56. KENANGAN PERTAMA

1.3K 63 11
                                    

"Ayo masuk Rio, ini baru mau Om tempati. Masih kosong" tangannya menunjuk ruangan yang masih bau cat itu.
Ruang utama, kamar tidur dan dapur ditunjukkannya. "Duduk dulu Rio" katanya dan berjalan mengambil minuman ringan yang sudah disiapkan.

Softdrink ditangannya disodorkan ke aku dan kusambut.

"Rio mau bantu apa ini Om. Lumayan ada waktu untuk bantu" tanyaku penasaran.

"Pasang wall paper ini Rio. Baru datang tadi pagi"

"Ok Om biar cepat selesai, Rio mulai aja. Om berikan instruksi aja."
Dia menerangkan cara memasang mulai dari membuka kertas dan cara memotong bila berlebih, meratakan.

Aku dengan semangat mengambil tangga lipat yang terbuat dari stanlis dan kukerjakan sesuai perintah. Mulai dari melap dinding lalu menempelkan wallpaper yang ternyata sudah ada lemnya.

Sebagai orang yang tidak pernah kerja keras, aku merasa lelah tapi tidak kutunjukkan lelahku.

"Rio, istirahat kalau lelah" katanya seperti mengerti.
Aku hanya senyum. Om Ansel ikut membantu setiap merekatkan wall paper hingga kadang tangan kami bersentuhan. Kami saling pandang. Tapi buru buru kutepiskan perasaanku. Karena aku belum tau betul Om Ansel pure mengajakku membantu atau ada maksud lain.

Salah tingkah ku yang paling fatal terjadi ketika menyelesaikan wall paper terakhir di ruang utama.

"Busyet Pake lepas lagi" gumamku yang di dengar Om Ansel. Dia buru buru membantuku merekatkan wallpaper dengan berada di belakangku.

Nafasnya mengenai tengkukku. Kontolnya yang masih dibalik celana pendeknya persis menempel di bongkahan pantatku.

Aku berhenti. Ku putar sedikit kepalaku melihat ke wajahnya. Nafasnya megenai wajahku.

"Eehhmm..." Suaraku. Aku langsung menghindar karena salah tingkah. Aku memerosotkan tubuhku merekatkan wallpaper paling bawah. Kepalaku masih mengenai bulge nya. Kadang kusengaja.

"Ok Om sudah selesai" kataku.
Dia memandangku dengan tatapan seperti salah tingkah.

"Makasih Rio. Kamu pintar teryata" pujinya. Om Ansel tidak pernah tau bagaimana perjuanganku untuk menyelesaikan kerjaan itu. Aku rela melakukannya karena memberikan kesan pertamaku. Lelah, letih, cape!!!

Aku menuju kursi dan duduk sambil meminum soft drink ku yang tersisa.

"Om, lama juga ya mengerjakan beginian. Rio berterimakasih atas kepercayaan Om Ansel. Karena ini sudah malam, Rio pamit dulu ya Om." Kataku.

"Rio....eehhgg, kita makan malam dulu. Kamu pasti cape dan lapar. Om tidak ijinkan kami pulang sebelum makan."

"Maaf Om. Bisa bantu Om saja Rio cukup bahagia Om. Makannya nanti Rio bisa sendiri" kataku hendak beranjak.

"Rio, Rio! Tunggu." Dia memegang tanganku. Aku seperti tersengat listrik karenanya. "Temani Om makan malam. Sebentar lagi sudah sampe makanannya"

"Maaf Om. Rio bukannya menolak rezeki, tapi Rio ada yang lupa harus Rio kerjakan"

"Rio, maaf bila Om...."

"Tidak ada yang salah Om. Rio bahagia, tapi Rio harus pulang" kataku.
Aku bergegas keluar pintu tapi diikuti Om Ansel.

"Ok, ok Rio. Kamu boleh pulang" katanya sambil merogoh kantongnya. "Ini, ambil untuk ongkos pulang" dia menarik tanganku, memandang wajahku dengan sayu. "Ambil. Om masih ingin kau ikut menyelesaikan pekerjaan tadi" katanya.

Aku diam.

"Rio, Om tidak akan mengerjakan itu, kalau bukan dengan kamu. Katakan kamu mau bantu Om lagi."

ME AND MY GIRLFRIEND'S FATHER ( BISEX )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang