🌿CA-19🌿

54.7K 7.4K 358
                                    

Maaf ya, habis senam bukannya sehat malah demam🙂✋ salah ku juga sih habis senam malah mandi terus keramas hehe.

Jadi kayaknya aku upnya agak lama, tapi kalau komen penuh tetap up, InsyaAllah.

Tekan vote dan tembuskan 80 komen.

Jangan spam ya, kalian tuh komen apa yang terjadi di cerita, jangan komen OOT, alias out of thopic. Chapter sebelah banyak yg oot:)

Jangan ulangi lagi disini, nanti aku hapus komennya.

~~~~

"Mau ke taman, kata Alena kalau udah mandi kita ke Taman." Alena meringis pelan, Aman terus merengek minta ke taman.

Tapi sayangnya sedang turun hujan dan diluar sangat gelap, padahal baru juga jam 11 siang.

"Hujan di luar."

Aman menunduk, dia mendudukan dirinya di lantai dan langsung menekuk kedua kakinya. Dengan erat Aman memeluk kakinya.

"Alena bohong.." lirihnya sedih.

Alena jadi merasa bersalah, dia menghela napas sejenak, kemudian berjalan keluar dari kamar Aman.

Ada yang harus dia lakukan dulu.

"Ish..bukannya bujuk Aman..malah ditinggal..hiks..Alena jahat.." dan akhirnya Aman menangis disana.

Sebenarnya Alena keluar guna mencari mantel plastik, biasanya tersedia untuk para perawat yang mau pulang tapi kehujanan.

"Pak, mantelnya ada lagi?" tanya Alena pada Pak Satpam, yang ngurus mantel dan payung itu Pak Satpam.

Pak Satpam mengangguk, beliau mengambil 1 mantel dan 1 payung.

"Untuk dek Aman kan? Ini aja ya, dia suka warna pink, katanya warna Patrick itu pink." Alena terkekeh pelan, ternyata Aman sudah dekat dengan Pak Satpam.

Alena menerima mantel dan payung itu perlahan. "Makasih ya Pak."

"Nggih neng, kalau mau main di taman hati-hati. Awas petir."

"Iya Pak, terima kasih sekali lagi."

Alena segera berlari kembali menuju kamar Aman, pasti Aman masih menangis disana. Begitu Alena masuk, Aman lagi tiduran sambil nangis.

Dipelukannya ada boneka patrick kesayangan, tapi Patricknya telanjang, celana nya hilang saat dijemur beberapa hari lalu.

"Aman, pakai mantelnya baru kita ke taman." Aman tergerak sedikit.

Dia menelungkupkan tubuhnya pelan, lalu mendongak menatap Alena sedih.

"Mantel..hiks.."

"Iya, cepet sini yuk."

Aman mengangguk, dia bergerak seperti ulat, gak mau bangun, jadi pantatnya naik lalu badannya gerak kedepan.

Paham gak?

"Astaga, nanti sakit badan kamu!"

"Hiks..jangan marahin Aman..hiks.."

"Makannya cepetan sayang, jangan gitu ah." Aman merengut sebal, dia bangun dan berjalan lesu mendekati Alena.

Lalu merantangkan tangannya, minta dipakaikan. "Uluh-uluh, bayik."

"Aman bukan bayik..hiks.."

"Bayiknya Alena tau."

"Terserah..hiks.." Alena gemas, dia memakaikan mantel pink itu ke tubuh Aman, lalu memakaikan sepatu boot kuning dikedua kakinya.

"Nah yuk, ke taman." Aman mengangguk, dia menggenggam tangan Alena dan ikut berjalan.

Lucu ih, kayak ngeliat pinguin jalan, mana mantelnya agak kebesaran lagi, dan ada tudungnya, jadi Aman gak keliatan kayak cowok 19 tahun.

Malah kayak anak SMP:)

"Alena.."

"Kenapa?"

Aman beringsut takut begitu melihat taman, sepi sekali, bahkan hantu pun tidak ada. "Kenapa? Katanya mau main kan?" Aman mengangguk.

Dia berjalan ditengah hujan yang deras, tawa pelan dia berikan saat air hujan mengenai wajahnya. "Hehe..air nya gak ada rasa." ocehnya.

Aman melompat ke genangan air, dan menginjak-injaknya, lalu berlarian di sekitar kursi taman.

Alena sendiri hanya memantau saja dari pinggir.

"Iih, kodok. Imut banget." pujinya begitu melihat kodok bancet.

Aman hendak menyentuhnya, tapi petir menyambar kala itu.

GLUDUK!

JDER!!

"Hiks..ALENAAAAAA HUAAAA ADA GLUDUK HUAAAAAAA." Aman berlari ke arah Alena dan hendak memeluknya.

Tapi dengan sigap Alena menyibakan handuk besar, sehingga Aman masuk ke dalam handuk. "Cup-cup sayang."

"Mau masuk aja..hiks..takut nanti Aman kesambar gluduk terus mati gimana!? Hiks..takuuuttt huaaaa mau bobok aja di kamar sama Patrick!!"

Alena tersenyum mendengarnya.

"Yaudah, ayo ke kamar. Kepala kamu basah?"

Anggukan dengan tatapan mata polos Aman berikan. "Yaudah gak papa, ayo mandi air hangat."

"Yeayyy, mau susu coklat juga."

"Iya sayang."

Aman menggenggam tangan Alena erat, keduanya kembali lagi ke kamar setelah insiden gluduk tadi.

Sampai mereka tak sadar, pada sesuatu dibalik pohon apel taman itu.

🌿Bersambung🌿

Childish Aman [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang