/// 16 ///

642 145 2
                                        

Pelajaran Dan Konsekuensi

~°•°~




Malam sudah semakin larut saat sebuah mobil terlihat memasuki area basement sebuah apartemen. Berhenti tepat di tempat yang kosong sebelum si empunya terlihat turun dengan bahu merosot. Rautnya begitu tampak lelah, tapi langkahnya tetap konsisten untuk mencapai unit apartemen miliknya di lantai delapan.

Helaan nafas panjang juga terdengar beberapa kali, pun bertepatan dengan tangannya yang terulur memasukkan kombinasi pin apartemennya. Lalu segera masuk dan langsung di sambut tatapan khawatir dari ketiga orang yang berdiri tak jauh dari ambang pintu.

"Oh, kalian belum tidur?"

Seorang wanita paruh baya langsung mendatangi seorang remaja yang tengah berdiri di ambang pintu. "Bagaimana bisa bunda pergi tidur kalo kedua anak bunda aja baru pulang jam segini."

Mendengar itu netra hitam Rencaka langsung memandang lurus kearah Jendarkala. "Lo juga baru pulang Jen?" Yang dengan begitu langsung diberi anggukan pembenaran dari yang bersangkutan.

"Yaudah, kalian mending cepetan bersih-bersih. Biar bunda panasin makanannya."

"Bunda tidur aja, nggak papa."

Arumi sudah akan memprotes ucapan Rencaka saat Nakarsa sudah lebih dulu berujar. "Iya, bunda istirahat aja. Biar Naka yang panasin makanannya."

Lalu melangkah mendekat, memegang kedua bahu sang bunda sebelum mendorongnya perlahan kearah pintu kamar. Sedikitpun tak memberikan kesempatan pada Arumi untuk melayangkan protes.

Sedangkan kedua remaja yang di tinggalkan di ruang tamu yang menyatu dengan ruang tengah itu langsung berjalan kearah pintu kamar masing-masing. Bergegas mandi untuk setidaknya menghilangkan keringat juga rasa lelah yang benar-benar menyiksa.

Hampir lima belas menit berlalu saat Nakarsa telah duduk di meja makan dengan makanan yang sudah selesai ia panaskan. Lalu Rencaka yang terlihat pertama kali keluar dari kamarnya, yang kemudian disusul Jendarkala yang mengambil tempat di kursi samping kanannya.

"Mulai besok suruh bunda tidur duluan aja Na, kasihan kalo harus nungguin sampek jam segini." Kalimat pertama Jendarkala langsung mengantarkan ketiganya dalam obrolan ringan di jam dua dini hari itu.

"Gue tadi juga udah nyuruh bunda istirahat dulu Jen, tapi bundanya tetep nggak mau."

"Biar gue aja besok yang ngomong ke bunda." Dan keduanya mengiyakan usulan Rencaka.

Detik selanjutnya, kedua remaja itu langsung memakan makanannya dengan Nakarsa yang dengan setia menunggu di kursi sebrang meja. "Lo nggak makan Na?"

Nakarsa menggeleng. "Gue tadi udah makan sama bunda. Sorry juga nggak nungguin kalian pulang dulu buat makan bareng-bareng."

"Santai aja kali. Udah lo siapin makanan aja kita udah seneng. Ya nggak Jen?"

"Iya."

Dan selalu seperti itu. Nakarsa berjanji akan selalu menunggu kedua sahabatnya untuk pulang dan menyiapkan makan malam untuk mereka. Selain itu, dia juga akan memaksa sang bunda agar mau menyantap makan malamnya terlebih dahulu, sedangkan dirinya akan menunggu Rencaka juga Jendarkala untuk bisa makan malam bersama.




∆•∆•∆•∆




Suasana di koridor kelas siang itu terlihat begitu ramai, jauh lebih ramai dari jam istirahat pertama yang telah berakhir beberapa jam yang lalu. Sedangkan saat ini tengah berlangsung jam istirahat kedua. Membuat ketiga remaja yang baru saja keluar dari area kantin itu bertanya-tanya, tapi tetap terlihat acuh dengan langkah pasti menuju kelas ketiganya.

Titik Simpang { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang