🌿CA-18🌿

59.4K 7.6K 172
                                    

Selamat pagi, aku tau ini hari senin jadi kalau kalian mau penuhin komen sampai siang ya gapapa.

Tekan vote dan tembuskan 80 komen TANPA SPAM NEXT!

Ini yang masih spam next, buta apa matanya? Udah dilarang padahal masih aja di kerjain, ya aku blokir jadinya.

~~~~~

"Ah, Mama ngapain? Alena mau berangkat kerja nih." Papa dan Mama Alena, yang selama ini ada di Luar Negeri akhirnya pulang juga.

Alena miskin, dalam artian ya memang Alena nya sendiri yang miskin, orang tua nya mah kaya, tapi kan bukan harta Alena.

"Apa-apaan kamu ini Alena, Mama dan Papa punya Rumah Sakit sendiri kenapa, kalau kamu mau kerja jadi perawat ya harusnya bilang, jangan malah kerja disini!" Iris sedikit miris melihat putri tunggalnya itu.

Mana tempat tinggal Alena sempit sekali. Alena menggaruk tengkuknya pelan.

"Ya gimana ya, habisnya Alena kan mau mandiri Ma." jawabnya tetap sopan.

Iris menggeleng pelan. "Kami dengar, kamu 5 hari lagi bakalan dipindah tugaskan ke Rumah Sakit Kota, benar?" tanya Maryo, Papa Alena.

Alena mengangguk pelan. "Nah, waktu kamu cuma 5 hari, setelah itu kamu pindah ke Rumah Sakit milik Mama dan Papa."

Alena hendak melawan ucapan orang tuanya tapi gak bisa, orang tua soalnya, kalau dilawan yang ada Alena berdosa.

"Ya udah, Alena mau berangkat dulu. Mama sama Papa pulang aja."

"Hm, jangan lupa makan loh sayang."

"Iya, Ma."

Setidaknya 5 hari, waktu Alena untuk bersama Aman, selebihnya dia tidak tau apa yang akan terjadi setelahnya.

Jelas saja perpisahan akan terjadi, apa lagi.

...

Alena berjalan dengan tenang menuju kamar Aman, dia membawa cemilan yang tadi orang tuanya bawakan, lumayan kalau dikasih Aman.

Remaja itu pasti bahagia sekali mendapat hadiah lagi. Sekarang Alena kalau pagi, gak sekalian bawa sarapan.

Karena takut kejadian awal terulang, dimana Aman menerjangnya sampai makanan yang Alena bawa jatuh ke lantai.

Cklek.

"Aman, selamat pa-ALLAHU AKBAR!! AMAN!!" Aman yang tadinya sedang tiduran di lantai sembari bermain dengan kelabang dan lipan sontak bangun.

Dia hendak menyeru kan nama Alena tapi udah keburu Alena nyiram dia pakai air.

Byur!!

Aman mengerjab pelan, wajah dan badannya sudah basah. "Alena..apa maksudnya ini?" tanya nya begitu lugu.

Dia menatap Alena dari bawah dengan tatapan bertanya, sial seperti anak kecil saja dia.

"Kamu gak boleh main sama Lipan! Apalagi kelabang! Bahaya tau!" omel Alena sembari menyentil dahi Aman.

"Aw..cakit.." lirihnya sedih, sedih bukan kesakitan.

Bibir Aman melengkung kebawah dengan alis yang luyu, air mata siap mengalir dikedua pipinya sebentar lagi.

"Ck, ayo mandi cepetan. Alena bawa cemilan ini."

Yang tadinya mau nangis, gak jadi.

"Cemilan!? Yeayyy Aman mau cemilan!"

"Iya maka dari itu, buruan ke kamar mandi."

Aman mengangguk, dia bangun dan lantas berlari ke kamar mandi, Alena sendiri harus membersihkan kamar Aman yang berserakan ini.

Baru setelahnya mereka bisa pergi ke taman untuk jemur badan supaya sehat selalu.

"Kamar Aman udah kayak, kebun binatang." gumam Alena, segala macam binatang ada disana.

Alena menyapu bagian bawah kasur, alisnya mengernyit melihat pecahan cermin, Alena menunduk dan mengambil salah satunya.

"Ini noda darah..apa Aman terluka?"

Alena tak yakin, tadi ditangan Aman tak ada luka apapun, pasti bukan.

"Ah sudahlah, untuk apa juga Aman memainkan cermin dan darah." gumamnya tak acuh.

Alena harus cepat, dia harus berpacu dengan waktu antara Aman yang selesai mandi atau dia duluan.

"ALENA!"

"Kenapa sayang?"

Aman menyembulkan kepalanya dari pintu kamar mandi. "Minta boneka Patrick." pintanya lucu, matanya
memohon dengan sangat.

Alena terkekeh pelan, lucu sekali sih.

Dia mengambil boneka patrick itu lalu memberikannya pada Aman, dengan bahagia nya cowok itu menerima nya dan kembali masuk.

"Yeayyyy makasih Lenaaa."

"Sama-sama sayang."

Manisnya pagi mereka kali ini.

🌿Bersambung🌿

Childish Aman [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang