Epilog

779 46 9
                                    

Last CHRISTMAS
.
.
.

Epilog
- winrina-

°•°•°•°•°•°•°•°•°

Author POV

Natal akan segera datang dalam tiga hari kedepan. Orang-orang pasti akan disibukkan dengan berbagai aktivitas untuk menyambut hari spesial itu. Membeli pernak-pernik natal, menghias rumah dengan indah, dan menyiapkan hadiah untuk orang-orang yang mereka sayangi.

Namun sayangnya itu tidak berlaku untuk gadis itu. Ia tidak melakukan apapun selain hanya berdiri mematung menatap hamparan Sungai Han. Baru saja ia merapatkan mantel tebal yang ia kenakan, tapi udara dingin masih saja masuk dan menusuk kulitnya.

Gadis itu begitu cantik, beberapa orang yang melewatinya bahkan tak segan-segan menatapnya secara terang-terangan. Mereka mengagumi pahatan wajahnya yang begitu sempurna. Ia tampak seperti seorang bidadari dan bukan manusia yang berasal dari bumi ini.

Namun wajah itu hanya menampakkan raut kesedihan. Matanya sendu, bahkan sekalipun ia tak pernah mengunggingkan seutas senyum di bibirnya yang ranum.

Orang-orang yang mengetahui seberapa lama ia telah berdiri disana mungkin akan menatapnya aneh. Mereka akan bertanya-tanya sebenarnya apa yang tengah ia lakukan. Mungkin ia juga akan dikatai gila karena di cuaca sedingin ini justru terus mematung dan menatap kosong pada Sungai Han selama berjam-jam.

Tapi nyatanya gadis itu tak mempedulikan apapun. Ia tak peduli orang-orang yang selalu menatapnya kagum ataupun heran. Ia tak peduli apa yang mereka katakan. Ia tak peduli pada rasa lelah dan rasa sakit di kakinya. Ia juga tak peduli pada dinginnya udara yang terus menusuknya tanpa ampun, dan membelai wajahnya hingga sedikin es.

Sejak berjam-jam yang lalu, gadis itu terus bergelut dengan pikirannya sendiri. Ia memikirkan banyak hal yang telah lalu dan pergi, juga mengingat lagi hal-hal manis yang pernah ia lalui di tempat ini.

Tapi pada akhirnya semua itu hanya menenggelamkannya pada perasaan perih, membawanya pada luka dam rasa lehilangan yang telah menghujamnya selama beberapa tahun ini.

Jujur ia tak bahagia. Sangat sulit baginya untuk bisa merasakan perasaan itu lagi ketika seseorang yang menjadi penyebab ia bahagia sudah tidak ada.

“Ini akan menjadi natal kedua tanpamu” ia tersenyum kecut. Hatinya justru kembali hancur ketika semua orang tengah merasa bahagia.

“Kenapa kau pergi dan membiarkanku seperti ini?” gadis itu mengadukan perasaannya, seperti tengah berbicara dengan seseorang didepannya dan mendengarkannya sebaik mungkin.

Seketika ia menundukkan kepala ketika genangan air dimatanya semakin tak terkendali. Ia menangis, dadanya semakin sesak mengingatnya.

Air matanya baru saja turun.

Ini menyakitkan, selalu menyakitkan untuknnya. Sekuat tenaga ia sudah mencoba untuk mengikhlaskan, mencoba membuat hatinya menjadi lebih bahagia dan tak lagi tersakiti. Tapi gagal. Ia tidak bisa melakukannya.

Ia mencintai seseorang itu dengan tulus, tapi takdir justru mempermainkannya. “Aku merindukanmu sayang” lirihnya.

Drttt… Drttt…

Ponselnya bergetar secara tiba-tiba. Jadi mau tak mau ia harus menghentikan tangisnya dan menyeka air matanya secepat mungkin dengan jari-jarinya yang lembut. Gadia itu berusaha menenangkan dirinya, mengatur nafasnya dengan menarik dan mengeluarkannya secara perlahan.

Last CHRISTMAS -winrina ver-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang