46. lanjutan

1.2K 66 23
                                    

"Rio, maafin gue ya. Gue enggak jujur ama lu" kata Iqbal mendekati aku.
Aku diam.

"Rio....hukum gua kalau lu mau hukum" katanya lagi."Gue emang mencintai Om Adi, tapi dia tidak pernah bilang bahwa dia mencintai gue. Kami hanya melakukan aja Rio. Om Adi hanya mau memuaskan nafsunya aja ke gue, sementara gue terlanjur Cinta sama dia"

"Gua gak papa Bal. Justru gua senang lu mencintai Om Adi. Cuman, bohong lu soal subsidi Om Adi gak bisa gua terima, Bal. Ternyata lu masih terima apa aja yang lu mau dari Om Adi. Gua ini  lu bikin sebagai pelarian untuk kepuasan  sex lu aja. Gua mohon, lu bilang Cinta, sayang, tapi semuanya bohong. Mulai saat ini, lu gak usah datang datang ke gua dulu ya Bal. Di sekolah boleh say hello aja tapi tidak untuk berteman"

"Rio....gua minta maaf. Maaf in gue Rio"

"Gua udah maafin lu Bal. Tapi gua gak bisa nerima lu sebagai sahabat gua lagi"

"Jangan gitu dong Rio. Please. Masa karena subsidi Om Adi lu jauhin gua"

"Gua bela belain lu agar Om Adi tetap bantu lu. Dia ngebantu dengan modal dagang ibu lu. Untuk apa gua bersusah susah, kalau semua itu sandiwara. Lu sama Om Adi mempermainkan gua. Jadi gua mohon dengan sangat, jangan ganggu gua dulu Bal untuk sementara.  Gua gak mau sahabatan dulu sama lu"

"Ehmmmm......"suara Rexa di dekat kami.

"Kenapa kamu Rio? Sampe gak mau menerima Iqbal jadi sahabat kamu lagi. Ada apa diantar kalian" Rexa seperti mengadili.

Dalam hatiku, mampus gue, Rexa jangan jangan mendengar obrolan kami.
Wajah aku pias....pucat.

"Kok pucat gitu ditanyain" lanjut Rexa.

"Siapa yang pucat?. Rio biasa aja bang"

"Biasa? Terus kenapa kalain bersoal"masih Rexa.  pertanyaan yang tidak aku harapkan.

"Maaf bang Rexa. Iqbal yang salah. Gak usah cecar Rio. Rio tidak salah. Iqbal bohong sama Rio, soal subsidi Om Adi."

"Subsidi? Maksudnya apa? Sampe Rio gak mau sahabatan sama kamu" masih Rexa dalam keinginan tauannya.

"Ehhhh....pada ngumpul dimari. Makan dulu yooo dah siap tuh" Tiwi tiba tiba datang. Untung Tiwi tidak ikutan tau.

Hufffssss......lega rasanya.

"Boleh dah Wi, gua dah lapar" kataku bangkit dari dudukku.
Rexa masih dalam keingintahuannya melihat aku hendak melongos pergi.

"Bang, jangan dilanjutkan ya. Nanti Rio terangin di rumah" bisikku ke bang Rexa membuat dia sedikit adem.

Keceriaan wajah yang aku tunjukan dan Iqbal akhirnya tidak membuat Rexa dan Tiwi bertanya tanya. Hingga acara makan siang itu selesai sikap wajarku masih berdiam dalam diriku.

******

"Rio, bang Rexa, Iqbal pulang dari sini aja ya" Iqbal tidak sadar motornya ada di rumah kami.

"Boleh aja. Motor lu gue jual ke tukang loak ntar" kataku.

"Ehhh iya, motor gue ada di sana. Ikutan deh ya bang! Rio!"

"Makanya jadi orang itu yang lurus lurus aja" kataku.

"Di mobil lu ber dua harus cerita sama Abang masalah kalian"

"Siap bang" kataku. Kami menunggu mobil online yang kami pesan di luar pagar rumah.

"Mas Rio...." Longok driver taxi OL memastikan pemesannya.

"Iya pak" kataku. Aku melihat wajah klimis drivernya. Lumayan tampan. Setengah baya. Tapi bukan pria idamanku.

Aku menyuruh Iqbal duduk didepan, aku dan bang Rexa di belakang.

Gelagat mau membuka pembicaraan, oleh bang Rexa segera kualihakan.

"Bang, gimana dengan Tiwi. Asyik gak" kataku memainkan mataku.

"Abang gak tau Rio, lu berdukun atau lu pake susuk, atau pake apalah bingung abang"katanya

"Hah...kok ke Rio. Rio bisa gitu bang? Kok sampe ngomong gitu sih?"

"Itu tuh bidadari yang lu bilang ke Abang, si Tiwi....otaknya dah disumpal ama pesona lu. Abang ngomong apa aja, pasti larinya ke lu. Rio lagi....Rio lagi....percuma Abang ikutan"

Iqbal serius mendengar bang Rexa berbicara hingga aku dan Iqbal tertawa ngakak.

"Wkaakkaakaka ...bang Rexa lucu...hahahaha" kataku.

"Gua sikat juga lu Rio. Orang serius malah ketawa" cemberut Rexa

"Bang Rexa asal tau aja. Dulu Om Adi nyuruh Iqbal dekat sama Tiwi. Tapi Tiwi yaaahhh...seperti kita duga...ya Rio lagi yang diimpikan" Iqbal geleng kepala.

Pembicaraan kami seputar Tiwi dan Ayahnya, mebuat Rexa lupa menanyakan hubungan aku dan Iqbal. Hingga sampe rumah.

"Bal, ingat! Gua gak mau lu datang datangin gue" bisikku saat Rexa sudah keluar dari taxi dan lebih dulu masuk karena aku akan membayar uang taxi.

"Riooo...."

"Diam...." Kataku.

Iqbal langsung membawa motornya keluar pekarangan rumahku. Wajahnya begitu sayu. Aku tidak ada rasa kasihan lagi sama dia saat ini. Mungkin aku berdosa, telah memutuskan tali persahabatan dengan Iqbal.

Kulakukan itu karena aku tidak bisa dan tidak akan mampu menahan rasa sakit hatiku karena Iqbal mencintai Om Adi.

Tapi ketika Iqbal meninggalkan aku, kupandangi punggungnya rasa sedih itu timbul.

"Maafkan aku sahabatku" jerit hatiku. "Seandainya lu tau bahwa gue juga mencintai Om Adi, lu juga akan melakukan hal yang sama. Tapi, lu harus percaya gua sahabatku, gua ikhlasin Om Adi sama lu" perih hatiku.

Di dalam kamarku, aku merenungi arti Cinta yang kuciptakan sendiri. Bayangan bayangan bila Om Adi bersma Iqbal mencuat begitu saja. Rasa gemes dan cemburuku bercapur aduk.

Bantal guling ku menjadi sasaran pukulanku. Wajah Om Adi seakan disana. Kupukul i hingga aku lemas sendiri kecapean.

Dering telpon menghentikan nafasku yang memburu karena emosi.

"Ini lagi...baru dipukuli lewat bantal pake nelpon" geramku melihat nama Om Adi di layar hpku.  Aku ingin menuntaskan emosiku.

"Yap. Ada apa Om telpon telpon" ketus aku menjawab.

"Riooo sayang, ada apa dengan kamu" suara Om Adi pelan.

"Ada apa, ada apa....masih bisa Om bicara begitu"

"Rio...calm down honey. Jangan emosi dulu"

"Maaf Om. Sepertinya Iqbal emang cocok buat Om. Bukan Aku"

"Rio....Iqbal itu tidak ada diotak Om. Om hanya menginginkan kamu. Om mencintaimu"

"Cinta....?!!!. Om mencintaiku. Iqbal yang mencintaimu Om. Dan Rio sudah tau sandiwara kalian."

"Sandiwara. Sandiwara apa?. Om semakin tidak mengerti"

"Stop Om berpura pura. Rio mau ketemuan sama Om."

"Dengan senang hati Rio. Om emang dari kemaren kemaren ingin jumpa sama kamu. Biar enak tempatnya, Om akan kasih tau nanti lewat WA. Nanti malam Om tunggu"

Bikin emosi aja pake nelpon. Ku sudah tau semua masih berani dia menantang ku bertemu. Dasar pria bejad.

*****





ME AND MY GIRLFRIEND'S FATHER ( BISEX )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang