Setelah seminggu pertemuan ku dan Pak Mattew di hotel itu, aku seperti ada rasa rasa ingin jumpa dengannya. Berkali kali ku redam rasa gelisah ku tapi tidak bisa. Bayangan wajah western pak Mattew selalu hadir dalam pelupuk mataku.
Dilain waktu, Pak Ansel kalau melihatku di saat bertemu di sekolah seperti memandang musuh yang sangat dibenci.
Bila melihatnya, ingin rasanya mendekati. Tapi semuanya sudah terlanjur. Dia membenciku, tapi aku kadang kangen dengan rayuan rayuannya.
Tatapan mataku kepada pak Ansel, selalu dihindari. Tapi dia masih sering mencuri pandang ketika aku hendak ke kantin.Kadang dia hanya lewat di depan kelasku lalu pergi. Keputusanku menjauhi dia sudah bulat. Aku tidak mau jadi korban lagi.
Seandainya dia tidak menyatakan cintanya, mungkin masih bisa aku terima hanya sekedar melepaskan hasrat sex berjumpa dengannya. Tapi kata kata 'Cinta' yang sering kudengar dari sekian pria, menjadi bumerang bagiku.
Sex is Sex. No Loving, itu menjadi mottoku Sekarang.
Rasa ingin berbuat sex itulah, membawaku ke hotelnya pak Mattew.
"Selamat pagi" sapaku ke recepsionis di meja counternya di suatu Minggu.
"Pagi mas" sahutnya.
"Bisa bertemu dengan...." Baru saja namanya mau kesebut pak Mattew sudah memanggilku.
"Rioooo....akhirnya datang juga" katanya menyalamiku. Dia mengajakku ke luar.
Petugas resepsionis yang melihat kami hanya senyum senyum. Aku tidak tau, apa karyawannya sudah tau bahwa boss mereka penyuka sejenis atau tidak.
"Maaf pak!! Rio tiba tiba datang" kataku setelah di luar.
"Gak papa Rio. Saya senang kamu datang. Berharap sekali saya, kamu datang Rio. How about your BF" tanyanya.
"Biasa saja pak. He is not my BF. He wants me, but i don't. He is my school owner. And he is a foundation's president the school"
"Really?. So, You came here of your own free will, right? I'm so...so...happy to see you anymore"
"Yaaa, ini atas kemauan Rio sendiri, kalau pak Matt tidak keberatan"
"Oh enggak..enggak...saya justru so happy banget Rio. Kamu tau, for e few days? You...only you on my mind. So jangan bilang saya keberatan ya. Kita bicara di my privat room" katanya mengajak ku keruangan pribadinya.
Aku ikuti dia dari belakang. Sambil berjalan ku katakan padanya.
"Ini, saya pakai pakaian sport, pantas tidak ikut pak Matt" pelan sekali suaraku
"Tidak apa apa. Saya senang lihat itu. Maksud saya, penampilanmu dalam sport"
"Makasih"
Di depan pintu ruangannya dia menunjukkan sebagian ruangan yang digunakan untuk santai. Aku mengagumi ruang yang ditunjukkan dengan pandangan matanya.
"Ini ruangan pribadi saya Rio. You free here. Make it as your own room. Kamu bebas. I'm so glad to see you, Rio" katanya
Aku masih sedikit kaku, didalam ruangan pribadinya. Terlebih bahasa inggrisnya. Aku hanya bisa sedikit mengertikannya. Dia mengeluarkan jenis minuman dan makanan yang ada.
Aku pikir dia berlebihan atas kedatanganku.
"Jangan berlebihan begitu pak. Rio tidak banyak makan. Minum juga. Rio sukanya air putih. Sesekali ya..."
"Tidak apa apa. Biarkan saja kalau tidak mau." Ucapnya sambil berjalan mendekatiku.
"Eeeh emm. I think this is too close. Bapak membuatku sedikit nervous"
KAMU SEDANG MEMBACA
ME AND MY GIRLFRIEND'S FATHER ( BISEX )
FantasyRio yang Gay suka kepada Om Adi ayah dari "teman"nya yang bernama Pratiwi. Apakah Rio bisa menaklukkan Om adi yang Straigh? Dalam perjalanan cinta, Rio sering tersandung oleh indah cinta. Tapi Rio bisa menemukan keinginannya tanpa embel embel cinta...