🌿CA-22🌿

54.5K 7.5K 185
                                    

Tekan vote dan tembuskan 80 komen.

~~~~~~

"Aku mau jenguk Aman."

Ucapan Alena menyentak ke 3 seniornya, bahkan Perawat Grace sampai geleng kepala mendengar ucapan Alena.

Ayu mengguncang pelan bahu Alena, pelan banget kok. "Kamu gila? Mau mati?" tanya nya dengan nada ngeri.

Alena mengedik pelan. "Kan aku gak papa, jahitan udah kering juga kan. Mau jenguk Aman pokoknya." ucap Alena tak terbantahkan.

Keras kepala sekali memang Alena ini, heran. "Baiklah,"

Ayu, Lara dan Geni sontak menatap Grace tak percaya. "Perawat Grace? Serius?" tanya Ayu tak percaya.

Perawat Grace mengangguk pelan, dia juga kasihan pada Aman. 4 hari setelah Alena masuk rumah sakit dan tak lagi bekerja disana, Aman merubah sikap.

Dia hanya mau bersama Patrick yang Alena berikan, dia mulai mandi sendiri, memakan makanannya sendiri, bicara sendiri pada Patrick.

Pokoknya Patrick adalah benda berharga Aman yang selalu ada dipelukannya.

Karena benda itu, adalah hadiah pertama yang Aman dapatkan dari Alena selama 2 tahun dia ada disini.

"Terima kasih." bisik Alena senang, dia tak sabar ingin menemui Aman lagi, dia merindukan remaja manis itu.

Untung saja orang tua Alena tak tau menahu soal ini, kalau saja tau pasti Alena sudah diboyong kembali ke Negara asalnya.

Sekali lagi, Alena ini miskin, dia memang miskin karena gak punya harta apapun, tapi orang tuanya kaya.

Jadi disini Alena bukan kaya harta miliknya, tapi milik orang tuanya.

Alena ingin menjenguk Aman, dia ingin menjelaskan semuanya agar Aman tidak menyalahkan dirinya sendiri.

Ini semua bukan kemauan Aman, jadi Alena tak bisa membiarkan Aman menyalahkan semua kesalahan pada Aman sendiri.

....

Aman duduk diatas kasur seperti biasa, dia sudah tak pernah lagi keluar dari kamar dan melihat taman seperti biasanya.

Aman rindu kegiatannya bersama Alena.

"Kangen Alena.." cicitnya sembari memeluk Patrick semakin erat.

Dia menggerakan tubuhnya pelan kekanan dan kekiri, hari-hari Aman yah kembali suram seperti biasanya, tak ada lagi kebahagiaan sejak Alena keluar dari sini.

Aman menidurkan dirinya di kasur, dan meringkuk seperti bayi.

Mau main dengan hewan-hewan kecil pun gak bisa, soalnya hewan-hewan itu gamau muncul lagi ke permukaan.

"Ish..rindu Alena..hiks..Aman rindu Alena.." dan yah, menangis lagi untuk yang kesekian kalinya.

Cklek.

Aman abai, itu pasti salah satu perawat yang hendak meletakan makanan dan obat, seperti biasa.

"AMAAAAAAN SELAMAT PAAAGIIIII."

DEG!

Aman bangun dengan semangat, dia berbalik melihat siapa yang menyapa nya tadi.

Senyum diwajahnya mengembang sempurna, Aman turun dari kasur dan hendak memeluk Alena.

Tapi dia langsung berhenti, tangannya yang tadi terentang kini turun dan disembunyikan dibelakang tubuhnya.

"Loh? Gak mau peluk Alena nih?" tanya Lena sedih.

Aman menggeleng, dia menunduk takut. "Aman takut ngelukain Alena lagi..hiks..Aman minta maaf tapi jangan benci sama Aman..hiks.."

Duh, hati moengil Alena terluka lagi dibuatnya.

"Gak papa sayang, Aman gak jahat. Aman gak sadar waktu itu, Aman dirasuki mereka jadi itu bukan salah Aman." ujar Alena lembut sembari memeluk Aman erat.

Aman menegang merasakan pelukan yang sangat dia rindukan ini, Aman membalas pelukan Alena walau dia masih takut melukai gadis ini.

"Hiks..Aman rindu Alena.."

"Alena juga rindu Aman.."

"Hiks..rindu ke taman sama Alena..hiks..rindu semuanya..hiks..rindu Alena banget..hiks..berat rindu Aman ini."

Alena terkekeh mendengar racauan manis remaja dipelukannya ini, jantungnya berdebar cepat.

Ah, rasanya jatuh cinta memang semanis ini walau sebelumnya pahit dirasa.

🌿Bersambung.🌿

Childish Aman [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang