²⁴

187 33 11
                                    

Last CHRISTMAS
- winrina ver -
.
.
.

24

°•°•°•°•°•°•°

"Apa yang ingin kau makan?" suara Giselle eonnie masuk melalui telinga kiriku. Kami jalan berdampingan, dan tangan gadis cerewet itu terus-menerus menggandeng tangan kiriku dengan erat.

Sesekali Giselle eonnie menatapku dengan senyumnya yang lebar. Sebenarnya dulu kami sering seperti ini, menghabiskan banyak waktu bersama dan saling menempel satu sama lain. Tapi kami dua orang yang bertolak belakang, kami sering bertengkar.

Giselle eonnie memiliki hati yang lembut dan mudah tersentuh. Gadis itu sangat cengeng. Bahkan disetiap pertengkaran yang kami lakukan, ia selalu menangis karenaku. Sedangkan aku, aku si keras kepala dan tak pernah mau mengalah.

"Terserah padamu saja. Aku akan mengkuti pilihanmu" jawabku dengan malas. Aku tidak bersemangat untuk pergi dengannya siang ini. Kata lainnya adalah terpaksa.

"Baiklah, kita makan disana saja" Giselle eonnie menunjuk salah satu restoran tak jauh dari tempat kami berdiri.

"Kau lihat, restoran itu menjual makanan sehat. Itu bagus untukmu" lanjutnya.

Ya itu benar, disana tertulis dengan jelas jika restoran itu menjual makanan-makanan sehat. Selain itu konsep dari restoran ini sedikit berbeda dengan tempat-tempat makan lain yang ada disini.

Sebagian besar dari kursi dan meja berada ditempat terbuka. Disekelilingnya terdapat tanaman-tanaman bunga yang menjadi pembatas antara restoran itu dengan jalanan untuk para pejalan kaki.

Ada juga bagian yang lebih tertutup dan berada lebih dalam dari tempat sebelumnya. Tempat itu dilindungi dengan dinding kaca yang besar dan bening.

"Kajja" Giselle eonnie menarik tanganku cukup kuat. Ia berjalan didepanku, langkah yang sebelumnya lambat kini berubah menjadi terburu-buru.

Aku mengikutinya tanpa melakukan penolakan. Giselle eonnie memilih salah satu meja yang ada di tempat terbuka, tepat didekat tanaman-tanaman bunga itu.

"Disini saja. Kita bisa menghirup udara segar setiap saat dan ini lebih menyenangkan dari pada berada didalam bangunan kaca itu" ucapnya sembari menatap tempat yang ia maksud, aku duduk di bangkunya.

Tempat ini jauh lebih penuh dengan pengunjung dari pada bagian dalam restoran ini. Makanan-makanan kami datang setelah beberapa menit melakukan pemesanan. Aku dan Giselle eonnie hanya memesan tiga jenis makanan, dan kurasa itu lebih dari cukup.

Giselle eonnie dengan cepat mengabaikanku. Seluruh perhatiannya teralihkan pada makanan yang berada dihadapannya. Bahkan ia tak repot-repot untuk menatapku barang sebentar atau mengajakku berbicara.

"Kau selalu melupakanku jika sudah bertemu dengan pacarmu itu" protesku lalu menyandarkan punggung pada sandaran kursi. Nafsu makanku tak begitu baik hari ini.

"Siapa?" ia berbicara masih dengan mulut dipenuhi makanan. Matanya menatapku.

"Makanan. Kau tak pernah berubah ya"

Bibirnya justru tersenyum. "Ini sangat lezat Winter" ucapnya seperti orang yang tengah bergumam tak jelas.

"Hey, telan dulu makananmu baru kau bisa berbicara dengan baik. Kau ingin mati tersedak? Kau ingin mati muda?" aku memperingatinya.

Cepat-cepat ia menatapku dengan sorot matanya yang tajam. Ia memelototiku, juga memasang ekspresi wajah tak senang.

"Apa yang kau katakan? Kata-katamu itu sangat kejam. Apa kau mengharapkan aku mati seperti itu huh?"

Last CHRISTMAS -winrina ver-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang