¹⁶

269 40 0
                                    

Last CHRISTMAS
- winrina ver -
.
.
.

16

°•°•°•°•°•°•°

Winter POV

Matahari tenggelam beberapa saat yang lalu, dan kini hari sudah menjadi gelap. Apa yang aku lakukan sejauh ini sudah cukup melelahkan, aku menyelesaikan berbagai pekerjaanku dan menghadiri beberapa pertemuan penting. Dan yang paling penting dari semua aktivitas itu adalah meeting dengan para pimpinan yang ada didalam perusahaanku, mendengar bagaimana perkembangan perusahaan belakangan ini, dan membahas bagaimana rencana kedepan yang akan dilakukan untuk mengembangkan perusahaan dengan memasuki pasar yang lebih luas.

“Ahh, aku harus menghentikan ini sekarang juga” aku meletakkan berlembar-lembar dokumen ke atas meja kerjaku. Memeriksa laporan keuangan bukanlah pekerjaan yang mudah, jelas sangat membutuhkan kecermatan dan ketelitan yang tinggi.

Namun kini aku harus beristirahat. Sangat penting untuk memperhatikan diriku dan selalu mengingat bahwa aku tidak boleh lagi terlalu lelah. Meski aku baru membaca beberapa lembar saja dan meninggalkan berlembar-lembar lainnya, namun aku tak akan memaksakan diri dan mengambil risiko.

Aku juga sudah berbicara pada sekretaris pribadiku untuk mengatur ulang semua jadwal yang aku miliki, serta mengurangi aktivitas-aktivitasku sebisa mungkin. Kabar baiknya, Yuna mampu bergerak cepat setelah aku memberikannya perintah.

Sekarang aku hanya ingin duduk di kursi milikku yang nyaman, menikmati suasana hening yang menenangkan, juga menghilangkan penat sebelum meninggalkan perusahaan. Namun mataku menangkap secarik kertas yang ada diujung meja. Yuna memberikannya padaku sebelum ia pergi diakhir jam kerjanya. Ia mengatakan padaku jika aku memperoleh pesan dari seseorang yang datang ke perusahaan dan ingin bertemu denganku siang tadi.

Ini mungkin sedikit aneh, seseorang akan menganggap ini sebagai sesuatu diluar kebiasaan seorang pemimpin perusahaan. Tapi aku selalu melakukannya. Aku selalu meminta Yuna untuk menuliskan apapun yang harus aku lakukan termasuk jadwal-jadwal pertemuan penting dan meletakkannya diatas meja kerjaku, menuliskan pesan-pesan yang datang untukku, juga hal lain yang perlu aku lakukan sebelum gadis itu pergi dan tidak ada lagi didalam perusahaan. Ini sudah menjadi kebiasaan agar aku tidak melupakan atau melewatkan sesuatu. 

Tanganku bergerak pelan untuk mengambilnya, dan ternyata ada sesuatu yang menarik tertulis diatasnya.

Ma’am, seorang gadis bernama Karina datang berkunjung dan ingin menemui anda. Dia langsung pulang ketika saya menyampaikan jadwal anda yang sangat padat, dan dia hanya menitipkan pesan untuk memberitahukan kepada anda tentang hal ini.

Dari Resepsionis perusahaan, Hwang Yeji.

Jadi kekasihku datang ke perusahaan untuk mengunjungiku? Ini benar-benar diluar dugaan, itu bukanlah kebiasaannya. Ia sangat tahu bagaimana kesibukanku disini dan aku juga tahu bagaimana sibuknya dia.

Tapi ada apa? Kenapa dia tidak menghubungiku terlebih dahulu? Padahal aku tahu ia pasti benar-benar menyempatkan diri untuk melakukannya. Memang sudah beberapa hari kami tidak bertemu satu sama lain, tapi aku memiliki rencana untuk mengunjunginya malam ini.

Ting…

Mataku beralih pada ponsel yang tergeletak tak jauh dari tumpukan berkas didepanku. Satu pesan masuk.

Bibi Park:
Winter, datanglah ke rumahku ketika kau sedang tidak sibuk. Aku menunggumu nak.

.
.
.
.
.

“Bagaimana kegiatanmu seharian ini Winter?” bibi Park meletakkan secangkir teh hangat diatas meja tepat didepanku, juga beberapa kue kering yang selalu ia suguhkan ketika aku mengunjungi rumahnya. Itu adalah kue kering yang dibuat oleh tangan terampilnya, kue kesukaanku sejak kecil.

“Emm, aku menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tugasku di perusahaan, memimpin rapat, dan yah seperti biasanya” ucapku sembari mengambil satu kue kering itu lalu mengunyahnya pelan. Rasanya masih dan selalu sama sejak dulu.

