Beberapa hari ini memang Zayn di Bali, setelah selesai bertugas memang kakaknya itu akan pulang ke rumah Zoya. Sepulangnya tugas Zayn masih menyempatkan diri untuk menemani keponakannya. Menemani bermain lego atau mengerjakan tugas sekolah Alen. Bisa dibilang Zayn berperan menjadi sosok ayah untuk Alen. Sekarang putranya itu memang memanggil Zayn dengan sebutan Ayah Zay. Kakak iparnya pun juga dipanggil dengan Bunda Is oleh Alen.
"Bunda Is sama Eyang ke sini, Alen juga punya kucing nihh. Gendut banget" Alen memamerkan kucing putih peliharaan mereka. Hanya tawa yang menanggapi ucapan anaknya.
"Besok kapan-kapan Eyang sama Bunda Is bakal ke rumah Alen. Sekarang handphonenya kasih Mama ya, Eyang mau bicara" ucap Astrid
"Ma, ini Eyang mau bicara" Alen menyodorkan handphone kepada Zoya.
"Alen sama Ayah ya"
"Halo Ma, Gimana kabarnya hari ini sehat?"
"Sehat Zo, ini Mama lagi istirahat bikin kue nastar. Ini semua nanti buat kamu. Kapan kamu ke Jakarta? Apa bareng Zayn besok?" ucap Astrid menunjukan beberapa adonan yang akan diisi dengan selai nanas.
"Wah! Kelihatannya enak itu Ma, sisain buat Zoya ya. Enggak Ma, coba nanti Zoya lihat jadwal juga. Alen juga masuk sekolah Ma, masak mau ijin lama" jawab Zoya
Zoya sangat senang ternyata sang ibu sudah menyiapkan salah satu makanan kesukaannya. Dia kira keluarganya itu lupa semua tentang Zoya tetapi nyatanya tidak. Secara dia memalukan keluarganya dulu.
"Yah! Padahal Mama pengen peluk kamu dan Alen"
"Mama sudah menanti selama bertahun-tahun untuk bertemu dengan kamu Zo, apa Mama aja yang ke Bali?"
"Enggak usah Ma, biar Zoya saja yang ke sana. Zoya usahakan supaya selesai lebih cepat" raut muka Astrid berubah menjadi sedih mendengar perkataan Zoya.
"Zoya juga, tapi mau gimana lagi. Zoya harus bantu-bantu pernikahan di sini"
"Ya sudah. Mama mengerti, pokoknya secepatnya ya Zo. Udah dulu ya sayang Mama harus segera nyelesain dateline kue ini. Bye sayang"
"Bye Ma"
PIP
Another place
Seorang pria tampak menikmati udara malam ditemani dengan vodka dan sepuntung rokok. Pria itu tengah mencoba bersantai setelah seharian bertemu dengan beberapa koleganya. Tubuhnya memang seakan bersantai tapi otaknya tidak, pikirannya tengah berkelana kemana-mana.
Beban pikirannya membuat Arfan menambah kebiasaan buruk yaitu mabuk-mabukan dan merokok. Arfan hanya melakukannya ketika dia sedang pergi bisnis seperti saat ini. Pria itu tidak berani melakukan jika di depan istri dan keluarganya.
"SHIT!"
"Kenapa aku terus berpikiran tentang kamu Zo, ya memang aku salah tapi tolong pergi dari pikiranku" Arfan mengusak kasar rambutnya, pria itu tampak sangat frustasi.
"Aku sudah bahagia Zo! Carilah kebahagiaan kamu sendiri!"
"Jangan menghantui aku dengan rasa bersalah Zo"
Arfan tampak seperti orang gila jika sedang sendiri. Bayangan wajah Zoya sahabatnya selalu terpikir olehnya. Mulai dari setiap senyuman sambutan Zoya ketika Arfan datang sampai kegiatan panas mereka beberapa tahun lalu. Hanya memikirkan saja membuat sesuatu ditubuh Arfan bergejolak.
"AGHHHHHHH"
"SIALAN!" umpatan terus menerus keluar dari mulut Arfan.
Back to Zoyana
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED (Complete ✔)
General FictionDiperuntukan untuk 15+ Maaf tidak sesuai harapan kalian yang baca tapi yang pasti sesuai judul "UNEXPECTED" *DILARANG PLAGIAT!* Spoiler On "Terserah, tapi aku tidak akan tanggung jawab. Bayi itu adalah penghalang bagi aku Zo! Aku tidak pernah meng...