20

471 51 6
                                    

Aku terbangun di sebuah tempat atau mungkin lebih tepatnya sebuah lorong. Ku lihat di sekelilingku di penuhi oleh jeruji besi, apa ini sebuah penjara?

Perlahan aku bangkit dari posisi ku yang awalnya terbaring menjadi berdiri. Ku langkah kan kaki ku untuk mengelilingi tempat ini.

"Apa ada orang di sini?" tanya ku berharap ada seseorang di sini. Tapi hasilnya nihil, tak ada seorang pun yang menjawab ku.

Aku terus berjalan, berusaha mencari jalan keluar dari tempat ini. Tapi aku sama sekali tidak menemukan titik terang. meski begitu, aku tetap tak menghentikan langkahku. Sampai saat dimana aku mendengar suara tangisan, tangisan yang begitu lirih membuat hatiku tergerak untuk mencari asal suara tersebut.

Langkah ku masih tak berhenti, ku cari sumber suara sampai sampai aku berhenti di salah satu sel. Aku berdiri terdiam di depan sel itu. Ku tatap ke dalam sel yang begitu kumuh, di dalamnya terdapat seorang perempuan berambut blonde yang begitu lusuh, ia menunduk dalam, membuatku sama sekali tak dapat melihat wajahnya.

Aku berjalan mendekati pintu sel, aku membuka pintu itu perlahan, untunglah pintunya sama sekali tidak terkunci.

"Hei, kau tidak apa-apa?"

"..."

Tak ada respon apapun, ia masih sama seperti sebelumnya, menunduk dalam diam. Membuatku mau tak mau harus mengambil langkah untuk lebih mendekatinya.

"Hentikan"

Satu kata darinya berhasil membuatku berhenti, aku menatap dirinya yang masih menunduk. Menunggu apa yang ingin dikatakan nya padaku.

"Hentikan, tolong tinggalkan aku sendiri" ia kembali menangis, tangisan yang begitu pilu. Sebenarnya siapa yang berani membuat gadis ini menangis?

"Jangan menangis, aku tak akan menyakitimu" aku berusaha menenangkan dirinya, tapi hal itu seolah sia sia, ia masih saja tetap menangis tanpa mendengar perkataan ku sama sekali.

Aku mendekatinya dengan perlahan. Aku tidak kuat melihat dirinya menangis seperti ini, melihatnya seperti ini membuatku teringat akan diriku yang dulu, diriku yang selalu menangis dalam kegelapan.

"T-tidak, Jangan mendekat, ia akan datang, dia akan kembali menyiksaku, dia akan membunuh semua orang" ku lihat tubuhnya bergetar hebat, ia terus berkata dengan nada yang begitu ketakutan. Refleks aku berlari, memeluknya dengan erat untuk memberikan kehangatan pada dirinya.

"Tenanglah, tak akan ada yang menyakiti mu selama ada aku" perlahan ia mendongak untuk menatap mataku.

"Pergi.....d-dia akan segera datang"

Tepat setelah ia mengatakan hal itu, mata kami bertemu membuat tubuhku seketika mematung. Mata yang selama ini ingin ku kutuk, tapi sekarang terlihat begitu menyedihkan. Aku ingin mengatakan sesuatu padanya, tapi seolah semua terlambat, cahaya yang begitu terang datang membuatku terpaksa menutup mataku

~~

Aku kembali membuka mataku. Ku lihat di sekelilingku hanya terdapat ruangan warna putih, heh sepertinya aku berpindah entah kemana. Tapi ada satu hal yang aneh, tubuhku, rasanya seperti tubuh orang dewasa. Ku lihat tanganku, ini bukanlah tangan saat aku menjadi Athanasia, tapi tanganku di kehidupan sebelumnya. Bagaimana ini bisa terjadi?

Saat aku sedang di landa oleh kebingungan, tiba tiba, seolah olah lampu di sana telah dimatikan, semuanya tiba tiba menjadi begitu gelap. Aku tak dapat melihat apapun, rasanya sekarang aku benar benar resah. Apa yang terjadi di sini?

Saat itu, hal yang tak pernah ku pikirkan terjadi. Terdapat dua orang berdiri di depanku, dia adalah Claude Athanasia. Claude sedang berdiri dengan angkuh di depan Athanasia yang sedang terduduk. Wajah Athanasia terlihat seperti orang yang begitu menyedihkan. Saat itu, aku sama sekali tak bisa menggerakkan tubuhku barang sedikitpun.

second lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang