/// 31 ///

540 115 1
                                    

Menuju Kejutan Besar


~°•°~




Jika ada yang bertanya secara langsung, apakah Haikal menyesal telah membeberkan semua fakta yang selama ini berusaha di sembunyikan mati-matian oleh Rencaka kepada kedua sahabatnya? Maka jawaban pastinya hanya satu, tidak sama sekali. Bahkan remaja itu akan menyuarakannya dengan sangat lantang jika diperlukan. Tanpa sedikitpun keraguan, tanpa perlu pikir panjang.

Karena yang terjadi sebenarnya justru sebaliknya, Haikal malah merasa lega setelah melakukan semua itu. Karena entah kenapa, semua beban yang ia pikul selama melihat kesulitan Rencaka juga ikut terangkat karenanya.

Remaja itu bahkan tak peduli lagi jika keputusannya itu akan merenggut kepercayaan Rencaka terhadapnya, itu bukanlah masalah besar. Karena yang terpenting sekarang, Rencaka bisa sedikit mengurangi beban yang menekannya dalam hidup. Meski itu artinya, tuan mudanya itu juga harus melewati banyak kekecewaan dulu untuk bisa benar-benar terlepas bebas dari kesemuanya. Tapi setidaknya semua itu akan sebanding, daripada harus melihat Rencaka merasakan kekecewaan lagi dan lagi diwaktu berikutnya. Haikal benar-benar tak akan sanggup jika harus menyaksikannya kembali.

Remaja itu juga tak habis pikir, kenapa hubungan persahabatan tuan mudanya begitu rumit nan berbelit. Padahal yang ia tau, hubungan pertemanan apalagi sebuah persahabatan seharusnya justru memberikan kesenangan. Menyediakanmu tempat berkeluh kesah hingga sumber utama sebuah dukungan. Bukannya malah memberimu tekanan hanya karena tuduhan sebab ketidakpercayaan. Benar begitu bukan?

Tapi yang terjadi justru sebaliknya, Rencaka semakin tertekan alih-alih merasakan bahagia. Dan hal semacam itu sukses menginvasi setiap sudut didalam otak bodyguardnya. Membuat Haikal pusing, hingga memutuskan untuk turut andil kedalamnya.

Karena lebih dari siapapun, remaja itu juga tau bagaimana kehidupan sulit yang selama ini tuan mudanya jalani. Bebannya tak semudah itu untuk bisa ia bagi kepada sembarang orang, apalagi fakta bahwa dibalik sikapnya yang memiliki kepedulian yang cukup tinggi, Rencaka adalah tipe orang yang sangat amat sulit untuk bercerita.

Ia lebih senang memendamnya sendiri, menikmati setiap proses dan kesakitannya tanpa berbagi. Dan hal itu mampu untuk setidaknya membuktikan bahwa remaja itu tak selemah kelihatannya. Ia jelas memiliki kekuatan yang tak semua orang miliki, ia bisa bertahan bahkan tanpa seorang pun teman dan dukungan. Dan hal itu total menanamkan kekhawatiran besar dihati Haikal pada sosok tuan mudanya.

Padahal dulu, saat Haikal mengetahui jika Rencaka telah memiliki dua orang sahabat untuk pertama kalinya. Dirinya turut merasakan bahagia, Haikal bahkan menempatkan harapan besar untuk setiap kebahagiaan Rencaka pada kedua sahabatnya.

Karena ia sadar, sekeras apapun Rencaka meminta, ia tetaplah tak bisa jika harus menjadi sosok yang diharapkan. Kewajiban dan tanggung jawabnya terlalu besar jika harus bersanding dengan berlabelkan nama sahabat. Ia bahkan lebih sanggup menjaga dan menjadi tempatnya berpijak pada jarak tertentu, sebagai seorang bodyguard kepercayaan. Bukan malah menjadi sosok sahabat sebagaimana tempatnya berpulang. Haikal jelas-jelas tak akan mampu.

Tapi semakin kesini, untuk setiap pengorbanan yang berujung kekecewaan milik Rencaka. Haikal kontan menyesalinya. Menyesali setiap harapan besar yang pernah ia letakkan pada bahu Jendarkala juga Nakarsa. Dengan kata lain, kedua sosok itu telah menghancurkan kepercayaan besar yang telah ia sandarkan tanpa pikir panjang. Dulunya.

Bahkan jika dipikir-pikir kembali, mungkin sekarang Haikal akan lebih rela melihat kesendirian Rencaka tanpa seorang temanpun jika tau akhirnya akan seperti ini. Setidaknya, tuan mudanya itu tak harus menanggung beban lain ditengah tuntutan besar yang selalu ayahnya berikan. Itu terdengar menyesakkan, sangat.

Titik Simpang { END }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang