Perjalan hidup orang memang berbeda-beda, tidak semulus yang dibayangkan. Zoyana Pradipta, dia salah satu contohnya. Perjalanan hidup Zoya memang tidak seberuntung orang lain. Mungkin karena imbas perbuatan masa lalu yang diperbuat. Zoya diumur 25 tahun telah dikaruniai anak laki-laki yang sangat tampan. Umurnya menginjak 7 tahun, dia memang melahirkan diumur 18 tahun. Galen Airlangga Pradipta nama anaknya tapi Zoya sering memanggilnya Alen.
Alen adalah alasan Zoya untuk tetap hidup di dunia yang kejam ini. Tidak ada orang yang iba dengannya dulu, malah sebaliknya membuang Zoya karena kehadiran Alen dirahimnya. Tempat bersandar saja dia tidak mempunyai, semua dihadapi sendiri. Pria yang menanam benih didalam tubuhnya malah menyarankan untuk menggugurkan kandungan. Sungguh apes sekali hidup Zoya dulu.
"Maaaa, Alen bisa terlambat huaaaaaa!" tangis Alen pecah melihat jam yang ada dinding menunjukan pukul tujuh kurang sepuluh menit.
"Iya sayang sebentar, anak ganteng jangan menangis" ucap Zoya mengusap wajah Alen yang basah.
Kehebohan ibu-ibu waktu pagi hari, Zoya sedikit terlambat bangun tadi. Semalam memang dia lembur untuk mengerjakan pesanan customernya. Sebagai orang tua tunggal memang harus ekstra usaha untuk menimbun pundi-pundi uang. Zoya sangat bersyukur bisa memiliki toko bunga sebagai ladang penghasilannya.
Blossom forist nama toko bunga milik Zoya, dia memiliki enam karyawan di toko. Biasanya empat orang akan merangkai dan dua orang akan melayani di dalam toko. Toko bunganya juga menjadi langganan para vendor dekorator pernikahan, tidak jarang pegawainya juga ikut membantu di suatu acara.
"Pagi Susu" sapa Satria
"Pagi BangSat" balas Zoya, Satria adalah supplier bunga langganannya.
"Bunganya aman? Ada yang kosong enggak stocknya?" tanya Zoya
"Mawar pinknya agak susah, masih pada kuncup-kuncup" ucap Satria
"Oh okay, untung enggak ada yang request warna itu" ucap Zoya
"Tumben bocil enggak ikut?"
"Sekolah Sat, lupa apa ini masih hari kamis" ucap Zoya
"Ya maklum, aku udah enggak sekolah 10 tahun lalu"
"Oh iya, ini uang pembayaran bunganya dan ini pesanan besok dan lusa" Zoya menyodorkan amplop dan secarik kertas yang telah dicoret-coret.
"Lancar ya Mbak Su, makin banyak vendor aja yang kerja sama"
"Rejeki anak, pasti ada aja" ucap Zoya
"Aku yakin Zo, dia pasti menyesal tidak memilih kalian. Dia hanya seonggok daging yang tidak punya malu, cover aja laki, mental kaya jeli. Bajingan" ucap Satria
"Haha, kamu ajak sparing aja kalau ketemu Bang" Zoya tersenyum miris mengingat pria itu.
"Nih, dateng ya Zo. Ajak juga si bocil" Satria menyodorkan undangan pernikahan. Terpampang nama lengkap Satria dan mempelai wanita.
"Iya Bang, pasti Zoya dateng sama Alen"
"Aku harus nganterin ke toko lain, bye susu kedelai" pamit Satria
Zoya sering dipanggil susu/ kedelai/ susu kedelai karena namanya Zoya hampir sama dengan soya (kedelai). Awal mula memang Satria yang memanggilnya begitu, teringat iklan susu anak katanya. Tentu Zoya risih pertama kali tetapi makin lama dia biasa saja.
Hari ini memang toko ramai seperti biasanya, semua karyawan sedang sibuk dengan bagiannya masing-masing. Zoya juga sibuk melayani customer yang datang. Sebisa mungkin membuat nyaman customer supaya balik lagi.
"Zoya tidak punya keinginan menikah?" tanya Bu Anggi, customer yang sering berlangganan di tokonya.
"Belum ada Bu, saya masih ingin fokus dengan Alen dan toko" jawab Zoya
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED (Complete ✔)
General FictionDiperuntukan untuk 15+ Maaf tidak sesuai harapan kalian yang baca tapi yang pasti sesuai judul "UNEXPECTED" *DILARANG PLAGIAT!* Spoiler On "Terserah, tapi aku tidak akan tanggung jawab. Bayi itu adalah penghalang bagi aku Zo! Aku tidak pernah meng...