"ku serahkan pada mu, LUCAS!!"
"HA, HA, HA, HAATCHI ... ukh, siapa yang berani beraninya membicarakan ku" lelaki bersuara hitam itu menguap perlahan, lalu ia pun menurunkan tudung yang sedari tadi menutup kepalanya. " Hmm ... Sepertinya tuan putri sudah begitu merindukan ku ya"
Lucas mengangkat ujung jarinya lalu meletakkannya pada dagu, setelahnya ia pun menutup matanya, "bagaimana ekspresi yang akan di tunjukkan nya?"
'LUCAS!!'
" Yang pasti dia akan tersenyum atau marah, kan?"
Srak
"Ku rasa sudah waktunya aku pulang"
...
Syyutt
"Hm?"
Angin kencang tiba tiba berhembus. Dedaunan yang sebelumnya terdiam itu kembali berulah, beterbangan entah kemana hingga angin akhirnya berhenti.
Mata biru berlian menatap dalam diam dedaunan yang beterbangan itu. Di saat yang sama, burung burung kecil beterbangan dengan cepat, mengikuti kemana angin menerpa. Melihat itu, warna biru dari iris permata itu meredup.
"Dia akan kembali"
"Maaf?"
Suara samar dari sang gadis membuat pemuda itu mengangkat bibirnya. Iris biru permata yang sebelumnya menatap entah kemana pun kembali bertemu pandang dengan pemuda itu.
Gulp ...
Pemuda itu meneguk ludahnya sendiri. Iris emas itu melirik ragu-ragu sang gadis, sebelum menanyakan hal yang tak jauh berbeda dari sebelumnya.
"Ada apa tuan putri?"
" ... Ti--" Sang tuan putri obelia itu menahan jawabannya. Matanya menatap dalam dalam tatapan hangat sekaligus khawatir dari pemuda di hadapannya. Ah ... Dirinya tau, lelaki itu benar benar tulus. Tulus kepadanya, tulus mengkhawatirkan nya, dan .... Tulus menyukainya.
Syungg
Bahkan memikirkannya barang sebentar saja sudah mampu membuat rona merah di pipinya. Ia tau fakta itu. Fakta bahwa lelaki di hadapannya, pria idaman di seluruh obelia sekaligus menjadi satu satunya pewaris gelar Duke Alphelus, serta merupakan lelaki yang mencintai nya dengan tulus.
Dirinya tau itu, dari tindakannya, dari kata katanya, dari matanya. Ia tau bahwa pemuda itu mencintai dirinya.
Namun, mengapa dirinya dahulu selalu mengabaikan hal itu? Memang, baru sekarang ia dapat menyadari hal itu.Satu lagi fakta bahwa dirinya menyukai Izekiel Alphelus.
"Tuan putri?"
"Tidak, tidak ada apa apa. Saya hanya sedang memikirkan beberapa hal" Athanasia mengambil cangkir di hadapannya lalu tersenyum manis sejenak.
" ... "
Srak
Athanasia menahan gerakan nya. Izekiel yang tiba tiba membisu membuat Athanasia terdiam.
"Ada yang ingin anda katakan, tuan muda?"
" Hm, ah ... "Izekiel gelagapan. Matanya terlihat kebingungan, namun dengan segera ia menata kembali rautnya, "maaf jika ini tidak sopan. Ta-tapi, ji-jika ada yang memberatkan pikiran anda, sa-saya siap mendengar nya kapanpun itu"
Srak
Drap ... Drap
" Hmm ... Hump, hahahah" Athanasia terkekeh kecil. Matanya sama sekali tak dapat menoleh dari wajah memerah milik izekiel. "Maafkan saya, tapi wajah anda sangat aneh"

KAMU SEDANG MEMBACA
second life
FanfictionNama ku Fiona, orang yang mati di bunuh hanya untuk menyelamatkan orang yang bahkan tidak peduli aku masih hidup atau tidak. Aku pikir setelah mati, aku bisa terbebas dari semua penderitaan ku. Tapi sayangnya tuhan berkata lain. Saat aku membuka mat...