🌿CA-14🌿

65.8K 9.4K 184
                                    

Ayolah komen nya ditembusin cepet, kalian mah lama banget:(

Males lah aku jadinya, mau buat cerita baru juga ragu.

Tekan vote dan tembuskan 60 komen, cuma 60 pun🙂

~~~~

Aman kira..hanya 1 hari Alena sakit, nyata nya Alena sudah tidak datang selama 4 hari lamanya.

Dan Aman makin gila, sekarang bukan karena Skizhofernia nya melainkan karena ketidak hadiran Alena disisinya.

Tatapan mata Aman kosong sekali, dia lelah menangis dan hanya diam saja memandangi pemandangan luar jendela.

Dan lagi, pelukannya di boneka Patrick mengerat, boneka nya yang lain gatau kemana, mungkin diambil orang.

"Alena mana.." lirihnya parau, sesak dada Aman sekarang, dia mau Alena, kenapa Alena tidak kunjung datang lagi.

Bahkan Aman sudah tidak mandi lagi selama 4 hari ini, dia hanya mau Alena yang memandikannya, bukan orang lain.

Hanya Alena yang boleh menyentuh tubuhnya.

Kasur Aman kotor sekali, basah juga dan ada banyak kecoa dan cicak disana.

Cklek.

"Aman, makan siangmu." Aman menoleh pada Kepala Perawar gendut itu.

Kepalanya dimiringkan sedikit.

"Alena?" lirihnya.

"Masih sakit."

Aman kembali menangis, dia menyembunyikan wajahnya dibalik boneka Patrick, sejujur nya para perawat kasihan melihat keadaan Aman.

Tapi mereka tak bisa berbuat banyak, Aman tak mau dimandikan, Aman benar-benar menjauhi semua orang dan hanya mau Alena.

"Alenaaaa..hiks..huhuuuu mau Alena..hiks..huaaaaaaa." Kepala Perawat yang bernama Grace itu menatap Aman sendu.

Aman itu usianya sama dengan Putra Grace di rumah, Grace kasihan pada Aman, harus gila diusia muda, dicampakan keluarganya, tak dianggap.

Tak pernah dijenguk, dan kini hanya percaya pada Alena. Grace tak bisa berbuat banyak, apalagi saat tau Alena akan dipindahkan ke Rumah Sakit Kota.

Grace tak bisa membayangkan keadaan Aman nantinya.

"Aman, mau jenguk Alena gak?" tapi kalau membawa Aman menemui Alena di Mess nampaknya bukan masalah.

Lagipula, mess ada didekat RSJ, masih dikawasan ini dan belum keluar pagar. Jadi Aman bisa keluar sebentar.

Aman mendongak, mata sipitnya nampak berbinar.

"Ketemu..hiks..Alena?" lirihnya senang.

Grace mengangguk. "Iya, mau?" tawarnya lagi.

Aman mengangguk semangat, tawa bahagia terdengar lagi setelah 4 hari ini hanya ada tangisan.

"Aman mandi dulu, lalu sarapan. Baru nanti aku bawa ke tempat Alena."

Aman mengangguk patuh, dia turun dari ranjang dan berlari ke arah kamar mandi, dia harus bebersih diri.

Agar Alena mau memeluknya lagi.

Sejenak Aman memandang cerminannya di kaca, rambutnya sudah memanjang lagi, apa Aman harus memotongnya?

Alena bilang, dia suka rambut Aman kalau sebatas leher saja, itu bisa diikat dan menambah ketampanan diwajah Aman.

Aman menggeleng pelan. "Nanti malam saja." gumamnya kemudian membuka pakaian.

Aman harus bergegas, dia kan mau bertemu Alena sebentar lagi, jadi Aman gak boleh bau sedikitpun.

Harus wangi, dan juga harus bisa menahan keinginan untuk pipis dan buang air besar nantinya.

Agar Alena tidak marah padanya.

....

Aman menunduk sepanjang jalan, dia mengenakan sweater putih oversize yang bagian tangannya sampai menutupi punggung tangan Aman.

Aman dipakaikan celana panjang hitam kendor, dan juga topi putih untuk menutupi rambut putih keperakannya.

"Aman, sini. Itu Alena." Aman mendongak, dia berjalan cepat menuju pintu yang Grace tunjuk.

Tanpa menunggu lama, Aman langsung masuk dan melihat Alena tengah duduk bersandar di ranjang.

Bibir Aman melengkung kebawah, air mata mengalir kembali dikedua pipinya disertai alisnya yang luyu.

"Hiks.." isaknya bagai anak kecil.

Alena tertawa pelan, dia merentangkan tangannya. "Aman, Alena rindu Aman." ujar Alena lembut.

Aman berlari seketika, dia melompat ke kasur dan memeluk Alena dengan sangat erat.

"Huaaaaaaa Aman lebih rindu Alenaaa..hiks..Aman sangat-sangat rindu Alenaaa..hiks..Alena jahat banget gak datangin Aman..hiks..Aman rindu berat..hiks.."

Alena, Ayu, Grace dan Lara tertawa mendengar racauan Aman, lucu sekali.

"Alena kan sakit, besok udah sembuh kok. Bisa ke sana lagi."

"Beneran..hiks.."

"Iya bener Aman."

Aman menyembunyikan wajahnya diceruk leher Alena, dia malu, pipinya memerah melihat senyum diwajah cantik Alena yang sangat dekat dengannya.

"Hiks..sayang Alena.."

"Iya Alena juga sayang Aman."

Akhirnya, Aman bisa merasakan peluakan hangat ini lagi.

🌿Bersambung🌿

Childish Aman [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang