289 59 2
                                    

Last CHRISTMAS
- winrina ver -
.
.
.

9

°•°•°•°•°•°•°

"Karina Yu tunggu, berhenti"

Langkahku terhenti karena teriakan itu. Aku berdiri ditempat yang cukup jauh dari posisi sebelumnya, tempat dimana pengakuan konyol itu keluar dari mulutku. Dengan keheningan yang ada sekarang, aku bisa mendengar langkah kakinya yang semakin mendekat.

Karena itu aku harus menghapus air mataku sebelum dia menemukannya. Aku harus memperbaiki tampilan wajahku, dan secara mengejutkan Winter melewatiku. Ia berdiri tepat didepanku. Meskipun aku menunduk, tapi aku bisa merasakan matanya yang terus menatapku lekat.

"Kau ingin membenarkan apa yang aku katakan bukan? Aku kehilangan kesempatanku dan harapan itu sudah tak ada lagi. Ya, tidak apa-apa. Aku mengerti" ucapku dengan seluruh pandangan tertuju pada sepatu dikakiku.

Hatiku hancur, rasanya begitu menyakitkan.

Namun secara perlahan Winter menyentuh daguku dan mengangkat wajahku dengan pelan. "Kau menangis hmm?" suara lembutnya membuatku hampir saja meneteskan air mataku lagi. Aku merasa jika lebih baik dia membentakku saja daripada berbicara padaku dengan suara selembut itu.

"Tidak" meskipun aku menyangkal tapi aku rasa dia tak akan percaya. Dia melihat mataku yang sudah basah dan memerah.

Semua itu semakin buruk ketika tangan Winter mulai bergerak dan menghapus air mataku dengan jari-jari hangatnya. Matanya terus tertuju pada wajahku, tapi aku menghindarinya. Hatiku semakin tak baik-baik saja.

"Air matamu mengalir eonnie, jari-jariku bahkan sudah basah karenanya. Jadi kau tak bisa menyangkal lagi. Berhentilah menangis, kumohon. Aku tak bisa melihatmu seperti ini" tangannya masih berada di pipiku, dan memang benar air mataku sudah turun lagi.

Seharusnya ia tak mengatakan seperti itu. Ia seperti tengah menarikku untuk kembali berharap.

"Hey, lihat aku" ucapnya dan berusaha untuk mempertemukan mata kami berdua.

"Tidak"

"Tidak? Hey, kumohon lihat aku. Tatap aku sekarang" tapi aku tak melakukan apapun. Aku tetap menghindari matanya. "Baiklah, aku tidak akan mengatakan apapun sampai kau menatapku"

Itu terdengar seperti ancaman, dan aku harus melakukannya agar keadaan ini cepat selesai. Secara perlahan kepalaku terangkat dan aku menemukan dua bola matanya yang kini tengah menatapku dengan cara selembut mungkin yang pernah ia berikan padaku. Bibirnya melengkung, mungkin karena ia merasa menang telah membujukku.

"Dengarkan aku dulu" senyumnya semakin melebar. "Padahal aku belum mengatakan apapun tapi eonnie sudah membuat asumsi sendiri. Eonnie bahkan pergi begitu saja"

"Karena kau tetap diam dengan ekspresi seperti itu, jadi aku bisa mengambil kesimpulanku sendiri" belaku dan mencari pembenaran atas apa yang aku lakukan.

"Hahaha, ya baiklah. Begini, pada awalnya aku memang ingin mengatakan jika eonnie tak memiliki harapan apapun dan aku tak akan memberikan kesempatan itu"

"Kenapa? Kau sudah mempunyai kekasih?"

Winter menggeleng. "Tidak, bukan karena itu. Ada banyak hal yang harus aku pikirkan dan pertimbangkan. Tapi..."

Tapi?
Itulah kata terakhir yang bisa aku dengar darinya sebelum ciuman itu terjadi begitu saja. Gerakan yang ia lakukan begitu cepat hingga aku tak dapat menangkap saat-saat dimana ia mendekatkan wajahnya padaku. Dengan mata terpejam aku bisa merasakan bagaimana nafas hangatnya menyapa wajahku sebelum bibir itu menempel tepat diatas bibirku.

Last CHRISTMAS -winrina ver-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang