🌿CA-08🌿

78K 10.6K 767
                                    

Hai kalian, tekan vote dan tembuskan 60 komen😾

~~~~~

"Selamat pagi Amaaaaan." Aman menoleh begitu mendengar sapaan Alena yang sangat dia rindukan itu.

Dengan cepat Aman berdiri dan berlari kearah Alena. "AMAN KANGEEEEEEEEN." jeritnya bahagia sembari memeluk Alena.

Alena dengan mudahnya menangkap tubuh Aman dan memeluknya erat.

"Uluh-uluh, ada yang kangen Alena ternyata." gemas Alena sembari mengusap rambut Aman berulang kali.

Aman tertawa pelan, dan Alena baru sadar jika Aman memiliki 1 gigi gingsul yang manis. Wah, makin lucu Aman jika gigi nya terlihat.

"Udah mandi belum?" tanya Alena.

Aman menggeleng dengan lugunya, dia bergelayut manja di bahu Alena dan sesekali menciumi pipi Alena pagi ini.

Alena gak masalah, entahlah tapi dia merasa itu bukan masalah. "Ayo mandi sekarang yak."

"Otteeee."

Gemas sekali Tuhan, Alena menarik lengan Aman lembut lalu membawa nya menuju kamar mandi.

"Aman mau bawa patrcik."

"Gak boleh sayang, nanti basah."

"Tapi patrick kan tinggalnya di air."

Bener juga sih. "Yaudah ambil aja, cepet." senyum Aman terulas kembali, dia berlari menuju kasur dan mengambil boneka patrick tadi.

Lalu kembali lagi menuju kamar mandi.

"Pakai celana pendek dulu."

"Huum."

Aman berjalan menuju kamar mandi yang ada tirainya, lalu mengganti celananya menjadi celana pendek.

Setelah selesai dia kembali melapor pada Alena, baru setelahnya Alena memandikan Aman dengan tenang dan tak ada gangguan.

....

"Alena, disana ada cewek." Alena meneguk ludanya pelan, padahal ini masih pagi tapi kenapa harus gini.

Alena baru tau dari salah satu Dokter lama di RSJ ini, katanya Aman ini indigo sehingga terkadang dia terlihat berbicara sendirian.

Posisi Alena dan aman saat ini ada di taman rumah sakit, sekalian menjemur badan kurus Aman diterik matahari pagi.

Alena sendiri sibuk melipat pakaian Aman dikursi taman, Aman masih menunjuk dahan pohon itu.

"Biarin aja dia." jawab Alena.

Aman mengerucutkan bibirnya pelan, dia berjalan menuju pohon mangga itu. "Mbak ngapain disana?" tanya Aman begitu polosnya.

Mbak kunti itu malah senyum-senyum gaje, habis yang ngajak dia ngomong itu ganteng bro, sayang aja dia pasien RSJ.

Alena langsung meletakan pakaian itu di kursi dan berjalan mendekati Aman. "Aman sayang, jangan ajak dia bicara ya. Ayo balik ke kamar lagi yaaaa." bujuk Alena.

Aman menggeleng, raut wajahnya pucat kemudian tak lama dia menangis. "Hiks..huaaaaa dia serem banget Alenaaaaaaa." tangisnya histeris kemudian memeluk Alena erat.

Tadi mbak itu cantik, tapi setelah Alena datang, wajahnya langsung berubah seram.

Alena menarik Aman kembali ke kamar, kasihan sekali dia menangis takut melihat sosok kunti jahat itu.

"Kan udah Lena bilang sayang, jangan di deketin. Kamu nya sih bandel."

"Huhuuu serem banget ituu..hiks..matanya copot masa..hiks.."

"Iya udah ya jangan nangis, kita main aja ya di kamar."

"Heeum..hiks..serem Lena.."

"Setan jarang ada yang cantik."

"Huhuu..hiks..Aman takut.."

"Tenang, ada Alena. Aman pasti baik-baik aja."

Aman mengangguk, dia menatap wajah Alena yang nampak sangat cantik dimatanya. Perlahan Aman menyentuh pipi Alena.

Alena meliriknya. "Kenapa?" tanya Alena pelan.

Aman menggeleng, dia tertawa pelan melihat wajah Alena. "Alena cantik, Aman suka." cicitnya malu.

Pipinya memerah malu saat ini.

Alena sempat tergelak, lucu sekali sih malu-malu gini dianya hahaha.

"Aman ganteng, Alena suka." bisiknya membalas.

Aman tremor, bibirnya bergetar dengan dua manik indahnya yang berbinar polos.

Ah..indah sekali.

®^^©

Bersambung😾

Childish Aman [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang