🌿CA-35🌿

47.3K 5.6K 294
                                    

Tekan vote dan tembuskan 80 komen.

~~~~~

Malam ini, Aman akan datang berkunjung ke rumah orang tua Alena, dia ingin menyampaikan niat untuk menikahi Alena.

Ahmat juga ikut bersama Aman, entahlah dia lebih suka membawa Ahmat daripada kedua orang tuanya.

"Tuan Muda, ingat perkataan saya."

Aman menoleh kearah Ahmat, wajahnya nampak berseri-seri karena akan segera bertemu orang tua Alena.

"Ingat apa?" tanya Aman tenang.

Dia merapikan dasi kupu-kupu yang dipakainya, malam ini Aman mengenakan jas hitam dan kemeja putih, serta celana panjang hitamnya.

Rambut putih keperakannya sangat rapi hari ini. Ahmat tersenyum sopan kemudian menunduk pelan.

"Sesuatu yang dimulai dengan hal buruk, akan berakhir dengan buruk pula. Sebisa mungkin, anda harus memulai hubungan yang baik dengan orang tua Nona Alena, agar mendapat akhir yang baik pula."

Aman diam, kemudian mengangguk paham. Okelah dia paham apa maksud ucapan Ahmat barusan, itu mudah saja dilakukan.

Aman turun, dia berjalan tenang menuju pintu rumah 3 tingkat di depannya.

Aman berusaha menenangkan debar jantungnya sejenak. "Tenanglah, ini pasti akan berjalan baik." gumamnya pada dirinya sendiri.

Beberapa teman ghaib Aman senantiasa ada di sekitarnya, mereka mendukung Aman malam ini.

"Semoga diterima ya!"

"Semangat Man!"

"Berdoa dulu."

"Napas dulu, baru bissmillah."

Aman tertawa pelan, dia menuruti ucapan teman-temannya, berdoa sejenak lalu hendak mengetuk pintu rumah.

Namun, percakapan Alena dan kedua orang tuanya menghentikan tujuannya.

"Mantan pasien RSJ? kamu gila Alena? Kamu memberikan kami menantu mantan pasien RSJ!?"

Ah, hati Aman sakit mendengar sentakan itu, apalagi Alena saat ini, dia kecewa pada tanggapan kedua orang tuanya.

Mereka mencari tau latar belakang Aman sampai saat ini mereka melarang Alena.

"Tapi Ma, Aman sudah sembuh. Dia sudah sehat Ma." bujuk Alena.

"Enggak!! Mama tetap gak setuju Alena! Dan setelah ini kamu harus kembali ke Amerika bersama kami, kami akan jodohkan kamu dengan Putra sahabat Mama!"

"MA! ALENA GAMAU DIJODOHIN!"

"KAMU BERANI BENTAK MAMA!"

"Ma..hiks..Alena cinta sama Aman ma..jangan jodohin Alena ma.."

Aman diam, dia tidak marah dengan ucapan orang tua Alena, tapi dia sangat murka karena kedua orang tua Alena berani membuat Alena-nya sampai menangis.

Alena tidak boleh menangis, tidak boleh!

Tatapan mata Aman datar sekali, dia mengulas senyum miring yang sangat mengerikan, sedikit gelap jika dilihat lebih seksama.

"Air mata Alena..jatuh karena dua orang tua bau tanah itu.." desisnya dingin.

Aman mengangguk, dia berbalik dan menjauhi rumah orang tua Alena.

"So? Apa yang harus kami lakukan?"

"Tenang, aku saja yang bereskan."

"Yakin?"

"Tentu dong, santai saja."

Kali ini Aman gak mau menggunakan teman ghaibnya, dia akan melakukannya sendiri, dengan tangannya sendiri.

"Haha, berani sekali mereka ya, berani sekali mereka membuat Alena menangis, dan apa tadi? Dijodohin? Hahaha gak bakal bisa, Alena adalah milikku!"

Benar, Alena adalah milik Aman, selalu dan selamanya.

"Tuan—"

"Tenang Ahmat, ayo kita pulang. Aku lupa membawa hadiah untuk calon mertua ku." ujarnya santai namun membuat Ahmat sedikit takut.

Aura Tuan muda nya gelap sekali, bahkan rasa sesak muncul saat Aman masuk ke dalam mobil.

Sebenarnya apa yang terjadi, kenapa aura nya berubah secepat ini padahal tadi dia bahagia sekali.

....

Alena melambai pelan pada kedua orang tuanya, dia harus kembali ke Apartemen karena Aman tak jadi datang.

Tadi Aman menelepon Alena dan mengatakan kalau dia sembelit sehingga tak bisa datang.

Tak apa, Alena juga tak bisa mengatakan kalau Aman gak akan punya harapan untuk mendapatkannya.

"Hah..padahal aku sangat mencintai Aman..bagaimana cara meyakinkan mereka." Alena putus asa, yang dia mau hanya Aman tapi kenapa orang tuanya melarang.

Hanya karena masa lalu, astaga masa lalu saja harus dipermasalahkan, itu kan sudah lewat, untuk akan menjadi halangan lagi.

"Gatau lah, pusing kepala ku."

Yah, Alena hanya mengharapkan agar Aman bisa mendapat penggantinya yang lebih baik, bukan seperti Alena ini.

Setelah mobil mini cooper Alena keluar dari area komplek, Aman yang sedari tadi menyembunyikan diri dihalaman rumah akhirnya muncul.

Tadi memang Aman pulang, tapi dia datang lagi dengan membawa hadiah untuk orang tua Alena.

"Hehe, ibu dan ayah mertua, terima hadiah dari ku yah." sebotol besar bensin yang siap dia hadiahkan untuk orang tua Alena.

Dan yah, setelah ini tak akan ada lagi hama yang mengganggu hubungan Aman dan Alena.

Benar kata perawat Grace, Aman bukan mencintai Alena tapi dia terobsesi.

Cinta yang begitu besar sampai membuat pikiran Aman hanya diisi dengan Alena dan Alena saja.

Dia akan membabat habis penghalang yang menghalangi hubungan keduanya.

Agar mereka bisa bersama, selamanya.

🌿Bersambung🌿

Childish Aman [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang