/// 17 ///

659 141 8
                                    

Malam Peringatan Tahunan




~°•°~



Jas hitam rapi, dasi mencekat leher, juga keharusan berbahasa formal adalah kombinasi lengkap yang begitu memuakkan di pagi ini. Belum lagi suasana serius yang sudah terjadi sejak dua puluh menit yang lalu, semakin membuat keinginan Rencaka untuk menggebrak meja dan meninggalkan ruang rapat membuncah di dalam dada.

Tapi remaja itu tak bisa asal melakukannya, apalagi jika rapat ini adalah buntut dari keputusannya di rapat tahunan kemarin lusa.

Ya, setidaknya salahkan saja Nakarsa. Sahabatnya itu bahkan memohon-mohon agar dirinya bersedia kembali menjalin hubungan kerja sama dengan perusahaan milik tuan Abraham. Membuatnya mau tak mau mengiyakan walaupun dengan perasaan dongkol. Pun dengan terpaksa melibatkan kepala perusahaan yang masih di pimpin Surya, CEO RJ Corp. pusat yang banyak diketahui sebagai ayah kandung dari CEO muda bernama Rencaka. Tentu saja, siapa lagi kalau bukan dirinya.

"Jadi, apa sekarang semuanya sudah jelas?" Surya bertanya dengan pandangan mengedar pada beberapa orang yang memang berada di ruangan itu, lalu menatap 'putranya' yang terlihat ingin menyampaikan sesuatu lewat tatapan mata.

"Apa ada yang ingin kau sampaikan?"

Remaja itu mengangguk, merasa puas saat pria paruh baya yang duduk di kursi pimpinan itu mengerti akan maksud dari tatapannya. "Ya, setidaknya saya menyetujui kembali kontrak kerja sama ini karena sahabat saya yang meminta. Jadi tuan Abraham, saya harap anda tidak mengecewakan saya hanya karena perilaku bodoh putra anda." Ujarnya sarkastik, berbalut senyuman manis sebagai pelengkapnya.

"Baik tuan muda, saya berjanji akan benar-benar mengawasi putra sulung saya setelah ini."

Lalu rapat selesai, beberapa orang yang terlibat langsung meninggalkan ruangan sesaat setelah Surya juga Rencaka meninggalkan ruang pertemuan.



∆•∆•∆•∆


Setiap perkumpulan pasti memiliki hari besar mereka masing-masing, sama halnya dengan kelompok besar mafia yang dipimpin Anggara.

Sebuah kelompok besar mafia tersadis di daratan Asia, Amerika hingga Eropa. Yang lebih dikenal dengan sebutan Golden Mortem, si penguasa dengan gelar dewa emas kematian. Sesuai dengan arti dua suku kata dalam namanya.

Dan karena alasan itu juga, malam ini hampir semua anggota yang berada dibawah naungan nama besar Golden Mortem berkumpul dalam sebuah ruangan. Merayakan hari besar mereka yang lebih dikenal dengan malam peringatan tahunan. Dengan satu acara puncak yang pasti sangat di tunggu-tunggu para anggotanya, yang tentu saja baru bisa terlaksana nanti tepat pukul dua belas malam.

Tak berapa lama, seruan pemberitahuan mengenai kedatangan sang ketua terdengar. Disusul pintu ruangan yang terbuka dengan menampilkan Anggara yang berjalan mendekat, diikuti beberapa bodyguard pilihan yang berpakaian serba hitam.

Awalnya semua terlihat biasa saja, sebelum sebuah kejutan membuat sebagian besar dari mereka menatap tak percaya pada satu sosok yang berdiri paling belakang. Berjalan memasuki ruangan, dan berhenti tepat satu langkah dibelakang Anggara. Tentu saja setelah semua bodyguard kepercayaannya bergeser memberi jalan.

Sedangkan sebagian dari mereka memang sudah mendengar saat Jendarkala mengatakan akan ikut berpartisipasi dalam acara malam ini, tapi tak menyangka jika hal itu memang benar-benar akan terjadi setelahnya. Tepat di acara tahunan tahun ini.

Lalu saat menyadari tatapan ketidakpercayaan dari hampir seluruh anggotanya, mau tak mau membuat tawa renyah Anggara mengudara. Apalagi jika mengingat bahwa ini memanglah kali pertama putranya - Jendarkala, bergabung dalam acara besar ini. Hingga tak berlebihan rasanya jika banyak yang menunjukkan ekspresi ketidakpercayaan mereka saat ini.

Titik Simpang { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang