9. The Fucking Reality

12.8K 684 17
                                    

Pikiran Zoya masih berkelana setelah kejadian Arfan menelponnya tadi beberapa jam lalu. Padahal sudah dia bawa untuk tidur siang dan beraktifitas bersama keluarga sampai malam tetapi tetap saja masih terpikirkan sampai sekarang. Dia juga mulai menebak-nebak apa yang akan dilakukan oleh pria itu dikemudian harinya. Apa mungkin akan muncul dihadapan anaknya dengan memperkenalkan diri bahwa Arfan Papa kandung Alen. Parahnya Zoya sampai berpikir Alen akan dibawa kabur oleh Arfan.

"Kok melamun? Ada masalah apa kamu Nak?" tanya Astrid yang tiba-tiba datang ke dapur.

"Enggak Ma, hanya tadi ada masalah toko" bohong Zoya.

"Ya memang bisnis itu ada puncak ada lembah, sabar aja ya Nak"

"Nastarnya enggak dimakan, kesukaan kamu itu"

"Ini dimakan, tapi diet juga dong Ma"

"Enggak usah diet-diet, tubuh kamu juga udah bagus kaya gitu. Sudah pas enggak terlalu kurus atau gemuk"

"Alen copy paste kamu ya, kecuali matanya aja. Coba sama pasti udah kaya kakak adik bukan ibu anak lagi" ucap Astrid, ternyata Ibunya itu memperhatikan kemiripan wajah Alen.

"Hehe iya Ma, tapi tetep gantengkan?" tanya Zoya dengan iseng.

"Ganteng banget, cucuku mah ganteng"

"Mama enggak penasaran dengan Papanya Alen?" entah kenapa Zoya menanyakan hal itu kepada Ibunya.

"Penasaran, Mama enggak maksa kamu untuk memberi tahu. Itu semua terserah sama kamu Zo, sedari awal kamu memilih untuk tetap merahasiakannya itu pasti ada sebuah alasan" jelas Astrid

"Alasan yang kamu pilih dengan tujuan entah apa, Mama menganggap itu adalah sebuah ujian yang diberikan Tuhan untuk keluarga kita. Nyatanya kita bisa melalui perlahan dan dipersatukan kembali"

"Ya memang benar, Zoya menjadi lebih berguna. Mungkin kalau tidak seperti itu Zoya tidak bisa menjadi seperti sekarang Ma"

"Ya sudah sana tidur, Mama mengantuk mau tidur. Kayaknya Alen sudah tidur juga dengan Zayn dan Friska" ucap Astrid

"Mama duluan aja, Zoya masih belum mengantuk" ucap Zoya

Jam memang sudah menunjukan pukul 22.25 malam, waktunya beranjak tidur memang. Sayangnya Zoya belum bisa tidur, otaknya masih belum bisa diajak istirahat. Ditambah setoples nastar yang menemaninya membuat semakin bekerja dengan giat otaknya.

"Seharusnya kita mungkin tidak pernah bertemu lagi" ucap Zoya

"Aku sudah bahagia dan mungkin kau juga sudah bahagia"

"Siapa yang bahagia?" suara Zayn mengagetkan Zoya.

"Kok kebangun Mas? Aku yang bahagia" ucap Zoya menampilkan senyum lebarnya.

"Enggak bisa tidur, kebiasaan siap siaga di medan ya beginilah"

"Mau dibikinin teh?"

"Enggak usah, Mas mau bikin susu aja. Biar cepat tidur"

"Oh ya tadi Friska besok mau minta ditemani ke baby store, mau cari perlengkapan bayi" ucap Zayn

"Oke, sama Mas Zayn juga kan?"

"Mas kayaknya enggak bisa ikut, ada tugas"

"Nanti pakai mobil Friska kebetulan di garasi. Kamu yang nyetir, bawa SIM to?"

"Bawa Mas santai, Alen anteng?"

"Anteng banget, dia sangat tertarik saat bercerita tentang tentara"

"Ya sudah, Zoya ke kamar ya Mas. Ngantuk" pamit Zoya
.

.

.
"Mau beli pompa asi merk apa Mbak Fris?" tanya Zoya

UNEXPECTED (Complete ✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang