Target 10+ komenan di CH ini, thanks you. Biar author bersemangat. Spam kuy
.
..
.
Waktu seminggu memang sebentar untuk pulang kampung. Zoya sekarang sudah disibukan dengan urusan yang tertunda akibat cutinya. Beberapa hari ini memang dia lembur untuk memenuhi target persiapan pernikahan klien.Mengantar Alen, ke toko, bertemu klien dan lembur di kantornya Diva itu rutinitas Zoya beberapa hari. Walau lemburnya hanya sampai jam 5 sore tetap saja lembur dan capek. Baru hari ini dia free tidak ada urusan perklienan.
Full hari ini untuk menemani Alen, dia harus punya waktu juga dengan putranya. Rencananya hari ini Zoya akan menemani les taekwondo Alen di sekolah. Ini kali pertama dia akan menemani putranya itu untuk les.
"Permisi" Zoya yang sedang bersantai di ruang tengah tentu kaget mendengar suara orang di depan.
"Selamat siang dengan Ibu Zoya?"
"Iya benar saya, ada perlu apa ya Pak?" Zoya terheran karena tidak merasa mengenal siapa orang di depannya.
"Saya Romi Ibu anak buah dari Notaris Supardi, ingin mengantarkan sertifikat tanah" orang itu mengaku bernama Romi tujuannya menghantarkan sertifikat.
"Hah? Tanah? Tapi saya tidak merasa membeli tanah" ucap Zoya
"Maaf Ibu saya hanya bertugas mengantarkan, mohon diterima"
"Saya pamit Bu, mari"
Zoya yang masih bleng terpaksa harus menerima map berisi sertifikat tanah. Setelah di buka benar namanya lah yang tertera di sertifikat tanah, Zoyana Pradipta. Lokasi tanah ada yang tertera ada di perbatasan gianyar dan bangli, luasnya 2 hektar.
Shock tentu shock 2 hektar tanah bisa untuk membuat perumahan. Harga tanah di Bali sangat mahal menurut Zoya. Tapi namanya secara ajaib bisa tertulis di sertifikat itu.
"Gila gila" ucap Zoya
Zoya langsung mengambil handphonenya di kamar dan menelfon yang diindikasi sebagai pelaku. Bukan pelaku kejahatan tapi pelaku yang membelikan tanah Zoya. Tentu hanya satu pelaku yang ada di list teratasnya yaitu Arfan.
"Halo"
"Ya! Gila, kamu membelikan tanah 2 hektar itu buat apa?" todong Zoya to the point. Dia agak meledak-ledak tentu pajaknya Zoya juga yang harus membayar kalau benar.
"Untuk kamu dan Alen" jawab Arfan dengan nada terlihat santai.
"Tanah itu sudah mulai digarap dan akan menjadi kebun bunga" Zoya tambah shock mendengar ucapan Arfan.
"Fan kamu bercanda ya?" tanya Zoya lagi.
"Ngapain juga bercanda, katanya kamu ingin punya tanah. Makanya aku belikan tanah, aku olahkan sekalian jadi kebun bunga untuk pemasok di toko kamu dan di jual" jelas Arfan
"YA!"
"Udah kamu tinggal terima beres aja, semua pekerja aku yang tanggung"
"Heh! YA! ARFAN. AKU TIDAK--"
PIP
Arfan menutup sambungan telponnya secara sepihak."Ya!! Aku tidak kuat bayar pekerja, ya Arfannnnnnnnnnn"
Sepertinya dia sekarang harus berhati-hati dengan ucapannya saat sedang bersama Arfan. Pria itu tidak segan-segan untuk mewujudkan keinginan Zoya, berkah pasti tapi ini terlalu banyak. Dia harus memikirkan kedepannya juga pajak, pekerja dan kawan-kawannya.
"Ma, ayo berangkat" terdengar suara Alen yang memanggilnya.
"Ya sayang, sebentar" Zoya langsung menyimpan sertifikat di dalam lemarinya. Lalu segera menyambar tas dan kunci mobil yang ada di meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED (Complete ✔)
General FictionDiperuntukan untuk 15+ Maaf tidak sesuai harapan kalian yang baca tapi yang pasti sesuai judul "UNEXPECTED" *DILARANG PLAGIAT!* Spoiler On "Terserah, tapi aku tidak akan tanggung jawab. Bayi itu adalah penghalang bagi aku Zo! Aku tidak pernah meng...