🌿CA-03🌿

101K 12.2K 656
                                    

Hai kalian, kabar kalian baik kan? Alhamdulillah kalau baik ya.

Tekan vote dan ramaikan komentaaaaaar\(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥

~~~~~

Aman bertepuk tangan riang sekali, sore harinya Alena mengajak Aman keluar dari kamar.

Walau hanya sekedar duduk di taman saja. "Hihi, Aman mau ambil itu, boleh?" izinnya saat ingin mengambil buah apel dari pohon yang tak jauh dari mereka.

Alena sendiri sibuk mengikat kembali rambut keperakan Aman yang berantakan. "Alena aja yang ambil, ntar Aman jatuh." jawabnya tenang.

Aman mengangguk riang, dia mendorong tubuh Alena karena tak sabar. "Cepetan ambiil, ayo diambiil." rengeknya tak sabar.

"Iya, sabar elah." Alena selesai dengan rambut Aman.

Untung saja seragamnya itu pakai celana dan bukan rok. "Aman tunggu disini, habiskan dulu makan sore nya." titah Alena.

Aman menurut, dia duduk direrumputan dan langsung memakan nasi sup yang Alena bawakan tadi.

Alena berjalan mendekati pohon apel yang berada ditengah taman, sebenarnya taman sore ini ramai.

Tapi Alena memilih posisi sudut karena Aman masih tak mau berdekatan dengan orang lain.

"Heh, lo mau ngapain?" Alena menoleh, ternyata rekan kerjanya yang bernama Gerri.

"Mau ambil buah itu."

"Berani lo manjat?"

"Berani lah, lo kata gue cewek apa yang gak berani manjat doang, pohonnya juga gak tinggi." oceh Alena merasa sebal, dia tak suka diremehkan seperti itu.

Alena bersiap, dia mulai memanjati 1 per satu bagian pohon, Apel yang paling dekat yang Alena ambil.

Dari atas sini, Alena bisa melihat Aman tengah menghabiskan makanannya.

"Dapat," untung saja mudah.

Alena melihat ke bawah, bukannya tinggi-tinggi amat. Segini doang Alena bisa lah loncat doang.

Alena bersiap di tempat, dengan sekali dorong dia turun dari pohon, selamat kok, sehat wal afiat juga.

"Gila." gumam Gerri tak percaya.

"Fix, Alena bukan cewek!" seru Arina, rekan kerja Alena yang lainnya.

Delikan Alena berikan. "Lo kata gue cewek apa!?" kesalnya.

Mereka hanya tertawa saja, lucu sekali sebenarnya mengejek Alena, karena dia mudah emosi dan suka marah-marah.

Namun terlihat indah kala Alena marah.

Alena berjalan mendekati Aman, dia menatap bangga hasil curiannya itu.

"Amaaaaan, nih apelnya." Aman memandang penuh binar, dia menerima apel itu dengan bahagianya.

"Makasiih, aaaaa ini hadiah pertama Aman selama 2 tahun disini, makasih banyak Alenaaaa, hihi Aman suka."

Hati Alena terasa ngilu, bagi sebagain orang sebuah apel tak terlalu berharga, namun untuk seseorang yang mentalnya hancur, sebuah hadiah sekecil apapun bisa membuatnya bahagia.

Perlahan Alena mengelus rambut Aman, dan berbisik. "Aman harus bahagia, seterusnya harus bahagia."

Aman tak paham, tapi dia senang mendengarnya.

....

"Alena mau kemana? Alena mau ninggalin Aman? Alena gamau jadi temen Aman lagi?" pertanyaan itu terus Aman berikan.

Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, saatnya Alena kembali ke mess tempat dia dan perawat lain tinggal.

Jaraknya tak jauh, hanya 10 menit jalan kaki saja.

Alena sudah membereskan keperluan Aman malam ini, tempat tidur sudah Alena bersihkan, Alena juga meletakan boneka patrik miliknya sebagai guling untuk Aman.

Susu hangat sudah Alena siapkan di nakas, obat sudah Aman minum.

Kamar sudah Alena sapu dan pel karena sehabis magrib tadi Aman buang air besar sembarangan.

"Alena harus pulang, besok bakalan datang lagi kok." jawab Alena lembut.

Dia mengelus pipi Aman pelan.

"Alena bohong, nanti Alena gak datang lagi, Aman nakal? Apa karena Aman ngompol dan eek sembarangan? Hiks..maafin Aman..hiks..jangan tinggalin Aman..hiks..Aman minta maaf.."

Alena tak tega, dia menyeka air mata dikedua pipi Aman sejenak.

"Hei, besok Alena datang lagi, jangan nangis yah. Peluk aja patrick, dia temen Alena juga."

"Hiks..Alena jangan pergi..hiks..jangan tinggalin Aman..hiks..nanti mereka datang lagi..hiks.."

Mereka yang dimaksud, adalah suara-suara jahat dikepala Aman.

"Aman harus ber doa, doa agar mereka gak datang lagi."

"Hiks..doa gimana?"

Alena merapatkan kedua tangan Aman. "Ya Allah, semoga mereka gak usik Aman lagi sampai besok."

Aman menatap polos Alena, memudian dia mengikuti ucapan Alena.

"Ya Allah...semoga mereka gak..usik..Aman lagi.." bisik Aman lirih.

Sudah lama dia gak berdoa, terasa hangat saat dia kembali mengingat Tuhannya.

Air mata kembali menetes pelan dikedua pipinya. "Hiks..Ya Allah..Aman mau keluar dari sini..hiks..tapi kata Nenek Aman gila..hiks.."

Duh, hati moengil Alena merasa tersentil saat itu juga.

Dia mengelus rambut Aman dan memilih tinggal disana sampai Aman tertidur, baru lah Alena bisa pulang ke mess tanpa harus merasa berat.

Hari pertama nya sungguh luar biasa, banyak yang dia alami dan itu mulai merubah sudut pandangnya tentang Orang yang memiliki penyakit mental.

Nyata nya, mereka sama seperti yang lain, hanya saja mereka terjebak pada pikiran buruk dan bayang-bayang suram.

Mereka mau kembali sehat, tapi dorongan atau dukungan dari orang sekitar kurang mampu membuat mereka bangkit.

Jadi, mau tak mau mereka harus rela terjebak di pikiran buruk sampai jangka waktu yang tak bisa ditentukan.

®^^®

Bersambung😾

Childish Aman [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang