²⁸

181 39 14
                                    

Last CHRISTMAS
- winrina ver -
.
.
.

28

°•°•°•°•°•°•°

Author POV

Sudah hampir satu jam yang lalu Karina sampai ditempat parkir apartemennya. Ia tak langsung menemui Winter. Yang ia lakukan hanyalah berdiam diri didalam mobilnya, menjatuhkan punggungnya pada sandaran kursi, dan menatap lurus kedepan dengan sorot mata kosong.

Hati dan pikirannya tak pernah sejalan. Hati kecilnya merindukan sang pemiliknya, tapi pikirannya melarang. Ingatan akan hari itu nyatanya masih segar dan sulit untuk bisa menghilang. Pada akhirnya ia lebih memilih untuk menjunjung amarahnya sendiri. Ia bersikeras jika ia bisa meredam rindunya, menekannya lalu menyembunyikannya rapat-rapat didalam sana.

Perlahan matanya terpejam meski ia tak ingin tidur didalam mobil. Karina hanya ingin memperbaiki perasaannya, juga membuatnya lebih nyaman dan tenang. Dapat juga dikatakan jika ini adalah salah satu cara untuk mengulur waktu, lalu membiarkan Winter pergi tanpa sempat menemuinya terlebih dahulu.

Gadis itu tak menyangkal jika akan lebih baik ia tak bertemu dengan Winter dulu malam ini.

Tapi beberapa detik mata itu terpejam, kata-kata Ningning yang pernah diucapkan didepannya kini justru berputar-putar didalam otaknya. Ia mengingat betul bagaimana wajah Ningning ketika marah, itu tampak menyeramkan. Matanya menatap tajam dengan suaranya menusuk.

Karina bergidik ngeri, lantas cepat-cepat ia membuka matanya lagi. Kalimat-kalimat Ningning kembali seperti tengah memenuhi telinganya, berisik.

"Kya! Apa kau tidak mendengar apa yang dikatakan kekasihmu itu?!! Ia bahkan terdengar gila dan menyedihkan karenamu. Apa eonnie benar-benar tidak peduli padanya?"

"Sekarang pulanglah dan temui dia. Apapun yang tengah terjadi pada kalian berdua, kau tetap tidak boleh memperlakukan dia seenaknya eonnie. Kau belum benar-benar tahu yang sebenarnya terjadi"

"Kau tahu, aku mempercayai Winter. Aku sangat mempercayainya tapi bukan berarti aku tidak percaya padamu. Aku yakin dia tak ingin menyakitimu. Bicaralah padanya"

"Berjanjilah padaku untuk menemuinya, okay? Aku kasihan padanya, apa eonnie tidak?"

"Sial!" Karina mengumpat keras. Cepat-cepat ia meraih tasnya, lalu beranjak dari sana dengan enggan. Oh, jangan lupakan bantingan pintu yang terdengar cukup keras.

Kakinya terus bergerak meski dengan langkah kecil. Ia memasuki lift, berdiri dengan wajah kesal dan membiarkan kotak besi itu membawanya naik ke lantai dimana unitnya berada diatas sana.

Tingg...

Dengan sengaja ia memperlambat langkahnya setelah keluar dari kotak besi itu. Sedangkan mulutnya terus bergumam tak jelas.

"Ohh Tuhan, haruskah aku menemuinya sekarang?" ucapnya lalu mendengus sebal, bahkan lebih buruk dari sebelumnya ketika ia masih berada ditempat parkir dibawah sana.

"Aku akan teramat bersyukur jika ia sudah pergi. Tapi jika ia masih dis..." belum sempat ia menyelesaikan ucapannya itu, kini tubuhnya justru membeku. Seakan-akan ia menjadi batu es hanya karena sorot mata seseorang yang terus mengamatinya dengan sangat lekat.

Matanya menangkap Winter yang kini berdiri tepat didepan unitnya. Ketika Winter hendak pergi dan telah menutup pintu itu rapat, Tuhan masih memberikan kesempatan baginya untuk bertemu dengan seseorang yang ia cari.

Last CHRISTMAS -winrina ver-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang