Hari hariku seperti tidak ada tenangnya, terganggu oleh chattingan Om Adi, pak Ansel ditambah lagi si Iqbal yang menginginkan permainan dariku.
Yang bikin gondok, si Vier yang ingin merasakan sodokan kontolku. Dia mencuri curi waktu yang tepat agar bisa sekedar memeluk dan menciumi tubuhku
Di suatu Jumat siang sepulang sekolah, si Vier dengan mobil buatan cina, menungguku di pinggir jalan.
"Rio, bisa bicara sebentar, penting"
"Penting apa Om" kataku santai diatas motorku ketika diberhentikan.
Matanya jelalatan melihat ke arah jalan keluar sekolah kami."Iqbal sudah pulang belum" tanyanya.
"Sudah duluan."jawabku. "Ada apa sih Om, kalau ketemu Iqbal tinggal telpon" kataku.
"Ke dalam mobil sebentar. Ini soal Om Adi dan Iqbal" katanya mengelabui diriku
"Enggak usah Om. Soal mereka Rio enggak mau ambil pusing" kataku ingin menstarter motorku
"Sebentar. Om akan ceritakan di dalam mobil" katanya.
Dengan terpaksa aku turuti maunya."Di jok belakang aja Rio" pintanya.
Akupun membuka pintu mobilnya dan masuk."Untuk apa Om mau menceritakan tentang mereka. Rio enggak tertarik" kataku. Dia diam. Kunci remote mobilnya ditangannya.
Matanya seperti ingin menerkam.Dia menekan tombol kunci of pintu mobilnya.
Benar saja, dengan secepat kilat dia memeluk dan menciumi apa yang bisa dia cium di tubuhku."Ooomm...gila lu yaaa....eeeegghh...",seruku sambil mendorong tubuhnya.
Tapi tidak dilepas. Aku tidak bisa memukul atau menonjoknya karena ranggkulan yang begitu erat. Dia memaksa menidurkan ku dijok. Karena percuma melawan, dengan nafas yang tersengal aku memberikan celah sama Vier. Karena aku berhenti melawan, dia pun berhenti."Aku sudah bilang. Aku ini bukan Gay, bukan Homo. Om sudah membuat aku mau muntah." kataku dan berhenti sejenak menatap wajahnya "Ingat ya Om, aku bisa menendang kamu kapanpun aku mau. Mau kuberi sekali?" Kataku mengancam.
"Rio, aku mau membayar berapapun yang kamu mau. Mau nembak Om, mau perkosa Om, terserah kamu Rio. Om terobsesi ke kamu" katanya.
"Buka pintunya. Tak sudi aku memberikannya kepada Gay gila macam kamu. Sama pacarku saja tidak kukasih apalagi sama Gay cecurut seperti kamu. Mau bayar segala. Sok kaya lu....bajingan" kataku.
Pria ganteng dan tampan, idola cewe cewe seperti pak Ansel aja gua tolak, apalagi lu. An*ing. Geram hatiku
Dari luar mobil aku masih panas hati. "Ingat ya Om. Sekali lagi kamu deketin aku, nih..." Dengan tangan terkepal ku arahkan ke kepalanya."Gua gak segan segan bikin lu pingsan. Monyet" kataku dan pergi meninggalkannya.
Dasar pria Gay gak tau malu. Monyet, kadal buntung, buaya ompong, anjing kurap, bandot jelek.
Diatas motorku aku masih melihatnya dengan tatapan tajam dan kutinggalkan dia dengan penuh kecewa.
****
Sabtu sore aku berencan belanja bulanan yang dipesankan Mamaku. Dengan catatan yang berderet ditangan Bi Endah kamipun menuju Hyper store tempat kami belanja.
"Bi, kagak salah lu pakai pakaian sexy begitu." Protesku
"Den, jalan sama orang ganteng dan nan tampan kaya Aden kudu menyesuaikan diri dong say" katanya dengan centil
"Bujug buneng, pakai kata 'say' lagi. Jangan jangan lu naksir sama gua yak"
"Busyeeet dah. Naksir? Hehehe...enggaklah den" katanya tapi kaya ABG labil.
KAMU SEDANG MEMBACA
ME AND MY GIRLFRIEND'S FATHER ( BISEX )
FantasyRio yang Gay suka kepada Om Adi ayah dari "teman"nya yang bernama Pratiwi. Apakah Rio bisa menaklukkan Om adi yang Straigh? Dalam perjalanan cinta, Rio sering tersandung oleh indah cinta. Tapi Rio bisa menemukan keinginannya tanpa embel embel cinta...