Insiden Yang Menguntungkan
~°•°~
Jam baru menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit saat Rencaka sudah siap dengan setelan khas seragam sekolahnya, berkutat selama beberapa saat untuk melihat hasil akhir keseluruhan penampilannya di depan kaca besar di sudut kamar.
Semuanya tampak sempurna, tak ada kecacatan sedikit pun. Tapi seolah tak puas, remaja itu hanya menampilkan ekspresi datar tanpa seulas senyum. Menatap lurus kedua bola matanya sendiri dari pantulan kaca.
Detik berikutnya, remaja itu berbalik dan mendekati meja belajarnya. Menyambar ransel hitam diatas meja, lalu keluar dengan ekspresi yang masih sama. Dingin dan tak terbaca.
Kaki jenjangnya secara pasti menuruni setiap anakan tangga, menyadari tundukan hormat para penjaga yang ada di setiap sudut rumah. Seperti biasa.
Hingga akhirnya, langkah kaki itu melambat. Terhenti tepat di anakan tangga ke delapan dari bawah. Netra hitamnya berubah kelam, nafasnya pun naik turun seirama emosi yang kian memuncak.
Alasannya hanya satu.
Sebuh figura besar yang terpampang jelas menampilkan senyuman sepasang suami istri. Menggantikan figura besar milik sang bunda.
Dan di detik berikutnya, satu hal yang sudah pasti terjadi. Remaja tujuh belas tahun itu langsung melemparkan tas ransel miliknya, berlarian menuruni tangga guna mendekati figura besar di depan sana. Tangannya dengan cepat terulur, menarik benda persegi itu dengan kasar. Membantingnya kearah lantai, hingga membuat kegaduhan dengan suara nyaring pecahan kaca.
Hampir semua penjaga dan pelayan datang mendekat, menunduk takut saat kedua netra kelam itu mengedar kearah sekitar.
"Siapa yang udah lancang ganti foto bunda?!!"
Tak adanya sahutan membuat emosi Rencaka kian membuncah, kakinya mengayun dan menendang serpihan figura itu hingga menabrak dinding rumah. "Jawab?!!"
"Maaf tuan muda, tapi ini perintah dari tuan besar." Salah satu dari sekian banyak penjaga akhirnya bersuara, membuat kerutan samar di dahi Rencaka kian tercetak jelas.
Remaja itu jelas tak bisa tinggal diam, netranya kini melirik tajam kearah pintu ganda di sudut rumah. Lalu dengan langkah pasti, Rencaka mulai mendekati pintu berwarna coklat tua itu.
Tapi belum sempat remaja itu sampai di depan pintu, sepasang suami istri yang gambarnya terpasang menggantikan foto sang bunda itu muncul dari balik pintu yang sama. Menatapnya beberapa detik hingga tundukan hormat Rencaka dapati dari dua orang didepannya itu.
"Bukankah kalian berdua yang ada di foto itu?" Pertanyaan yang terlontar dari mulut Rencaka itu tak langsung di jawab, dua orang dengan setelan rapi dan berwibawa itu lebih memilih melirik kearah belakang Rencaka sejenak. Memastikan dasar dari pertanyaan sang tuan muda.
"Iya tuan muda, itu kami. Tapi maaf, ini semua karena perintah mutlak dari tuan besar."
"Ayah memerintahkan kalian melakukan semua itu?" Yang langsung di benarkan dua orang yang bersangkutan.
Bodoh, tentu saja. Siapa lagi yang berani melakukan itu jika bukan ayahnya. Rencaka membatin gusar.
"Untuk apa? Apa kalian bisa menjelaskan alasannya?"
"Tuan besar memerintahkan kami untuk menjadi orang tua anda di sekolah. Bahkan tuan besar sudah mengatur semua hal yang sekiranya berkaitan dengan ini. Jadi ini hanya sebagai persiapan jika sewaktu-waktu ada teman tuan muda yang datang berkunjung."
![](https://img.wattpad.com/cover/290998933-288-k417862.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Simpang { END }
FanfictionJika fajar selalu identik dengan si kuat Jendarkala, maka kehangatan senja tak pernah terlepas dari dekap erat Rencaka. Tapi bukankah fajar dan senja tak akan nampak indah tanpa jingganya? Maka begitulah alam bekerja, menghadirkan sosok Nakarsa untu...