🌿CA-23🌿

54.5K 7.8K 307
                                    

Kalian bisa penuhin komen cepet? Aku mau boom up ini.

Tekan vote dan tembuskan 70 komen.

~~~~~~

"Bantuin Aman manjat, gendong."

Alena meringis pelan, gendong ya..heum gimana caranya Alena bisa gendong Aman padahal pahanya masih suka ngilu.

Otak Alena sedang memikirkan banyak cara cepat, ini hari terakhirnya disini sebelum pergi ke Luar Kota untuk bekerja di Rumah Sakit baru.

Dan dia harus menghabiskan waktu sebaik mungkin bersama Aman hari ini.

"Pakai tangga aja, bentar Alena ambilin." Aman mengangguk patuh, sore ini mereka sedang ada di taman.

Atas permintaan Aman, katanya rindu main di taman sama Alena.

Alena membawa 1 tangga yang dirasa paling ringan, dia menggeretnya.

Aman sendiri hanya berjongkok dibawah pohon Mangga menatap Alena yang bersusah payah membawa tangga.

Setelah berhasil membawanya, Alena menyandarkan tangga itu dibatang pohon. "Nah, naik. Biar Alena pegangin." titahnya.

Aman mengangguk riang, dia menatap tangga itu sejenak, lalu mulai menaiki nya 1 per 1.

"Alena..kok tangga nya goyang-goyang sih.." protesnya pelan, gak berani protes kuat-kuat. Takutnya Alena marah padanya nanti.

Alena sendiri juga tak paham, dia memegangi tangga itu sampai Aman tiba di dahan pohon yang besar.

Dia duduk disana dengan tenang "Aman mau ambil mangga." izinnya.

"Sok lah diambil." sahut Alena.

Aman mulai memetik 1 per 1 mangga yang sudah matang, tapi tatapan matanya terpaku pada sesuatu hewan yang imut.

"Ih..ulat bulu ya? Imut banget. Mau ke kamar Aman gak? Disana banyak ulat loh." obrolnya dengan ulat bulu berwarna hijau itu.

Aman lupa pada tujuannya, dia malah asik mengambil ulat itu dan memainkannya. "Aman, udah belum?" tanya Alena.

Aman mengangguk. "Yaudah turun cepetan." Aman diam, dia menatap kebawah, wajahnya pucat seketika.

"Hiks.."

"Lah..kok?"

"Tinggi banget Alenaaa huaaaaaa Aman gabisa turun!!"

Aneh, bisa naik gak bisa turun. Alena menggeleng pelan, dia berjalan menjauhi pohon itu dan membiarkan Aman menangis histeris.

Alena harus cari bantuan. "Ah! Pak Satpam, boleh saya minta tolong?"

Untung saja Pak Satpam mau kan nolongin Aman yang ada diatas pohon itu. Wajahnya udah memerah dengan air mata dikedua pipinya.

Kasihan sekali bayik satu ini.

...

"Gatel..hiks..badan Aman gatel banget Alena..hiks.." Alena mendesah pelan, ini pasti gara-gara ulat yang Aman pegang tadi.

Sekarang wajahnya sudah memerah dan banyak bintik-bintik merah nya, tangannya sudah digaruki sampai luka-luka.

"Makannya jangan nakal, segala ulat bulu dipegang." cibir Alena sembari memakaikan bedak gatal ke wajah, tangan dan kaki Aman.

Aman hanya menangis mendengar omelan Alena, dia ngaku salah karena main sama ulat bulu.

Alena sendiri asih ngomel, sampai akhirnya sesuatu yang hangat menetes kebawah.

"Allahu..." Aman ngompol, ini pasti faktor ketakutan dimarahin Alena.

"Ayo ke kamar mandi, ganti celana."

"Alena jangan marah..hiks.."

"Kamu nya nakal banget sih, kesel banget aku."

Aman yang masih diomelin juga tetap menangis, pelukannya pada boneka patrick mengerat. "Jangan marahin Aman..hiks.." isaknya memelas.

Alena diam, dia fokus pada pekerjaan terakhirnya di RSJ ini sebelum akhirnya pindah besok.

Setelah Alena menggantikan celana Aman, Aman pun sudah agak tenang dan tangisannya mereda.

Dia menatap Alena yang tengah membersihkan air kencingnya di lantai.

Pelukannya di boneka Patrick mengerat, Aman menyembunyikan sebagian wajahnya pada boneka.

"Alena, milik Aman kan?" cicitnya malu.

Alena yang tadinya tengah membersihkan air kencing Aman yang bersisa dibawah kasur mengangguk saja.

Aman tertawa senang sembari memeluk boneka Patrik pemberian Alena. "Hihi, maca cih? Beneran milik Aman kan?" tanya nya lagi.

Alena mengangguk. "Banyak tanya, aku lagi sibuk Aman." ketus Alena malas.

Aman buru-buru diam, dia mengayunkan kakinya ke bawah, kenapa muka Alena btw. "Aman! Kaki kamu kena muka aku!" sungutnya kesal.

Aman hanya tertawa. "Hehe, Aman sengaja hehe." Alena mendecih lirih, kalau bukan karena cinta juga udah Alena jogrokan Aman ke lubang wc.

Karena cinta yang Alena juga heran kan, kenapa dia bisa cinta sama pasien RSJ yang dirawatnya?

Ya ndak tau, itu masih menjadi tanda tanya di otak cantik Alena sampai saat ini.

"Aman."

"Iya?"

Alena diam, dia menatap Aman dengan tatapan lembut. "Alena mau pergi setelah ini, Aman jadi anak baik ya?" bisiknya lembut.

Aman membeku, dia hendak marah tapi jangan..nanti Alena marah. Aman berusaha tersenyum disaat seperti ini.

"A-aman pasti jadi anak baik! Tunggu Aman ya, nanti Aman bakalan jadi laki-laki sukses terus bakalan lamar Alena!" semangatnya disela sesak di dada.

Alena tertawa pelan. "Iya sayang, Aman harus sembuh biar bisa cari Alena lagi terus kita nikah!" seru Alena ikut semangat.

Aman tertawa bahagia, benar dia harus sehat agar bisa menikahi Alena nantinya.

Setelah hari ini, Aman akan keluar dari RSJ yang sudah 2 tahun dia tinggali.

Dia akan kembali pada keluarga yang sudah mencampakannya, dia akan bekerja keras agar bisa menjadi orang sukses.

Agar bisa menikahi Alena tentu saja.

Alena kan hanya miliknya, selamanya adalah miliknya. Tak bisa diganggu gugat.

Benar kata mereka, Trauma Aman sembuh, namun obssesinya semakin parah.

Dan kini Alena terjebak selamanya dalam obsesi Aman.

🌿Bersambung🌿
Setelah ini kita time skip🙏 kalian bakalan ketemu Aman versi sembuh namun sedikit gila😎

Childish Aman [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang