Target 10+ komenan di CH ini, thanks you. Biar author bersemangat. Spam kuy
..
.
Sinar matahari tampak masuk dari korden kamar yang tidak tertutup dengan rapat. Mengganggu orang yang tengah bergelung dengan selimut tebalnya. Benar Zoyana merasa terusik cahaya yang masuk memang membuat matanya silau."Agh" pekik Zoya
Zoyana merasakan tubuhnya sangat pegal saat mencoba merenggangkan badannya. Saat bangun dari tidurnya dia merasakan dinginnya ac menerpa punggungnya. Semenit, dua menit Zoya masih mencoba mengumpulkan nyawanya yang masih tercecer.
"OH SHIT!" umpatan yang keluar dari mulutnya setelah dia sadar seratus persen.
"Apa yang kamu lakukan Zoyana" Zoya memukul kepala dengan tangannya sendiri. Pusing masih menerpa kepalanya, terlalu bergaya dia memang padahal tidak jago minum.
Zoya terdiam meruntuki kebodohannya tadi malam. Bodoh, bodoh dan bodoh itu ungkapan untuk dirinya. Perlahan Zoya mencoba mengingat apa semalam dia perbuat sampai keadaan full naked seperti ini. Aroma percintaan memang masih kuat tercium di kamar.
"ARFAN!" ucap Zoya
Zoya akhirnya teringat siapa orang yang bersenang-senang bersamanya tadi malam. Dia menengok ke kanan ke kiri tapi tidak ada tanda-tanda dari pria itu. Apa Arfan pergi setelahnya atau pria tidak dikenal? Zoya sangat pusing, masak iya dirinya membayangkan Arfan ketika sedang berskidipapap dengan orang lain.
Nyeri menghampiri bagian bawah tubuhnya saat dia ingin bangkit, maklum ini pertama kali setelah 8 tahun. Secepat kilat Zoya memunguti pakaiannya kemarin dan segera membersihkan badannya. Tidak mungkin dia langsung pulang dengan keadaan seperti ini.
"Gila memang Zo!! kau seperti pelacur" ucap Zoya sembari mencari heelsnya yang entah ke mana di tengah cahaya yang minim.
"Siapa yang seperti pelacur?" seseorang mengomentari ucapan Zoya. Otomatis membuat Zoya menoleh ke arah sumber suara.
"Arfan" shock itu lah rasa yang menghampiri Zoya saat ini. Ternyata dia tidak sedang halu semata, pria itu berdiri beberapa meter di depannya.
"Ya, aku kira kamu tidak bisa bangun dari ranjang" ucap Arfan dengan senyuman remeh yang tercetak jelas dibibirnya. Kata-kata itu terlihat seperti mengejeknya.
Pria itu terus maju menuju arah Zoya, meletakan apa yang dipegang di atas meja. Otomatis Zoya juga melangkah mundur menghindari Arfan. Sialnya dia sudah berdiri terpojok menempel pada kaca dibelakangnya.
"Mau ke mana?" tanya Arfan
Ya Arfan sudah berdiri di depannya, pria itu berbisik dengan suara serak dan beratnya. Tangan pun juga sudah bertengger pada pinggang Zoya, menahan agar dia tidak lari. Benar-benar tidak bisa lari sekarang Zoyana.
"Lepas Fan, aku harus pergi"
"No! Kamu akan tetap di sini"
"Kalau masih tidak kuat minum jangan minum Zo, eh seharusnya aku berterima kasih. Bukankah tadi malam sangat menyenangkan sayang?" tanya Arfan
"Kamu begitu agresif sayang. Aku sampai kualahan. Jarang-jarang kamu memimpin permainan, peningkatan yang luar biasa" pipi Zoya memerah menahan malu dan amarah.
"Sial, apa iya dia berani seperti itu" ucap Zoya dalam hati.
"Kamu pikir aku percaya?"
"Harus percaya, kamu mabuk mau bukti apalagi hm? Atau mau mengulanginya lagi?"
"BAJINGAN SIALAN" teriak Zoya langsung di depan muka Arfan. Dia mencoba mendorong Arfan, tapi hasilnya nihil badan besar itu masih saja kokoh menahan dorongan Zoya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED (Complete ✔)
General FictionDiperuntukan untuk 15+ Maaf tidak sesuai harapan kalian yang baca tapi yang pasti sesuai judul "UNEXPECTED" *DILARANG PLAGIAT!* Spoiler On "Terserah, tapi aku tidak akan tanggung jawab. Bayi itu adalah penghalang bagi aku Zo! Aku tidak pernah meng...