kamu. Kalau jodoh tidak akan kemana nak. Jadi Tante mohon, pulang sebelun dicariin Om Adi. Kalau kamu masih disini, akan berakibat ke Rio dan Tante. Paham kan maksud Tante"
"Paham Tante. Iya sudah Rio, Tante, Tiwi pulang dulu. Sampe ketemu besok Rio" Tiwi pamit.
Kuantar Tiwi ke mobilnya untuk pulang.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
ME AND MY GIRLFRIEND'S FATHER ( BISEX )
FantasyRio yang Gay suka kepada Om Adi ayah dari "teman"nya yang bernama Pratiwi. Apakah Rio bisa menaklukkan Om adi yang Straigh? Dalam perjalanan cinta, Rio sering tersandung oleh indah cinta. Tapi Rio bisa menemukan keinginannya tanpa embel embel cinta...