²³

184 34 2
                                    

Last CHRISTMAS
- winrina ver -
.
.
.

23

°•°•°•°•°•°•°

Ningning POV

Sore yang cerah, tapi hatiku jauh dari kata itu. Aku bersandar di bangku didekat jendela kaca yang lebar. Orang-orang berlalu lalang diluar sana. Aku tidak peduli.

Bahkan aku tidak peduli pada minuman hangat yang tergeletak begitu saja diatas meja didepanku. Aku memesannya mungkin hampir dua jam yang lalu. Dan aku rasa kini sudah menjadi dingin.

Selama itu aku hanya menghbiskannya dengan memijit kepalaku yang terasa pusing atau menatap jalanan diluar dengan pikiran kacau. Mood-ku berantakan. Itu terjadi sejak aku menemui ayahku berjam-jam yang lalu. Pria itu kembali mendorong dan memaksaku untuk mengurus bisnisnya sesegera mungkin.

Aku tahu keluargaku memiliki bisnis yang begitu menjanjikan. Rumah sakit tersebar di penjuru Korea, juga beberapa bisnis lainnya yang ada di luar negeri. Namun sedikitpun aku tak pernah mempunyai keinginan untuk pergi kesana. Lebih menyedihkannya lagi aku adalah anak satu-satunya yang mereka miliki. Aku adalah harapan mereka.

Lalu bagaimana lagi aku harus menghindar dan menolak? Aku sudah menyakiti mereka dengan penolakan yang tak pernah ada habisnya. Aku pernah berfikir jika mungkin aku akan menyesal di kemudian hari. Menyakiti mereka dan tak bisa membuat mereka bahagia karena hal itu.

Sejauh ini aku lebih memilih apa yang aku inginkan. Menjadi seorang model dan mencari berbagai alasan sebagai penolakan atas keinginan ayahku. Pria itu tak pernah melarang akan pekerjaan yang aku pilih, tapi ia selalu mengakhiri ucapannya jika suatu saat aku harus menggantikan posisinya.

Dan dipertemuan tadi ia memasang benteng yang lebih kuat dan mengatakannya lebih tegas dari yang penah ia lakukan sejak dulu. Jika aku melihat keadaannya sekarang, aku bisa mengerti. Ayahku tak lagi muda, wajahnya sudah menampilkan banyak keriput dan ia tampak begitu lelah. Seharusnya ia tak lagi bekerja keras untuk bisnisnya. Ia seharusnya beristirahat dan menikmati masa tuanya. Tapi siapa yang akan menggantikan jika ia berhenti?

Semua itu membuatku kehilangan segala alasan untuk mengeluarkan penolakan. Aku tak pernah seperti ini, tapi itu membuat hatiku merasa berbeda. Aku merasa kasihan pada ayahku dan aku merasa tak tahu diri jika terus membiarkannya berjuang tanpa berhenti.

Dengan cepat, hati dan pikiranku bertarung. Egoku kembali mencuat, tapi ditekan hebat dengan perasaan bersalah dan rasa tak tega itu.

Jika pun aku menerima, aku tetap membutuhkan waktu untuk mempersiapkan diri dan mulai menjalankannya. Karena aku selalu merasa bahwa bisnis bukanlah keahlianku. Tapi ayahku selalu mengatakan bahwa aku akan menyukainya dan menguasainya jika aku berani memulai.

Dari perjalanan bisnis ke luar negeri beberapa waktu yang lalu, aku bisa menyimpulkan bahwa bisnis bukanlah sesuatu yang sederhana dan mudah untuk dilakukan. Terlebih aku mempunyai ketakutan. Aku takut jika apa yang telah ayahku bangun selama ini akan hancur dengan mudah ketika berada dalam genggamanku. Semuanya akan menjadi kacau dan tak terkendali.

"Maafkan aku. Aku tidak sengaja menabrak putri anda. Ini salahku karena tidak memperhatikan jalan"

Suara itu menarik perhatianku. Tidak asing. Ini bukan kali pertama aku mendengarnya, dan dengan cepat aku menemukan si pemiliknya.

Dia si gadis blonde yang juga menabrakku berjam-jam yang lalu. Kini ia tengah berdiri didekat pintu masuk. Didepannya ada seorang wanita dan seorang gadis kecil yang berdiri disampingnya.

Last CHRISTMAS -winrina ver-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang