🌿CA-29🌿

52.2K 6.6K 192
                                    

Maaf ya baru bisa up, lagi di rumah sakit soalnya hehe🙏

Tekan vote dan tembuskan 80 komen🌿

~~~~

Alena merasa sedikit trauma saat ini, melihat dengan jelas kepala anak kecil tadi siang hancur menjadi bubur daging.

Ugh, mengingatnya membuat mual kembali.

"Sayang?" Alena menoleh, Aman nampak khawatir padanya.

Saat ini mereka lagi ada di warung sate, sepulangnya Alena bekerja tadi sore mereka jalan-jalan dulu berdua lalu malamnya makan sate.

Aman merapikan poni didahi Alena dan mengelus pipinya. "Kenapa? Gak enak badan? Mau Aman anter pulang aja?" tawar Aman lembut.

Alena berusaha tersenyum, dia menggeleng dan menepuk bahu Aman pelan. "Gak usah, aku gak papa kok. Tadi sampai mana pembahasan kita?" tanya Alena lagi.

Aman mengulas senyum hangatnya, dia mengecup dahi Alena pelan. "Tadi Aman tanya, Alena mau Aman ajak ketemu Papa sama Mama Aman? Mau dikenalin, sekalian ke keluarga besar, Aman kan mau lamar Alena sebentar lagi." ujarnya lembut.

Alena ber oh ria, dia mengangguk tanda mengerti. "Besok aja gimana? Aku besok libur sih. Jatah liburnya dapat 2 hari." cetus Alena.

Aman mengangguk, dia merengkuh bahu Alena dan mengusakan wajahnya dirambut indah gadisnya itu.

"Sayang banget..sama Alena...Alena itu penyelamat Aman, tujuan hidup Aman..suatu hari kalau terjadi suatu yang buruk, Aman pasti gak bersungguh-sungguh. Alena jangan tinggalin Aman lagi ya."

"Kalau aku mati?"

"Ya Aman ikutan mati."

Alena mencubit perut Aman pelan, ngaco banget kalau ngomong. "Apaan sih, gak boleh gitu ngomongnya." tegur Alena.

"Habisnya kamu sih, entah ngapain bilang begituan."

"Antisipasi sayang."

Aduh, mleyot Aman mendengar kata sayang dari Alena. Manis banget, bucin mah gini ya.

Kata-kata doang bisa dibilang manis, emang dirasain apa? Aneh banget.

Setelah sate pesanan mereka tiba, Aman memulai makan malamnya dengan senyuman tertuju pada Alena.

"Apa?" heran gadis cantik ber tahi lalat dipelipis itu.

Aman tersenyum dengan manisnya.

"Suapin~" manjanya.

Sudah tebak, pria manja seperti Aman pasti akan minta disuapin, di RSJ saja dia makan sendiri kenapa pas udah sembuh malah minta suapin.

"Ada-ada aja kamu."

"Hehe, mau disuap sama calon istri."

"Hilih."

Walau begitu, Alena tetap meraih piring Aman dan menyuapinya sate serta lontong tadi. Aman menerima nya dengan senang hati.

Rambut putih Aman ditutupi pake tudung hodie, dia gamau mancing perhatian disini. Belum 2 hari lagi nanti Aman masuk kantor.

Geger 1 perusahaan melihat rambut asli Aman.

Tapi bodo amatlah, yang penting kan Alena nya bahagia melihat rambut cantik Aman kembali.

"Rambutnya tetap segini aja ya, aku suka rambut kamu sebatas leher doang."

"Iya sayang."

"Kamu di kantor, pakai sekretaris kan?"

"Pakai sayang."

"Cewek apa cowok?"

"Cewek sayang."

Dahi Alena mengerut sejenak, dia berhenti menyuapi Aman dan menatapnya curiga. Aman sendiri malah membalas tatapannya dengan tatapan lugu.

"Kenapa? Kenapa berhenti cuapin Aman?" tanya nya sedih.

Alena menggeleng. "Kamu gak ada something sama sekretaris kamu?" tanya Alena curiga.

Aman terdiam, kemudian menggeleng polos. "Ndak ada. Aman datang ke kantor, kerja, lalu pulang." jawabnya menghilangkan kata 'Memotret Alena diam-diam.'

Alena masih kurang percaya. "Masa?"

"Iihh iya beneeer."

"Enggak percaya aku."

"Ish! Kok gitu? Alena ragu ya sama perasaan Aman?" oh tidak, hati moengil Alena sedih mendengar nada pilu dari suara Aman.

Kenapa jadi dia yang merasa bersalah nih, haduh.

"Mana tau yakan, lihat yang bening kamu langsung lupa sama kamu." jawab Alena tak acuh.

Aman sedikit sakit hati, Alena meragukan perasaan yang Aman miliki untuk Alena ternyata.

"Hiks..Aman sayangnya cuma sama Alena...hiks..Aman kerja biar pantas untuk Alena tapi Alena malah curiga..hiks..sedih Aman.."

Duh, malah segala pake nangis lagi.

Alena mendesah pelan, dia menyeka air mata Aman dan menenangkannya.

"Bukan gitu, aku hanya takut. Kalau nyata nya kamu berpaling hati sama yang lain.."

"Tapi Aman cinta nya cuma sama Alenaaaa..hiks..huhuuu."

Dengan perasaan bersalah, Alena memeluk Aman dan menenangkannya. "Maaf ya, Alena salah."

"Enggak, Aman yang salah bukan Alena..hiks.."

"Iya Aman yang salah."

Aman mengusap air matanya pelan, kemudian kembali mendusel dileher Alena.

Hatinya sensitive sekali ya kalau sudah berhubungan dengan Alena, ckckc.

🌿Bersambung🌿

Childish Aman [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang