Sedikit Kisah Para Orang Dewasa
~°•°~
Sesuai judul, kalo chapter ini isinya cuma kisah singkat sebelum para tokoh utama kita lahir. Sebelum nantinya kita lanjut ke rumitnya penyelesaian masalah yang terjadi.
~°•°~
Jika ditelaah lebih jauh lagi, semua kekacauan yang terjadi di hidup ketiga remaja yang nyatanya memiliki aliran darah yang sama itu berawal dari kesalahan fatal yang bertahan hingga saat ini.
Dimana pertemuan yang tak terduga, rasa yang tak seharusnya ada, hingga ikatkan yang tak semestinya terjalin menjadi tumpuan utamanya.
Dan hari itu, tanpa sadar menjadi permulaan dari kisah rumit yang bertahan hingga saat ini.
Saat itu, minggu kedua bulan september. Gibran kecil bersama kedua orang tuanya berjalan bersisian, memasuki sebuah panti asuhan dengan semangat yang begitu membara dari sosok yang termuda. Alasannya hanya satu, kalimat 'kita jemput Adek ya besok besok' milik sang bunda tempo hari adalah penyebabnya.
Tentu saja, Gibran yang sejak lama memang menginginkan seorang adik langsung melompat bahagia. Memeluk tubuh kedua orang tuanya bergantian, sebelum pertanyaan-pertanyaan random khas anak kecil terlontar setelahnya.
Kedua orang tua Gibran jelas merasa bahagia. Apalagi jika mengingat kondisi bundanya yang tak mungkin untuk kembali memiliki seorang anak, maka mengambil seorang putri dari sebuah panti asuhan adalah pilihan yang tepat.
Dan begitulah, Arumi terpilih karena Gibran yang langsung menyukainya sejak pertama kali keduanya bertemu. Dan kedua orang tua Gibran jelas tak mempermasalahkannya, sebab Arumi memanglah gadis kecil yang cantik dan penuh keceriaan.
Lantas, keduanya tumbuh bersama. Dengan Gibran yang senantiasa bersikap selayaknya seorang kakak, juga Arumi yang berlaku manja pun penuh keceriaan kepada kakak laki-lakinya.
Tapi sayang, harapan kedua orang tua mereka yang menginginkan kedua malaikat kecilnya hidup saling menyayangi selayaknya sepasang kakak beradik harus sirna. Digantikan kekecewaan yang mendalam saat sang putra dengan sangat lantang mengakui perasaannya terhadap Arumi tepat dihadapan mereka. Perasaan cinta selayaknya seorang laki-laki terhadap lawan jenisnya, bukan kasih sayang yang seharusnya tumbuh diantara kedua bersaudara.
"Lupakan perasaan kalian, karena ayah telah menjodohkanmu dengan putri dari rekan kerja ayah." Itu adalah keputusan final yang harus diterima keduanya, tentu saja dengan ancaman yang tak main-main yang saat itu diberikan oleh sang ayah.
Gibran jelas tak bisa menolak, apalagi ancamannya tak jauh-jauh dari terenggutnya kehidupan damai yang selama ini dirasakan cinta pertamanya, Arumi. Belum lagi fakta bahwa perjodohan itu memang telah diatur sedemikian rupa hingga prosesi pernikahannya yang tinggal menghitung hari, membuat Gibran mau tak mau harus tetap melakukannya.
Maka dengan berat hati, akhirnya pernikahan itu terjadi. Dengan satu bulan setelahnya kabar kehamilan Gina,- istri sahnya terdengar.
Waktu terus berlanjut, dengan kabar Arumi yang setiap harinya semakin sulit untuk ia ketahui. Hingga di usia pernikahannya yang menginjak bulan ke kedelapan, Gibran harus dikejutkan dengan berita kehamilan Arumi yang ia dapati dari mata-mata suruhannya. Juga satu fakta bahwa keluarga besarnya yang seolah menutup-nutupi itu semua dari awak media, demi reputasi dan nama baik keluarga tentu saja. Maka melahirkan bayi itu dengan diam-diam dan memperkenalkannya sebagai anak angkat kedua dari keluarga itu adalah pilihan utama.
Gibran jelas saja tak tinggal diam, calon papa muda itu langsung saja mendatangi kediaman keluarganya. Apalagi dengan dirinya yang mengakui jika bayi yang sedang dikandung Arumi adalah anaknya, darah dagingnya. Hasil dari perbuatan keduanya dimalam sebelum pengakuannya tempo hari. Pun berharap jika kedua orang tuanya akan mengizinkan dirinya bertanggung jawab akan bayi yang saat ini dikandung oleh sang cinta pertama.
Tapi tidak. Seolah takdir memang senang mempermainkan kehidupannya, Arumi justru menghilang tanpa jejak sehari sebelum kedatangannya. Meninggalkan kesemuanya dengan bayi yang saat itu ia kandung, dan pergi jauh entah kemana.
Gina sendiri awalnya tak tau menahu, ia hanya menganggap jika sikap cuek suaminya hanyalah ekspresi diri sebab perjodohan yang terjadi. Hingga di dua minggu sebelum jadwal melahirkannya ditetapkan, wanita itu tau semua kenyataannya. Tentang cinta pertama suaminya, juga anak yang saat ini dikandung wanita itu.
Gina jelas terpukul, calon ibu dari bayi kembar yang ia kandung itu benar-benar merasa stres. Hingga puncaknya, terhitung dua hari sejak fakta itu ia ketahui. Gina kontraksi, membuatnya harus melahirkan bayinya dua belas hari sebelum tanggal kelahirannya.
Lalu setelah berhasil melahirkan bayinya, Gina yang terlanjur marah dan kecewa memilih pergi. Membawa serta kedua putranya menjauh dari sang suami, tinggal disebuah rumah dipinggiran kota dengan bantuan keluarga besar untuk menutupi keberadaannya.
Tapi semuanya tak berlangsung lama, Gibran pada akhirnya bisa menemukan Gina. Pun membawa pergi salah satu putranya yang saat itu baru berusia satu bulan.
Sedangkan Gina yang tau jika suaminya berlaku terlampau tegas saat mendidik putra mereka, memilih menemuinya ditahun ketujuh. Meminta hak asuh Jendarkala kembali, hingga berujung sebuah kesepakatan diantara mereka.
Gibran akan sedikit melunakkan sifat dan sikapnya itu dengan dua syarat, yaitu hak asuh atas Rencaka, pun dengan Gina yang harus bersedia berpura-pura mengalami depresi berat. Mengharuskannya untuk tinggal disebuah kamar di salah satu rumah sakit jiwa milik keluarga.
Awalnya Gina jelas menolak, tapi saat tau bagaimana pengaruh besar yang saat itu telah dimiliki Gibran. Yang bahkan telah menjadi orang paling berpengaruh dinegara mereka, baik dengan bisnis legal maupun ilegalnya. Bukan tidak mungkin Rencaka akan diambil secara paksa dari sisinya. Dan yang paling mengerikan jika hal itu sampai terjadi adalah, kemungkinan besar bahwa dirinya justru akan semakin kesulitan untuk sekedar mengetahui kabar dari putra-putranya. Tak hanya itu, sifat dan sikap keras Gibran pun pastinya akan ikut andil dalam kesemua itu, menempa dengan sangat keras kehidupan Rencaka pun juga Jendarkala. Dan Gina jelas tak ingin jika kesemua itu benar-benar terjadi di depan matanya sendiri. Jadi dengan alasan itu, dia terpaksa harus menyetujui kesepakatan yang ditawarkan Gibran kepadanya.
Sedangkan untuk Arumi, wanita itu akhirnya melahirkan bayinya seminggu setelah kelahiran si kembar. Hidup di sebuah rumah sederhana milik seseorang yang saat itu menemukannya kesakitan di pinggir jalan, pun bertemu dengan seorang laki-laki yang satu tahun setelahnya berstatus sebagai suaminya. Iya. Dia, Prayoga.
Kehidupan Arumi jelas begitu sulit, apalagi setelah mengetahui jika keberadaannya masihlah selalu di cari oleh anak buah dari kakak angkatnya. Membuatnya mau tak mau harus selalu berhati-hati, bersembunyi sebisa mungkin dengan bantuan sang suami yang pada awal-awal usia pernikahannya begitu baik padanya.
Hingga kecelakaan itu terjadi. Prayoga yang sejak awal menginginkan seorang putra dari sang istri kontan berubah drastis, apalagi saat mendapati fakta bahwa akibat kecelakaan itu Arumi tak akan pernah bisa mengandung lagi. Membuatnya berubah kasar bahkan kerap kali memukul jika pengaruh alkohol mengungkungnya. Bahkan berjudi dan mabuk menjadi kebiasaannya setelah hari itu. Dan semuanya bertahan hingga saat ini.
~°•°~
TBCJadi singkatnya, Gibran ngelakuin semua itu karena terpaksa ya gaess
Yaa, seperti kebanyakan kisah hiduplah ya
Ada sebab ada akibat
Dan Gibran ngelakuin itu karena berulang kali kehilangan sesuatu yang coba ia pertahankan.
Mulai dari Arumi dan Nakarsa yang saat itu masih dalam kandungannya, trus berlanjut ke Gina dan kedua putranya.
Intinya, Gibran sebenarnya udah mulai nerima segala takdirnya ( terbukti dengan hatinya yang sedikit demi sedikit terisi oleh kehadiran Gina,- yang artinya udah ada cinta sebelum Gina memilih pergi )
Tapi kekecewaan dan sakit hati seolah menggelapkan matanya
Dan yap, jadilah Gibran Anggara yang sekarang.....
Intinya gitu lah pokoknya, semoga kalian paham ya sama apa yang coba aku sampaikanPub.010222
hd_
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Simpang { END }
FanfictionJika fajar selalu identik dengan si kuat Jendarkala, maka kehangatan senja tak pernah terlepas dari dekap erat Rencaka. Tapi bukankah fajar dan senja tak akan nampak indah tanpa jingganya? Maka begitulah alam bekerja, menghadirkan sosok Nakarsa untu...