"Mas, sepertinya aku belum bisa ikut pulang" ucap Zoya
"Kenapa? Masalah uang biar Mas yang membelikan tiket pesawat" ucap Zayn
"Bukan itu, minggu ini Ibu Salma mengadakan acara pernikahan anaknya. Aku harus di sana Mas, bantu-bantu dan menemani tentunya"
"Setelah itu mungkin aku akan ke Jakarta, tergantung situasi dan kondisi Mas" ucap Zoya
"Oke, kabari Mas. Biar Mas yang pesankan tiket pesawat. Ajak Alen juga, pasti Mama sangat senang" ucap Zayn sembari mengusak rambut keponakannya.
"Alen, Om Zayn pergi berkerja dulu ya. Jangan nakal turuti perkataan Mama" pamit Zayn yang sudah mengenakan seragam kebesarannya.
"Hati-hati Om, mainannya jangan lupa" ucap Alen mengingatkan mainan yang sudah dijanjikan Zayn.
"Mas berangkat dulu Zo, iya nanti Om belikan" ucap Zayn
"Hati-hati Mas"
Sangat bersyukur itu yang dipanjatkan Zoya, Alen dengan mudahnya dekat dengan Zayn. Awalnya memang anaknya takut karena postur Zayn yang tinggi, besar dan kekar. Mungkin yang Alen pikir Omnya itu berprofesi menjadi tukang pukul. Tadi malam juga Alen mau tidur dengan Zayn, sungguh mengejutkan bukan. Jarang-jarang Alen seperti itu baru hitungan jam mereka kenal tapi sudah selengket itu.
Berhubung Zoya sedang meliburkan diri, dia akan menghabiskan waktu di rumah bersama anaknya. Dia juga akan membersihkan beberapa bagian rumah dan memandikan woni. Sedari kemarin memang Alen meminta agar woni segera dimandikan. Biar woni bisa diajak tidur di atas kasur kata Alen.
"Alen di sini ya, nanti kasih woni makan. Kalau udah kering nanti panggil Mama ya" ucap Zoya yang menyiapkan makanan untuk kucingnya.
"Siap, Mama mau bersih-bersih ruangan apa?" tanya Alen
"Mama mau membersihkan gudang, be carefull boy!" peringatan dari Zoya supaya anaknya itu berhati-hati.
Zoya dan Alen memiliki alegri yang sama yaitu dengan debu, mereka tidak bisa hidup berdampingan dengan debu. Dia harus sering membersikan rumah agar tidak bersin-bersin. Gudang lumayan penuh karena menyimpan mainan, pakaian dan beberapa perabotan. Kenapa tidak dibuang atau diberi ke orang? Zoya pasti akan menjawab sayang. Banyak tersimpan kenangan pada benda itu, apalagi ada cerita perjuangan Zoya untuk memilikinya.
APD lengkap sudah terpasang di tubuh Zoya, tinggal eksekusi semua barang di gudang. Mula-mula Zoya membersihkan kotoran yang menempel lalu menyapu, mengepel dan menata ulang barang-barang. Sampai akhirnya hanya tinggal satu dus barang yang harus dia tata di rak teratas.
Brakk
Semua isi berhamburan keluar, Zoya memang kurang berhati-hati."Sengaja pengen dilihat?" ucap Zoya melihat barang-barangnya dulu saat diusir dari rumah.
"Hiks" airmata Zoya mengalir membuat sungai di wajah cantiknya.
"Apa salahku? Kenapa kamu meninggalkan aku? Seolah tidak terjadi apa-apa diantara kita? Setidak pentingnya aku untuk kamu Fan? Hiks" ucap Zoya melihat foto Arfan yang masih tersimpan rapi di dompetnya.
"Aaa tentunya pendidikanmu sangat penting ketimbang aku"
"Apa kamu mencoba mencariku atau malah mencari kebahagian kamu yang lain?"
"Berharap apa kamu Zo, tidak mungkin Arfan mencari kamu. Tentunya dia sudah memiliki kebahagiaan lain"
"MAMAAAAA, woni udah kering" teriakan Alen membuat kaget Zoya.
"Iya sayang sebentar" buru-buru Zoya menghampiri anaknya.
Zoya berusaha untuk menetralkan kondisinya, sesekali dia mengusap mata memastikan tidak ada genangan air mata. Zoya wanita biasa bukan wonder woman yang bisa tahan banting disetiap serangan musuh. Dia juga bisa rapuh seperti dandelion yang tertiup angin. Biarlah Zoya menyimpannya sendiri, anaknya tidak perlu tahu apa yang dirasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED (Complete ✔)
General FictionDiperuntukan untuk 15+ Maaf tidak sesuai harapan kalian yang baca tapi yang pasti sesuai judul "UNEXPECTED" *DILARANG PLAGIAT!* Spoiler On "Terserah, tapi aku tidak akan tanggung jawab. Bayi itu adalah penghalang bagi aku Zo! Aku tidak pernah meng...