¹¹

290 53 1
                                    

Last CHRISTMAS
- winrina ver -
.
.
.

11

°•°•°•°•°•°•°

Hari ini Winter membawaku pada kencan yang manis. Ia bersikap romantis dan selalu memperlakukanku seperti aku adalah seseorang yang paling berharga untuknya. Ia mengatakan bahwa apa yang kami lakukan hari ini adalah salah satu hal terbaik yang kami miliki, terutama untuknya.

Pada awalnya ia mengajakku untuk mengunjungi salah satu taman hiburan terkenal yang ada di Seoul. Kami mencoba banyak wahana menyenangkan, namun beberapa kali ia juga memaksaku untuk menaiki beberapa wahana yang menurutku begitu menyeramkan.

Aku ketakutan. Namun ia justru tertawa puas ketika aku berteriak histeris, ia terkikik ketika air mataku keluar dan menangis didepannya. Ia bahkan semakin menggodaku ketika beberapa pengunjung lain menatapku dengan wajah anehnya. Di benar-benar menyebalkan.

Ia terus-menerus mencoba menenangkanku setelah puas menertawaiku. Salah satu tangannya terus mengusap punggungku, sementara tangannya yang lain sesekali menghapus air mataku. Ia juga memelukku untuk membuatku menjadi lebih tenang. Ia mengatakan padaku jika aku tak perlu takut pada apapun karena ia akan selalu berada disampingku, ia akan menjagaku dan melindungiku.

Setelah keluar dari sana ia mengajakku untuk mengunjungi sebuah toko kecil tidak jauh dari taman hiburan itu. Ia membelikanku sebuah lampu meja yang terbuat dari hanji (kertas khas korea) sebagai permintaan maafnya. Sederhana memang, tapi aku menyukainya.

Sepajang langkah melihat semua benda yang ada disana, Winter terus bercerita mengenai tempat ini dan sang pemiliknya yang nyatanya merupakan teman baiknya, seorang wanita berusia 40-an yang telah ia kenal cukup lama.

Kami juga melakukan aktivitas lainnya, seperti membeli permen kapas, makan di restoran mewah, bahkan melihat tari jalanan yang ramai dikerumuni banyak orang. Namun sekarang kami disini, didalam antrian disalah satu bioskop besar yang ada di kota Seoul. Ia mengajakku untuk menonton sebuah film yang kini tengah menjadi perbincangan hangat dan begitu laris di pasaran.

“Kajja” Winter menautkan jari-jarinya dengan milikku, lalu menarik tanganku dengan lembut. Ia membimbingku untuk masuk dan memilih salah satu tempat duduk yang ada disana. Ia memilih tempat paling ujung, bagian paling belakang.

“Kenapa disini? Bukankah akan lebih menyenangkan jika berada dibarisan sedikit lebih depan?” aku berbisilk tepat ditelinganya.

“Tidak, aku rasa disini adalah tempat terbaik” jawabnya.

“Kenapa?”

“Entahlah, aku rasa…” ia memberi jeda dan tampak berfikir.

“Apa?”

“Tidak akan ada yang menangkap kita. Orang-orang tidak akan melihat ke arah kita kan jika kita disini?”

Kalimat itu membuatku mengernyitkan dahi. “Mwo?! Menangkap kita, apa maksudmu? Bukankah kita hanya akan menonton film seperti mereka?” mataku menatapnya dengan kecurigaan penuh.

“Apa kau merencanakan sesuatu padaku?” lanjutku. Aku takut ia akan berbuat yang tidak-tidak. Bioskop adalah tempat umum, dan tentu saja aku mempunyai rasa malu.

Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat, Winter menyangkalnya. “Tidak” aku bisa melihat seringai tipis disudut bibirnya.

“Duduklah, apa kau ingin menonton film dengan terus berdiri seperti itu?” ia menatapku dan tersenyum manis.

“Winter aku akan memukulmu jika kau melakukan hal-hal tak senonoh padaku disini” aku memberinya peringatan agar ia bisa mengontrol dirinya sendiri. Juga memberinya tatapan tajam yang malah dibalas senyuman lebar di wajahnya. Menyebalkan memang.

Last CHRISTMAS -winrina ver-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang