Istana Garnet
Langit senja tampak menembus kamar yang redup itu, membuat cahaya kecil itu terlihat begitu menyilaukan kala menimpa mata. Di tengah ruangan itu, seorang gadis terbaring lemah selama beberapa hari, tidak, mungkin sudah mencapai seminggu gadis itu tak sadarkan diri.
Namun, setidaknya gadis itu tetap bernafas walau matanya belum terbuka. Begitulah pikir pria yang terus berdiri di sisi gadis itu.
Pria itu, seorang kaisar berhati dingin yang membunuh keluarganya untuk menjadi seorang kaisar. Meski begitu, ia juga seorang ayah, walau mungkin, bagi seseorang, dia bukanlah seorang ayah yang baik. Benar, dia adalah Claude, seorang ayah yang tega menelantarkan anaknya sendiri.
Telah beberapa hari berlalu setelah kejadian itu, namun tak ada perkembangan sama sekali pada Athanasia. Hal itu tentu membuat Claude merasa kalut. Rasa takut tak lagi dapat ia kendalikan. Karena itu, ia memberanikan diri untuk menemui putrinya. Setidaknya, jika Athanasia sadar atau benar benar pergi, Claude ingin berada di sana saat itu juga, begitulah pikir Claude.
Namun, karena itu pun tugasnya sebagai kaisar mulai terlupakan. Memaksa Claude untuk menyerahkan beberapa tugas itu kepada orang orang kepercayaannya.
Tok ... tok ... tok
Pintu kamar Athanasia di ketuk dengan perlahan. Sesaat kemudian, terdengar suara dari luar yang memanggil Claude.
" Yang mulia ... I--"
" Masuk " Claude sama sekali tak mendengar lanjutan dari perkataan itu dan langsung menyuruhnya untuk masuk. Detik selanjutnya, Pintu itu pun terbuka. Dari sana, keluar lelaki yang berumuran tak jauh dari Athanasia.
Surai nya bewarna perak, dengan iris emas yang senada dengan pakaian yang ia gunakan hari ini. Wajah yang biasanya begitu menyilaukan mata kini berganti dengan tatapan sedu. Dan tatapan sedu itu pula di tunjukkan pada putri yang tengah terbaring lemah tepat di hadapannya.
" Yang mulia ... "
Claude yang hanya fokus memandangi Athanasia akhir menoleh, namun dirinya malah menatap terkejut sekaligus marah kepada lelaki itu.
" Izekiel Alphelus ... Apa yang anda lakukan di sini?"
Ah ... Sepertinya Claude salah mengira izekiel sebagai orang lain. Tapi, meskipun Claude menolak kehadirannya itu, izekiel masih senantiasa berdiri diam tanpa takut sedikitpun.
"Maafkan saya yang mulia, namun saya hanya ingin menjenguk tuan putri Athanasia"
Claude mengigit bibirnya sedang matanya menatap tajam, "kau pikir aku akan percaya"
" ... " Tak ingin menanggapi Claude, izekiel malah membuang pandangannya. Matanya beralih menatap lurus pada Athanasia, tapi yang hanya ia lakukan hanyalah mengepalkan kedua tangannya.
" Maaf atas kehadiran saya ... Saya pamit undur diri, yang mulia " izekiel membalikkan tubuhnya. Kaki nya dengan berat melangkah dari ruangan gelap nan sesak itu. Namun, ia masih berpikir untuk menjaga nyawanya dari kaisar tirani itu.
Drap ...
Drap ...
" Anda ingin ke mana? Tuan muda?"
Suara dari seorang lelaki menggema di lorong ruangan Athanasia. Saat itu, lelaki dengan surai yang berkebalikan dengan milik izekiel berdiri tak jauh dari nya. Mata biru miliknya menyala di tengah remang nya sinar matahari.
" Bukankah Anda baru saja tiba? " Ujar lelaki itu sembari tersenyum sinis.
Izekiel menatap tajam. Tapi, tanpa ia sadari ia tersenyum kaku" Maaf tuan muda Erland, namun saya baru mengingat bahwa memiliki urusan lain"

KAMU SEDANG MEMBACA
second life
FanfictionNama ku Fiona, orang yang mati di bunuh hanya untuk menyelamatkan orang yang bahkan tidak peduli aku masih hidup atau tidak. Aku pikir setelah mati, aku bisa terbebas dari semua penderitaan ku. Tapi sayangnya tuhan berkata lain. Saat aku membuka mat...