“Kau masih bekerja terlalu keras? Juga mementingkan pekerjaanmu yang tidak pernah ada habisnya itu?” ia duduk pada sofa yang berhadapan dengan sofa yang aku tempati. Matanya terus menatapku lekat seperti seorang polisi yang tengah menginterogasi penjahat kelas kakap.

“Aku sudah menguranginya sedikit. Sesuai dengan apa yang bibi minta kan?” ucapku setelah menelan kue dan menyeruput teh yang ia berikan untukku.

“Winter, aku tidak memintamu untuk menguranginya sedikit. Tapi aku menyuruhmu untuk menghentikan semua pekerjaan yang kau miliki. Aku benar-benar sangat mencemaskanmu, kesehatanku itu semak…” bibi Park sama seperti ayahku, dia selalu mencemaskanku secara berlebihan.

“Aku tidak bisa bibi, itu hanya akan membuatku semakin tertekan” potongku memberi penolakan.

Ini mungkin sedikit membingungkan. Kenyataannya bibi Park dan dokter Park adalah orang yang sama. Dengan sengaja aku memang memanggilnya dengan cara yang berbeda tergantung dimana tempat kami berada.

Dokter Park, itu ketika kami berada di rumah sakit dan wanita itu berada ditempat kerjanya. Aku akan bersikap seperti pasien lainnya yang menghormatinya. Namun ketika kami berada diluar rumah sakit, tentu aku memanggilnya dengan sebutan bibi Park.

“Winter …”

“Maafkan aku bibi. Seperti yang sudah aku katakan sebelumnya, bekerja adalah salah satu cara untuk mengalihkan semua pikiranku dari semua hal yang aku hadapi sekarang” dengan kepala menunduk lagi-lagi aku mengatakan sebuah kejujuran.

Rasa takutku juga kembali datang. Bagaimana jika aku tidak bisa menghadapinya seperti dulu? Bagaimana jika pada akhirnya aku-lah yang akan kalah dalam pertarungan dengan penyakitku sendiri?

“Apa bibi sudah memberitahu ayahku tentang hal ini?” aku kembali mengangkat kepalaku dan menatapnya. Aku sangat berharap wanita itu tidak memberitahu apapun pada pria tua di luar negeri sana. Jika itu terjadi maka sudah pasti ia akan memaksaku dengan berbagai cara agar menuruti apapun yang bibi Park katakan. Semua dengan label ‘demi kesehatanku’.

“Aku belum mengatakan apapun padanya. Tapi jika kau tidak ingin mendengarkanku dan terus menjadi gadis keras kepala, maka dengan sangat senang hati aku akan memberitahunya”

Ya ini akan sangat mudah bagi bibi Park untuk melakukannya. Bibi Park dan ayahku adalah dua sahabat yang sangat dekat. Bahkan mereka sudah saling mengenal dan menjadi teman baik sejak sebelum ayahku bertemu dengan seorang wanita yang pada akhirnya akan melahirkanku. Jadi sangat tidak mengherankan jika pria tua itu begitu memberi kepercayaan pada bibi Park, terutama mengenai kesehatanku.

“Tapi kau tak perlu khawatir, aku tidak melakukannya sejauh ini kan? Aku tahu kau sangat tidak menyukainya. Aku sudah mengenalmu sejak kau baru saja lahir Winter, aku mengenalmu dengan sangat baik” wanita itu tersenyum diakhir kalimatnya.

“Sebagai gantinya, putriku-lah yang akan mengawasimu setiap hari. Dia akan tinggal dan terus bersamamu. Ia juga akan melaporkan padaku setiap hal yang kau lakukan dan bagaimanapun perkembangan kesehatanmu dari waktu ke waktu. Aku juga sudah memberitahunya secara menyeluruh” lanjutnya.

Mulutku menganga lebar dengan mata yang hampir melompat keluar. Luar biasa, apa ini gila? Jika itu terjadi maka aku benar-benar akan merasa menjadi lebih dari seorang tahanan yang terkurung didalam ruangan sempit yang mengerikan.

Putrinya itu adalah seorang gadis cerewet. Sejak dulu ia terlalu sering membuat kepalaku pusing dengan berbagai hal ajaib yang ia lakukan.

“Ta-tapi, bukankah dia…”

“Dia akan segera pulang Winter. Tidak lama lagi dia akan sampai di Korea” bibi Park dengan sangat tenang meminum teh hangat miliknya. Bahkan ketika aku melongo didepannya, aku bisa melihat seutas senyum tipis terukir sempurna disudut bibirnya.

Uhh, mimpi buruk.

Last CHRISTMAS -winrina ver-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang